Mohon tunggu...
Mugi Rahayu
Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga dan Wiraswasta

Hobi saya membaca dan menulis. Menuangkan isi pikiran kedalam bentuk tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raihan dan Sepak Bola

27 Oktober 2024   17:00 Diperbarui: 27 Oktober 2024   17:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika tiba di pusat pelatihan tim nasional, Raihan disambut dengan suasana yang sangat profesional. Lapangan hijau yang luas dan fasilitas modern membuatnya bersemangat. Namun, dia juga merasa sedikit terintimidasi ketika melihat para pemain lain, yang beberapa di antaranya adalah bintang dari klub-klub ternama.

Di sesi latihan pertama, Raihan mencoba memberikan yang terbaik. Namun, dia merasa tegang dan tidak bisa bermain dengan leluasa. Dia melihat pemain lain dengan percaya diri menggiring bola, berlari, dan melakukan tendangan yang memukau. Raihan merasakan keraguan mulai menyelinap masuk ke pikirannya. "Apakah aku benar-benar bisa bersaing di sini?" pikirnya, mencoba mengusir rasa cemas itu.

Pelatih tim nasional, Coach Amir, adalah sosok yang karismatik dan berpengalaman. Dia dengan cepat melihat kebangkitan semangat tim yang baik, tetapi juga merasakan ada beberapa pemain yang kurang percaya diri, termasuk Raihan. Setelah sesi latihan, Coach Amir memanggil Raihan untuk berbicara. "Raihan, kamu punya potensi besar. Tapi kamu perlu percaya pada dirimu sendiri. Jangan biarkan tekanan menghentikanmu."

Kata-kata pelatih itu menjadi semangat baru bagi Raihan. Dia berusaha lebih keras dalam setiap sesi latihan, berfokus pada teknik dan penguasaan bola. Dia belajar dari rekan-rekannya dan berusaha untuk mendapatkan kepercayaan diri yang dumituhkannya. Dalam latihan-latihan berikutnya, Raihan mulai menunjukkan kemajuan. Dia berusaha untuk tidak hanya menjadi pemain yang baik, tetapi juga menjadi pemimpin di lapangan.

Saat persiapan untuk turnamen internasional semakin mendekat, Raihan merasakan keakraban yang semakin terjalin dengan rekan-rekannya. Mereka saling mendukung, berbagi strategi, dan membangun kebersamaan yang kuat. Setiap sore, mereka berkumpul untuk latihan tambahan, dan Raihan menjadi salah satu yang paling aktif dalam memberikan dorongan kepada tim.

Namun, dengan semakin dekatnya hari pertandingan, tekanan semakin meningkat. Raihan mulai merasakan beban yang berat di pundaknya. Dia takut jika tidak bisa memberikan performa terbaik. Suatu malam, ketika semua orang sudah tidur, Raihan duduk di tepi tempat tidurnya dan memikirkan semua yang telah terjadi. Dia mengenang perjalanan panjangnya---dari bermain bola di jalanan desa hingga sekarang berdiri di ambang impian yang lebih besar.

Keesokan harinya, saat menjalani latihan, Raihan bertekad untuk melepaskan semua beban yang mengganggu pikirannya. Dia menggiring bola dengan penuh semangat, melewati pemain lain, dan merasakan angin sejuk di wajahnya. Dia ingat nasihat Coach Amir dan berusaha untuk menikmati permainan, bukan hanya sebagai kompetisi, tetapi juga sebagai hasrat yang menghidupkan semangatnya.

Hari pertandingan pertama di turnamen internasional tiba. Raihan dan timnya berkumpul di ruang ganti, mendengarkan pengarahan terakhir dari pelatih. Semua mata tertuju padanya, dan saat itu, Raihan merasa adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya. "Kita datang ke sini untuk menunjukkan siapa kita. Ingat, setiap dari kita adalah bagian dari tim ini. Jangan takut untuk bermain dan bersenang-senang!" kata Coach Amir, membangkitkan semangat tim.

Saat memasuki lapangan, Raihan merasa jantungnya berdegup kencang. Sorakan penonton membuatnya merasa bersemangat dan cemas sekaligus. Saat peluit duminyikan, dia merasakan energi baru. Dia berlari dengan percaya diri, menggiring bola dan menciptakan peluang untuk tim.

Pertandingan berlangsung sengit. Raihan berhasil mencetak gol pertama untuk timnya, dan sorakan dari penonton membuatnya merasa seperti terbang. Namun, tidak lama setelah itu, tim lawan berhasil menyamakan kedudukan. Raihan merasa tekanan semakin berat, tetapi dia ingat kata-kata pelatihnya. Dia harus tetap tenang dan fokus.

Di babak kedua, pertandingan semakin menegangkan. Tim lawan menyerang secara agresif, dan Raihan bersama rekan-rekannya harus bekerja sama untuk bertahan. Dalam momen krusial, Raihan membuat umpan silang yang sempurna kepada salah satu rekannya, yang berhasil mencetak gol kedua. Timnya kembali unggul!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun