Bulan Februari 2020 menjadi bulan yang cukup menyibukkan dunia dengan segala perihal tindakan mengantisipasi. Tetapi pada bulan itu, Indonesia masih belum mendeteksi kasus positif pada warga negaranya. Lantas apa yang dilakukan Indonesia?
Sibuk juga ... sibuk menghina dan jemawa!
Kebanyakan orang (terutama netizen Indonesia) kala itu mulai mengunggah dan memenuhi kolom komentar media sosial dengan berbagai nyinyiran terhadap negara Tiongkok.
"Ah, azab komunis itu!"
"Nah, begitulah nasib bangsa yang ingin menyaingi Tuhan dengan menciptakan bulan dan matahari buatan!"
"Pasti doa para muslim uighur yang ditindas China telah terkabulkan!"
Kenyataannya, kitalah yang tidak bisa menyaingi perkembangan pesat mereka seakan-akan kita sedang mencari dalih untuk memenangkan kompetisi secara sepihak.Â
Mereka terus menggemakan "aib-aib" Tiongkok, padahal mereka sendirilah yang sedang membongkar aibnya sendiri.
Justru orang-orang yang mencaci itulah yang tidak mencerminkan sedikit pun sifat orang beragama. Jika kita menginjak-injak nilai kemanusiaan yang ternyata lebih banyak dijunjung oleh orang ateis, hasilnya orang ateis itulah yang tampaknya lebih religius daripada kita!
Setiap orang bersikeras menyatakan diri sebagai orang beragama, tapi mengapa hanya sekadar pengakuan tanpa penghayatan?
Bahkan pada awal ketenaran Covid-19, pemerintah kita malah bersikap jemawa! Saya harap Anda mengingatnya.