Masuknya Islam di Tanah Rejang
Masalah sekitar kapan masuknya Islam di Kabupaten Rejang, data yang diperoleh masih sangat terbatas. Tahun 1992 IAIN Raden Fatah Curup melaksanakan seminar “Masuk dan Berkembangnya Islam di Rejang Lebong” Pada tahun 2007, Balai Pelestarian dan kajian Nilai Tradisional Padang juga mengadakan Seminar Sejarah, dengan salah satu topik bahasannya adalah “Masuk dan dan Berkembangnya Islam di Tanah Rejang, sebagai Penduduk tertua di Sumatera.
Pada tahun 2004, Badrul Munir Hamidy menulis Buku Masuk dan Berkembangnya Islam di daerah Bengkulu yang diterbitkan dalam rangka STQN XVII di Bengkulu. Badrul Munir Menyebutkan bahwa Islam masuk di Bengkulu sejak abad ke-15 melalui lima pintu : (1) Melalui Kerajaan Sungai Serut yang dibawa oleh Ulama asal Aceh bernama Tengku Malin Muhidin; (2) Melalui perkawinan Sultan Muzafar Syah ( Raja Indrapura) dengan Puteri serindang Bulan, maka sejak itulah Islam masuk ke Tanah Rejang; (3) Melalui hubungan antar kerajaan Sungai Lemau dengan kerajaan Pagar Ruyung (Minangkabau) Diceritakan bahwa utusan Pagar Ruyung yang telah memeluk agama Islam , Bagindo Maha Raja Sakti , menjadi pemimpin Kerajaan Sungai Lemau pada abad XVII; (4) Melalui Kerajaan Selebar dengan kerajaan Banten; (5) Melalui hubungan antara kerajaan Anak Sungai dengan Kerajaan Indrapura.
Kerajaan Anak Sungai semula merupakan wilayah rantau Kerajaan Minangkabau, kemudian menjadi kerajaan Indrapura Tahun 1728 M, Merah Bangun dilantik menjadi Raja Muko-Muko.
Dari kelima Pintu Islamisasi di atas, yang langsung bersinggungan dengan masyarakat Rejang tentunya adalah pintu kedua, yaitu melalui perkawinan Sultan Indrapura Mudzaffar Syah dengan puteri Serindang Bulan, adik Karang Nio yang setelah Islam bergelar Sultan Abdullah.
Namun kesimpulan ini juga masih mengundang pertanyaan, baik menyangkut Karang Nio-nya maupun Sultan Mudzafar Syah-nya. Karena dalam Kerajaan Malaya Malaka dikenal juga Sultan Muzaffar Syah yang memerintah tahun 1445-1458. Apakah asal Mudzafar Syah dari Indrapura itu Persisnya dari Riau atau Malaka.
Akan ada pandangan lain yakni bahwa Islam masuk ke Anak Suku Rejang melalui Palembang, karena Ibu dari Puteri Serindang Bulan adalah Sirdaraya berasal dari Kesultanan Palembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sirdaraya yang berasal dari Kesultanan Palembang sudah beragama Islam, Islam sudah masuk ke Suku Rejang dari Kesultanan Palembang lewat perkawinan Raja Mawang dengan Sirdalaya bukan dari Kerajaan Pagaruyung lewat perkawinan Tuan Setio Barat dengan Putri Serindang Bulan; anak Sirdaraya. Pendapat ini bertambah kuat dengan keterangan bahwa Sultan Indrapura dalam Kerajaan Malaya Malaka dikenal juga Sultan Muzaffar Syah memerintah tahun 1445-1458. Artinya pada waktu itu Putri Serindang Bulan belum lahir ke dunia.
Jadi dapat dikatakan bahwa maka sejak itulah Islam masuk ke Anak Suku Rejang kurang lebih pada akhir Abad ke XIV M. Dan jika dikaitkan dengan teori masuknya Islam ke Indonesia maka yang sesuai dengan dengan masuknya Islam di Suku Rejang adalah teori sufi, karena memang Kesultanan Palembang dan Kesultanan Pagaruyung kental dengan sisi sufistik dalam kehidupan beragamanya.
Dan juga bisa disimpulkan bahwa Suku Rejang yang berada di pesisir menerima Islam dari Kerajaan Pagaruyung sedangkan yang berada di balik Bukit Barisan menerima Islam dari Kesultanan Palembang.
Jadi dapat dikatakan bahwa maka sejak itulah Islam masuk ke Anak Suku Rejang kurang lebih pada akhir Abad ke XIV M. Dan jika dikaitkan dengan teori masuknya Islam ke Indonesia maka yang sesuai dengan dengan masuknya Islam di Suku Rejang adalah teori sufi, karena memang Kesultanan Palembang dan Kesultanan Pagaruyung kental dengan sisi sufistik dalam kehidupan beragamanya. Dan juga bisa disimpulkan bahwa Suku Rejang yang berada di pesisir menerima Islam dari Kerajaan Pagaruyung sedangkan yang berada di balik Bukit Barisan menerima Islam dari Kesultanan Palembang.