Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Peperangan Batin

6 Juni 2020   05:34 Diperbarui: 6 Juni 2020   05:44 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mas Anan memang tak pernah mengeluhkan ketidak sempurnaanku sebagai istri. Selama itu pula kami tak pernah melakukan hubungan suami istri. Kamu bisa bayangkan kan, Tang? Tapi aku tahu... Mas Anan memendam semuanya demi ketaatan pada Rabb-Nya. Ia tak sedikitpun mengeluh karena takut menyakiti perasaanku. Sejauh ini tak ada yang tahu kapan aku bisa kembali menjadi wanita normal."

"Tolong, Tang! Menikahlah dengan Mas Anan, aku percaya kamu bisa bahagiakan dia."

Lintang menunduk, menghindari tatapan Gischa yang begitu jujur, dan tulus menginginkan kebahagiaan suami yang dicintainya.

Lintang menghela napas panjang, perempuan mana yang tak ingin menikah. Dulu saat ia menikah dengan Bayu suaminya, ibunya pernah mengatakan bahwa pernikahan adalah ladang pahala terbesar bagi seorang perempuan. Menikah adalah wasilah untuk menyempurnakan separuh agama, karena pernikahan adalah ibadah terlama yang diridhoi Allah. Tapi untuk menikah dengan laki-laki beristri tak pernah ada dalam pikirannya, apalagi laki-laki itu adalah suami sahabatnya sendiri. Apa kata orang nanti? Pasti akan banyak mulut-mulut yang menyinyiri sebagai pelakor, nggak laku,  perempuan nakal, janda gatal dan.... aaarrhhh Lintang tak sanggup melanjutnya senandikanya.

"Tapi apakah Mas Anan mau menikah denganku." Lintang berusaha mengelak.

"Insyaa Allah. Kalau aku yang minta, Mas Anan pasti mau," jawab Gischa yakin, wajahnya mendadak cerah.

"Hei, Nona.  Kamu lupa ya kalau dulu Mas Anan pernah suka sama kamu," imbuh Gischa, matanya mengerling menggoda Lintang.

"Dan kamu lebih memilih Mas Bayu yang lebih ganteng... Padahal kalau saja Mas Anan waktu itu tidak gondrong dan penampilannya rapi kayak Mas Bayu, pasti kamu bakalan lebih milih Mas Anan," seloroh Gischa terus menggoda Lintang.

"Ah... Kamu ini, jangan buka masa lalu, dong!" Lintang memerah malu, tapi dalam batinnya mengakui apa yang dikatakan Gischa benar. Waktu itu tak sedikitpun ia melirik Anan, laki-laki gondrong yang rambut ikalnya selalu diikat ekor kuda, dan pergi kuliah selalu mengenakan jins dengan lutut robek....

"Nah, berarti benar kan kalau sebenarnya kamu juga pernah suka sama Mas Anan." Gischa seperti belum puas menggoda Lintang.

"Aku yakin kamu juga pernah suka.." Kalau saja ada kaca pasti Lintang bisa melihat wajahnya yang seperti kepiting rebus menahan malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun