Mohon tunggu...
Mugi Rahayu
Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga dan Wiraswasta

Hobi saya membaca dan menulis. Menuangkan isi pikiran kedalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raihan dan Sepak Bola

27 Oktober 2024   17:00 Diperbarui: 27 Oktober 2024   17:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan semangat yang membara, Raihan kembali berlatih dengan tekad yang lebih kuat. Dia menyadari bahwa keberhasilannya di turnamen bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi awal dari sesuatu yang lebih besar. Dia ingin lebih dari sekadar menjadi pemain yang baik; dia ingin menjadi bintang yang bersinar di lapangan hijau.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Setelah beberapa minggu latihan yang intens, Raihan merasakan ketegangan di dalam tubuhnya. Dia mulai mengalami nyeri otot yang membuatnya sulit berlatih secara maksimal. Walaupun ia ingin terus melanjutkan latihan, Raihan tahu bahwa dia harus mendengarkan tubuhnya.

Suatu malam, saat kembali dari latihan, Raihan merasakan sakit yang tajam di kakinya. Ketika dia duduk di kamar, dia merasa cemas dan putus asa. Apakah ini tanda bahwa dia harus berhenti? Dia mengingat semua pengorbanan yang telah dilakukan keluarganya untuk membawanya sejauh ini. Dia tidak ingin mengecewakan mereka.

Keesokan harinya, Raihan memutuskan untuk berbicara dengan pelatih tentang masalahnya. Pelatih mendengarkan dengan seksama, lalu berkata, "Raihan, terkadang kita perlu mendengarkan tubuh kita. Ini bukan tentang seberapa keras kita berlatih, tetapi seberapa cerdas kita berlatih. Istirahatlah sejenak dan pulih."

Dengan saran pelatih di benaknya, Raihan mengambil waktu untuk istirahat dan memulihkan diri. Dia berfokus pada latihan fisik yang lebih ringan dan menjalani terapi untuk membantu mengatasi nyeri yang dirasakannya. Meskipun sulit, dia belajar untuk menghargai pentingnya pemulihan.

Selama masa istirahatnya, Raihan menghabiskan waktu dengan membaca buku tentang strategi sepak bola dan menonton pertandingan profesional. Dia memahami bahwa menjadi pemain yang hebat tidak hanya tentang keterampilan fisik, tetapi juga tentang pengetahuan permainan. Setiap malam, dia merenungkan bagaimana bisa meningkatkan permainan tim dan dirinya sendiri.

Setelah beberapa minggu, Raihan merasa siap untuk kembali ke lapangan. Saat dia memasuki sesi latihan, dia merasa lebih segar dan penuh energi. Pelatih melihat perubahan dalam sikap dan permainan Raihan. "Kamu tampak lebih siap, Raihan. Ayo tunjukkan apa yang kau miliki!" kata pelatihnya, memberi semangat.

Latihan demi latihan, Raihan merasa kembali ke jalurnya. Dia berusaha untuk tidak hanya fokus pada dirinya sendiri, tetapi juga membantu rekan-rekannya. Dia sering memberikan umpan yang tepat, berkomunikasi di lapangan, dan membangun kerja sama yang solid dengan timnya. Semangat tim semakin menguat, dan mereka saling mendukung dalam setiap latihan.

Ketika turnamen antar akademi berikutnya semakin dekat, Raihan dan timnya mempersiapkan diri dengan serius. Setiap pemain berlatih keras dan bekerja sama untuk meningkatkan kekompakan tim. Raihan merasa bangga bisa menjadi bagian dari tim ini, di mana setiap orang saling membantu untuk mencapai tujuan yang sama.

Hari pertandingan pun tiba. Kali ini, Raihan merasakan kombinasi antara rasa percaya diri dan kecemasan. Dia tahu betapa pentingnya pertandingan ini. Saat peluit duminyikan, dia berlari di lapangan dengan semangat yang berkobar. Dalam pertandingan itu, Raihan berhasil memberikan assist yang sempurna untuk gol pertama timnya.

Namun, lawan mereka juga tampil sangat baik. Pertandingan berlangsung sengit, dengan kedua tim berjuang keras. Dalam situasi kritis, Raihan merasa tekanan semakin besar. Ketika tim lawan berhasil mencetak gol penyama, Raihan merasakan adrenalin yang membara. Dia harus memberikan segalanya untuk timnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun