Letak Geografis Desa Depokrejo terletak di 7'41'57' Ls dan 109'40'40' BT. Secara topografis terletak pada ketinggian 17 m diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 120 H2 terdiri dari tanah basah 96 H2 dan tanah darat 24 H2.Â
3. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk yang berada di Desa Depokrejo yaitu 3.562 penduduk jiwa, dengan rincian yang berjenis kelamin perempuan 1.789 orang dan berjenis kelamin laki-laki 1.773 orang. Kehidupan keagamaan desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen berjalan dengan baik dengan kegiaatnnya berbagai kegiatan keagamaan yang bertujuan untuk pembinaan mental dan moral masyararakat. Berbagai kegiatan kerohanian berjalan seperti Al-banjari, majelis Ta'lim, semaan Qur'an di masjid, sholat berjamaah, yasinan, tahlilan, pengajian, halal bihalal, dan lain-lainnya. Kegiatan adat yang masih tetap dilaksanakan sampai saat ini adalah upacara adat pernikahan, upacara adat kelahiran, upacara adat kematian, upacara adat bangun rumah.
B. Tradisi Nyadran Dalam Pernikahan di Desa Depokrejo Kecamatan
Kebumen Kabupaten Kebumen
1. Sejarah Tentang Nyadran Dalam Pernikahan
Tradisi nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya. Tradisi nyadran ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Desa Depokrejo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Perbedaan yang terjadi dimasyarakat sekarang dan dahulu adalah masyarakat dahulu dalam melakukan tradisi nyadran ini benar-benar totalitas dalam mempersiapkan dan melakukan tradisi ini sedangkan masyarakat yang sekarang ada yang meringankan dengan alasan mau mengundang orang banyak atau sedikit untuk mengikuti prosesi nyadran yang dilanjutkan dengan kenduri itu sama aja karena niatnya mengundang orang untuk mengikuti prosesi nyadran. Masyarakat di desa Depokrejo ini tidak bisa dibantah lagi mengenai kepercayaan terhadap makhluk gaib yang sangat kental.
2. Pelaksanaan Tradisi Nyadran Dalam Pernikahan
Trdisi nyadran dalam pernikahan ini dilakukan oleh orang tua calon pengantin beserta kedua calon pengantin. Sebelum melakukan tradisi nyadran, orang yang punya hajat membuat caosan terlebih dahulu. Caosan sendiri sebagai media pelengkap dalam pelaksanaan kenduri yang diletakkan di dalam takir dan disatukan dalam ancak. Takir merupakan tempat yang terbuat dari daun pisang yang dibentuk menjadi kotak yang digunakan untuk meletakkan bahan makanan dan bahan lainnya yang akan digunakan untuk caosan. Tahap-Tahap dalam melakukan tradisi nyadran sebelum pernikahan yang pertama, yaitu mendatangi sesepuh, Kedua, Menyediakan caosan yang ditentukan oleh sesepuh yang diletakkan di takir. Caosan tersebut sebagai media pelengkap. Ketiga, melakukan ziarah kubur yang diikuti oleh kedua calon pengantin, orang tua dan sesepuh yang dipercayainya untuk memimpin ziarah dengan membawa bunga. Tujuan ke makam yaitu meminta restu ke leluhur, orang tua atau simbah yang sudah meninggal agar pernikahannya dilancarkan. Keempat, setelah selesai mengirim doa dan meminta restu, baru melakukan tabur bunga diatas maqam. Kelima, Mengundang tetangga sekitar rumah atau saudara dekat untuk datang kerumah mengikuti serangkaian prosesi nyadran dilanjutkan dengan kenduri. Caosan yang sudah disiapkan kemudiaan diletakkan di tengah-tengah orang yang hadir dengan membacakan ujub (niat) oleh sesepuh yang hadir. Dilanjut pembacaan tahlil dan doa. Pelaksanaan nyadran dalam pernikahan ini, setiap caosan itu berbeda beda sesuai dengan sesepuh yang mengarahkanya. Dalam penyediaan caosan ada yang menyediakan 10 macam caosan, ada yang 15 macam caosan. Itu semua dikarenakan setiap sesepuh desa mempunyai pemahaman yang berbeda beda, biasanya pemahaman itu muncul sesuai dengan ajaran sesepuh sebelumnya. Jadi, mengenai caosan dalam tradisi nyadran pernikahan ini berbeda beda.
3. Tujuan Tradisi Nyadran Dalam Pernikahan
Tradisi nyadran dalam pernikahan ini memiliki tujuan yang berbeda beda dari setiap orang yang melaksanakannya dan itu dapat dipengaruhi dari pemahaman yang didapatkan masyarakat tentang asal usul tradisi nyadran ataupun cerita-cerita yang berkembang dimasyarakat. tujuan yang berbeda ada satu tujuan yang sama yaitu melestarikan tradisi sebagai wujud untuk menghormati leluhur, mengusahakan untuk tetap ada, hidup dan berkembang dimasyarakat. Tradisi ada sebagai tradisi yang tidak diremehkan, tidak dilakukan dengan kata sekedar namun juga dimengerti makna-makna yang terkandung didalamnya, hidup berarti terus diajarkan kepada anak cucu agar tidak hilang dan mati. Tradisi sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia.