Membangun diri tanpa harus merombak total sistem adat istiadat yang ada, dan menerima kenyataan tersebut sebagai suatu proses sejarah yang harus dan mesti terjadi.Â
Bahkan Islam memanfaatkan keberagaman itu untuk meningkatkan perikehidupan, mematuhi misi ajaran Islam untuk berusaha menciptakan kesejahteraan hidup di dunia dan menyongsong pencapaian keselamatan kehidupan di akhirat.
Bukti-bukti sejarah pengembangan Islam di Rejang, menunjukkan bahwa keberagaman kebudayaan dan perikehidupan masyarakat Islam di Rejang mempunyai hubungan timbal balik.Â
Selain menjadi kenyataan sejarah yang harus diterima, keberagaman ini juga sekaligus menunjukkan bahwa tingkat fleksibelitas dari ajaran Islam dan para penyiar agama itu sendiri.
Dalam bentuk upacara adat, misalnya tradisi Cuci Kampung yang berlaku meluas diseluruh Bengkulu untuk membersihkan kampung dari maksiat (cempala), misalnnya perzinahan, pembunuhan, perkosaan, dan perbuatan buruk lainya.Â
Di Rejang misalnya, tradisi ini masih dilakukan setahun sekali sampai sekarang dalam bentuk tiga prosesi, yaitu Empuk Sadie (Cuci Kampung), Blangea Agung (penyucian diri), dan Tamabes Sadie (pengembalian desa seperti sedia kala).Â
Dalam tradisi ini dilakukan upacara-upacara adat dan berdoa kepada Allah. Sebagian masyarakat menyebut aturan ini berdasarkan undang-undang Simbur Cahaya, artinya jika dikaitkan dengan kitab Simbur Cahaya dari kesultanan Palembang, masa Ratu Simehun (1639-1650), bahwa substansi dari kegiatan cuci kampung adalah Islam.
Kegiatan-kegiatan ritual seperti Sedekah Bumi, Atau Cuci Kampung,Tepung Setawar Perayaan hari-hari besar Islam dan beberapa bentuk upacara bimbang telah menjadi adat-istiadat suku Rejang yang bernuansa Islam.
Sehingga hubungan antara agama dan budaya menjadi sulit untuk dipisahkan. Hubungan adat yang sejalan dengan syariat dianggap telah mewakili cara pandang Islam tradisional.
Sikap ini menunjukkan agama bagi suku Rejang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman terhadap ekpresi budaya lokal atas keyajinan Islam dengan melibatkan budaya Rejang dalam totalitas Tradisi keislamannya, menempatkan budaya Islam sebagai refleksi nilai Islam yang diaktualisasikan dalam berbagai aspek kultural manusia. Â Â
Sumber Pustaka;