Pembaruan antara Islam yang bersifat Universal dengan budaya yang bersifat realitas, melahirkan akulturasi kebudayaan yang khas Islam, Akulturasi meliputi berbagai perubahan dalam kebudayaan yang disebabkan adanya pengaruh kenudayaan lain, akhirnya melahirkan makin banyaknya persamaan pada kebudayaan itu.Â
Pengaruh tersebut berlaku timbal balik lebih kuat pada satu pihak saja. Berhadapan dengan realitas di mana ajaran Islam telah merembes mewarnai hampir seluruh tatanan kehidupan sebahagian besar masyarakat Rejang  sampai saat ini, mulai dari norma nilai, sikap, perilaku dan adat istiadat, walau dalam bentuk pemahaman yang graduatif dan dengan bentuk pengalaman yang variatif, sungguh merupakan suatu realitas yang sangat menarik untuk dikaji.Â
Realitas tersebut lebih menarik lagi jika dihubungkan dengan sejarah tentang ketinggian budaya suku bangsa Rejang Lebong masa lalu. Dengan ketinggian itu William Marsden berani menempatkan suku bangsa Rejang sebagai standar pembahasannya mengenai penduduk Sumatera.
Islamisasi di wilayah Rejang sebagai aplikasi nilai-nilai Islam dihadapkan kepada kondisi yang ada, yaitu nilai-nilai budaya setempat. Dalam pembahasan ini akan digunakan pendekatan konsep seperti yang dikemukakan oleh H.A.R Gibb bahwa "Islam bukan hanya suatu sistem teologi, tetapi juga meliputi bentuk sistem peradaban yang lengkap".
Seperti telah dikemukakan bahwa perkembangan Islam di Rejang sama dengan wilayah lain di wilayah Nusantara, sejak masuk hingga sekarang telah melalui perjalanan panjang. Di awal kedatangannya, Islam sudah dihadapkan kepada kondisi dan prikehidupan masyarakat yang telah memiliki sistem adat dan budaya sendiri, terutama Hindu dan Budha. Kemudian secara berangsur-angsur, Islam dapat merubah kedudukan sistem adat istiadat dan kebudayaan setempat.
Latar belakang sejarah ini setidak-tidaknya menunjukkan kemungkinan terjadinya akulturasi kebudayaan Rejang dengan Islam. Dan kenyataan yang demikian tak mungkin dapat dihindarkan, antara lain karena:
Bahwa sewaktu agama Islam disebarkan di Rejang, penduduk Rejang sudah terlebih dahulu mempunyai adat istiadat dan kebudayaan sendiri serta telah menganut dan menerima kepercayaan lain; dan
Bahwa agama Islam itu sendiri datang bergelombang dengan nuansa yang berbeda antara gelombang yang satu dengan yang lainnya  Selain itu pengaruh penjajahan, paling tidak juga ikut mempengaruhi semakin kuatnya asimilasi budaya setempat dengan Islam, karena dorongan teologi Islam yang tidak menginginkan adanya penindasan  dan penjajahan terhadap umat manusia.
Fakta sejarah ini memberi informasi bahwa, Islam di Rejang telah terumus dalam formula keberagaman kebudayaan yang bersumber dari tradisi masyarakat pribumi dan pengaruh peradaban modern. Semua unsur-unsur tersebut, tanpa menyebutkan takarannya masing-masing, paling tidak ikut mempengaruhi corak ke-Islaman di Rejang.
Maka keberagaman yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Islam di Rejang, agaknya tak terbantahkan sebagai bagian dari kenyataan sejarah. Karenanya keberagaman yang ada, sebagai hasil akulturasi kebudayaan, setidak-tidaknya harus diterima sebagai khasanah kebudayaan Islam di Rejang.Â
Dan dengan cara inilah, masyarakat Islam di Rejang memanfaatkan keberagaman yang dimiliki bagi usaha meningkatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat.Â