Mohon tunggu...
Mudrikah Aladawiyah
Mudrikah Aladawiyah Mohon Tunggu... -

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Allah

14 Februari 2016   11:37 Diperbarui: 14 Februari 2016   11:37 8335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

·         Seandainya Allah menghendaki kejahatan, kemaksiatan, dan kekufuran, Allah tentu tidaklah melarang semuanya itu dilakukan hamba-hamba nya

·         Seandainya Allah menghendaki kejahatan dan kekufuran, bagaimana dia bisa menghukum hamba-hamba nya yang melakukan kedua hal itu

·         Seandainya Allah yang mneghendaki kejahatan dan kekufuran pada hamba-hamb nya, orang musyrik akan berdalih bahwa mereka menjadi penjahat dan kafir addalah karena kehendak Allah

Dengan demikian, yang benar menurut Mu’tazilah adalah Allah hanya menyenangi kebaikan, keimanan, dan hidayah untuk semua hambanya. Untuk itu, ia diciptakan sebab-sebab yang memungkinkan merka dapat melakukan hal-hal yang dikehendaki nya itu. Karena itu pula, setiap orang bebas memilih apakah akan berbuat baik atau buruk sesuai dengan kehendak masing-masing. Dengan adanya kemampuan dan kebebasan memilih itulah manusia kelak akan menerima balasan dari Allah swt baik berupa pahala ataupun hukuman. Untuk memperkuat pendirina mereka itu, Mu’tazilah juga telah mengemukakan beberapa ayat al quran yang lain, seperti diantaranya surat Ali Imran (3): 32

ö@è% (#qãèÏÛr& ©!$# ^qߧ9$#ur ( bÎ*sù (#öq©9uqs? ¨bÎ*sù ©!$# w =Ïtä tûïÍÏÿ»s3ø9$# ÇÌËÈ

32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

 

Menurut Abduljabbar, sekiranya setiap kedzaliman yang terjadi di dunia ini kehendak Allah swt, tentu pernyataannya pada ayat diatas bohong dan Dia sendiri tidaklah perlu mensucikan diri nya dari berbuat dzalim jika dikatakan yang dimaksud dengan pernyataan nya itu bukanlah dia yang berbuat dzalim kepadd penghuni alam semesta ini, melainkan agar sementara mereka berbuat dzalim kepada yang lain dari kalangan mereka sendiri, dapat disanggah dnegan argument bahwa lafal dzalmaan (kedzaliman) yang dinafikan dari Allah itu adalah ism nakiroh kyang mengandung pengertian umum yang masih dapat dibawa kepada pengertian khusus.

Menurut Abdul jabar apa saja yang dikehendaki Allah tidak lepas ddari salah satu dari dua hal. Pertama, ada yang dilakukan nya sendiri. Kedua, ada yang dilakukan makhluk nya. Jika yang dikehendaki itu adalah Allah sendiri yang melakukannya , kemudian tidak terwujud, hal itu merupakan bukti kelemahan nya. Namun jika yang dikehendaki itu adalah makhluk nya yang melakukannya perlu terlebih dahulu dibedakan antara apa yang dikehendaki nya itu harus dilakukan melalui pemaksaan dari nya atau melalui kebebasan. Kalau diakukan melalui pemaksaan, kemudian kehendak Allah itu tidak terwujud, hal itu merupakan bukti kelemahan Allah. Sebaliknya, kalau dilakukan melalui ikhtiyar (kebebasan memilih) makhluk nya, kemudian kehendak nya itu tidak dapat terwujud, hal itu bukan merupakan bukti kelemahan nya.

Misalnya, Allah menghendaki agar orang orang yang kafir beriman namun merek atetap saja kafir sehingga kehendak Allah tidak terwujud, atau Allah tidak menghendaki adanya kekafiran pada hamba nya namun ternyata kekafiran itu masih saja tetap ada, maka smeuanya itu tidak dapat dijadikan bukti kelemahan Allah.

Sesuai dengan pendirian mereka itu, maka saat mereka menjumpai ayat yang menegaskan bahwa Allah tidak hanya mneghendaki sementara hambanya menjadi orang beriman dan saleh tetapi juga menghendaki sementara mereka yang lain menjadi kafir dan jahat. Mu’tazilah mengemukakan teori lutf. Secara harfiah lutf berarti kelembutan, kalau disebut lutf min Allah, maksudnya adalah taufiq dan perlindungan dari Allah. Adapun yang dimaksud dengan mu’tazilah dengan lutf tersebut adalah semua hal perbuatan dan karunia dari Allah yang apabila diberikan nya kepada seseorang, ornag itu pun akan memperoleh petunjuk, beriman dan patuh pada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun