Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Pendahuluan)

30 Maret 2018   14:59 Diperbarui: 19 Juni 2020   12:16 3463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

PENDAHULUAN - LEGENDA DAN FAKTA TENTANG HAKIM BAO

Banyak kisah tokoh-tokoh besar dan kejadian-kejadian menakjubkan dalam sejarah panjang Cina yang telah diturunkan selama berabad-abad.

Beberapa kisah ini tercatat dalam catatan sejarah resmi dinasti-dinasti Cina, tetapi kebanyakan hanya diingat dalam balada cerita rakyat atau dalam pertunjukan dan opera yang diselenggarakan sepanjang masa oleh para aktor. Sangat sulit untuk membedakan fakta dari mitos. Para ahli sejarah Cina biasanya mengabaikan kisah dari mulut ke mulut sebagai semata-mata karangan, tetapi banyak kejadian dan tokoh-tokoh dalam kisah tersebut yang tetap populer sampai saat ini.

Bahkan 800 tahun yang lalu, masyarakat Cina menyadari bahwa nama baik yang terkenal lebih berpengaruh daripada fakta sebenarnya kehidupan seorang tokoh. Lu Fengweng, yang dikenal juga sebagai Lu You (1125-1210), pujangga besar dari Dinasti Song Selatan, menyatakan hal ini dalam syair yang ia tulis: “Apakah pengaruhnya berita kematian seorang pejabat – dengarkanlah balada Penasihat Cai.” Ia menunjuk pada sebuah balada dari seribu tahun sebelumnya yang menceritakan tentang Cai Bojie, yang pada masa Dinasti Han menjadi terkenal karena prestasi yang tidak biasa dengan menikahi putri Perdana Mentri Niu sehingga karirnya terjamin.

Kisah Penasihat Cai merupakan salah satu dari banyak kisah dari Dinasti Han yang menjadi favorit tetap bagi rakyat biasa selama berabad-abad kemudian. Catatan Sejarah Dinasti Han mengatakan bahwa terdapat 950 kisah menakjubkan dari Dinasti Zhou, yang berkuasa tahun 1100-221 SM. Kisah panjang yang terkenal dari Dinasti Xia, Shang, dan Zhou memasukkan suatu kisah tentang Yao, yang dipenjara; tentang Sun, yang dihukum mati di tengah hutan; tentang Tai Jia, yang membunuh Perdana Menteri Yi Yin; dan sebuah kisah romantis tentang wanita dari Gunung Lishan yang kemudian menjadi permaisuri.

Mungkin salah satu kisah yang paling bertahan lama di mana mitos dan fakta menjadi tak terpisahkan dan terjalin menjadi satu adalah kisah tentang Bao Zheng (999-1062), yang lebih dikenal sebagai Hakim Bao. Dalam cerita rakyat ia dipercaya sebagai sosok dewa yang hidup sepanjang masa Dinasti Tang, Song, Yuan, dan Ming – suatu rentang masa beberapa ribu tahun. Kisah tentang bagaimana Hakim Bao memecahkan berbagai kasus yang misterius dan sulit tersebar luas dan sangat populer. Kisah-kisah ini dapat ditemukan dalam berbagai naskah tukang cerita dari Dinasti Song (960-1279), drama-drama dari Dinasti Yuan (1271-1386), dan novel-novel kasus pengadilan dari Dinasti Ming (1368-1644).

Sulitnya membedakan kisah fiksi Hakim Bao dari fakta sejarahnya ditunjukkan dalam salah satu dari 200 syair “Gunung Penglai Kecil”, kumpulan puisi yang sebagian bersifat mendidik oleh Yu Yue (1821-1907) yang adalah seorang sarjana lulusan ujian negara pada masa Kaisar Daoguang dari Dinasti Qing dan bekerja sebagai penyunting di Akademi Hanlin. Ia menulis: “Atas nama Tuan Bao, kisah Tujuh Pahlawan dan Lima Ksatria dimulai,” yang dikenal juga sebagai “Catatan Sejarah Kasus-Kasus Longtu*”. Menunjuk pada reputasi Hakim Bao sebagai seorang dewa yang memanifestasikan dirinya dalam banyak masa pemerintahan Cina selama berabad-abad, Yu menuliskan syair ini:

Kejadian-kejadian dalam dinasti-dinasti selalu tampak baru,
Walaupun Tang, Song, Yuan dan Ming adalah masa lampau dan telah berlalu.
Kebanyakan orang-orang zaman dahulu adalah teman lamaku,
Tetapi sebagian kisah-kisah itu adalah fiktif dan tidak benar.

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan ini menceritakan bagaimana Hakim Bao memecahkan kasus-kasus sulit dan misterius dengan bantuan para pendekar dunia persilatan yang juga menjadi petugas pengadilannya. Novel ini diterjemahkan dari kisah Tiga Pahlawan dan Lima Ksatria (San Xia Wu Yi, 三俠五義) yang merupakan kisah lisan yang dibaladakan oleh Shi Yukun (c. 1797-1871), seorang tukang cerita kelahiran Tianjin yang aktif di Beijing, dan kemudian diterbitkan pada tahun 1879 dengan judul Kisah Para Pahlawan dan Ksatria Loyal sebelum diubah judulnya menjadi Tiga Pahlawan dan Lima Ksatria pada tahun 1883. Yu Yue merevisi novel ini sesuai dengan standar literatur tertulis dan mempersingkatnya sepanjang 20 bab tanpa mengubah alur ceritanya kemudian menerbitkannya pada tahun 1889 dengan judul Tujuh Pahlawan dan Lima Ksatria (Qi Xia Wu Yi, 七俠五義). Novel ini sukses menggabungkan tiga genre fiksi: fiksi historis, kisah detektif (pemecahan kasus kriminal), dan cerita silat sehingga direvisi dan diterbitkan kembali pada abad ke-20, bahkan dibuatkan dalam bentuk serial drama televisi dan film layar lebarnya pada masa modern saat ini.

Menurut pendahuluan novel Tiga Pahlawan dan Lima Ksatria, kisah fiksi Hakim Bao ini didasarkan pada naskah tukang cerita berjudul Kasus-Kasus Longtu atau Kasus-Kasus Hakim Bao yang diturunkan secara lisan. Shi Yukun menghilangkan bagian-bagian yang mengandung hal-hal supernatural dan mengubah bahasanya sehingga lebih dimengerti oleh rakyat biasa, yang akhirnya menjadikannya seorang tukang cerita yang terkenal pada masa itu. Walaupun novel ini tidak mendapatkan status seperti empat novel klasik Cina yang terkenal (yaitu Batas Air [Kisah 108 Pendekar Liang Shan], Kisah Tiga Kerajaan, Perjalanan ke Barat [Kisah Kera Sakti], dan Mimpi Paviliun Merah), namun karya ini telah banyak mempengaruhi berbagai karya fiksi Cina lainnya, terutama dalam genre cerita silat (wuxia).

Dalam kisah Kasus-Kasus Longtu dikatakan Hakim Bao menangani kasus-kasus di dunia fana pada siang hari dan mengadili perkara di akhirat pada malam hari sebagai titisan raja neraka Yama – yang juga disebutkan dalam bagian 6 dari novel ini. Namun kisah hidup Hakim Bao yang sesungguhnya dapat ditemukan dalam Volume 316 dari Catatan Sejarah Dinasti Song. Menurut catatan sejarah, ia lahir di Hefei, Prefektur Luzhou, dengan nama kecil Zheng dan nama resmi Xiren. Setelah lulus ujian negara, ia ditunjuk sebagai kepala daerah** kabupaten Jianchang. Kemudian ia mengundurkan diri untuk merawat orang tuanya yang lanjut usia. Setelah orang tuanya meninggal, ia menjalani masa berkabung yang cukup lama sebelum akhirnya menerima jabatan sebagai kepala daerah kabupaten Tianchang. Setelah itu ia dimutasikan ke prefektur Duanzhou lalu menjadi pejabat pengawas kerajaan yang merupakan asisten Menteri Urusan Internal dan bertugas antara lain menerima pengaduan dari rakyat dan memecat para pejabat yang tidak menjalankan tugas dengan baik. Kemudian ia ditunjuk menjadi pejabat transportasi ibukota bagian timur sebelum dimutasikan ke Provinsi Shaanxi dan Hubei lalu menjadi Wakil Menteri Urusan Internal, penasihat perpustakaan Tianzhang, anggota Dewan Pengawas Kerajaan yang bertanggung jawab langsung kepada Kaisar, sarjana Akademi Longtu, pejabat tinggi transportasi di daerah Hebei, dan dimutasikan ke Yingzhou.

Setelah kematian putranya, Bao meminta dimutasikan ke daerah Bian, kemudian ke Yangzhou, Luzhou, Chizhou, dan prefektur Jiangning. Lalu ia ditunjuk sebagai kepala daerah prefektur Kaifeng, penasihat, pejabat pengawas, dan diangkat sebagai anggota Dewan Rahasia yang menangani tiga kementerian: Kementerian Keuangan, Kementerian Urusan Internal, Kementerian Garam dan Besi [sejenis Kementerian Perindustrian pada masa Cina kuno], serta menjadi wakil kepala Dewan Rahasia. Terakhir ia menjadi Wakil Menteri Ritual sebelum meninggal pada usia 63 tahun. Demikianlah perjalanan karir Bao dalam sejarah.

Karena pernah menjadi penasihat perpustakaan Tianzhang, ia dikenal sebagai Penasihat Bao; karena mendapatkan gelar sarjana Akademi Longtu, ia dikenal sebagai Bao Longtu. Karena ia pernah bertugas di Kaifeng, beberapa benda bersejarah yang berkaitan dengannya masih dapat ditemukan di sana sampai saat ini. Ia menjabat di Kaifeng hanya selama satu tahun, namun ia banyak melakukan reformasi administrasi pemerintahan di sana, seperti memperbolehkan rakyat mengadu langsung kepada kepala daerah tanpa melalui para petugas yang dianggap korup. Walaupun karir pemerintahannya membawanya dari jabatan kepala daerah kabupaten Tianchang sampai prefektur Jiangning, posisi-posisi tersebut tidak pernah disebutkan seakan-akan ia hanya menjabat di Kaifeng.

Menurut biografinya, Bao begitu tegas dan ketat dalam pemerintahan sehingga bahkan para keluarga kerajaan dan kasim mengurungkan niat jahatnya. Orang-orang di ibukota mengatakan: “Sebelum para pejabat memeras rakyat, Bao Zheng sang raja Yama muncul mencegahnya.” Ini bukan berarti ia mengadili para hantu, melainkan ia sangat disegani oleh para pejabat karena kejujuran dan kelurusannya dalam pemerintahan. Dengan demikian, penggambaran Hakim Bao sebagai raja Yama dalam legenda hanyalah pencerminan pembawaannya yang lurus dan semangatnya yang luar biasa.

Catatan biografinya mengatakan bahwa Bao tidak menyukai pengambilan keputusan yang keras dan menganjurkan kemurahan hati dan belas kasih. Walaupun tidak menyukai orang-orang yang berbuat kesalahan, ia tidak segan-segan menunjukkan kelonggaran kepada mereka. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa sebagai pejabat Bao tidak semata-mata menerapkan ketegasan dan ketidakberpihakan.

Ketika ia menjadi pejabat di Tianchang, seseorang mengadukan sapi jantannya telah terpotong lidahnya. Bao menyarankan kepadanya, “Seekor sapi tidak bisa hidup tanpa lidahnya. Lebih baik memotong sapi tersebut lalu menjual dagingnya ke pasar untuk mendapatkan uang.” Orang itu melakukan seperti yang disarankan. Tak lama kemudian seseorang yang lain mengadukan orang pertama tadi telah membunuh sapinya. Bao menjawab, “Kenapa kamu menuduhnya membunuh sapi itu setelah kamu memotong lidah sapinya?” Karena Bao mengetahui orang kedua tersebut sebagai pelakunya, orang itu langsung berlutut dan mengaku bersalah. Kisah ini tercatat dalam biografinya dan membuktikan bahwa Bao sangat terkemuka dalam memutuskan perkara. Oleh sebab itu, kisah Kasus-Kasus Longtu didasarkan pada bakatnya tersebut.

Dalam berbagai drama dari Dinasti Yuan terdapat kisah fiktif di mana Bao mengadili kasus Ibu Suri Li. Namun tiada asap tanpa api. Menurut Catatan Sejarah Dinasti Song, permaisuri Li Chen dulunya adalah pelayan Ibu Suri Zhang Xian. Ia ditugaskan menjadi pelayan yang membersihkan kamar Kaisar Zhenzong dan menjadi hamil karenanya. Ia melahirkan seorang putra yang kelak menjadi Kaisar Renzong. Ibu Suri menganggap anak itu sebagai anaknya sendiri dan ketika anak itu naik tahta menjadi kaisar selanjutnya, ibu kandungnya mengundurkan diri sebagai selir kaisar. Sang kaisar baru mengetahui fakta kelahirannya ketika ibu suri meninggal dunia, di mana saat itu ibu kandungnya telah meninggal bertahun-tahun yang lampau. Kaisar yang bersedih pun menganugerahkan gelar ibu suri kepada ibu kandungnya.

Ini menjadi sumber kisah “Menukar Putera Mahkota dengan Kucing” walaupun dalam kenyataannya tidak pernah terjadi. Karena pelayan kamar tersebut mendapatkan perlakuan yang tidak layak dari Ibu Suri, kematiannya menimbulkan berbagai desas-desus yang bertentangan dengan Catatan Penyuapan oleh Wang Zhi dari Dinasti Song. Berdasarkan catatan ini, seorang wanita dari keluarga Wang menyatakan kepada pengadilan bahwa ia telah tidur dengan Kaisar Shenzong dan melahirkan anak darinya. Ia mengeluarkan sebuah ikat pinggang yang bersulam dari istana sebagai buktinya. Setelah mengadakan penyelidikan dengan seksama, kisah ini dinyatakan sebagai palsu dan Bao menjatuhkan hukuman mati kepada wanita itu dan anaknya. Kejadian ini tidak ada hubungannya dengan pelayan yang diperlakukan tidak layak tersebut dan tidak bersesuaian dengan pertunjukan drama Dinasti Yuan tentang Hakim Bao mengadili kasus Ibu Suri Li. Belakangan sebuah syair yang disusun berdasarkan hal ini berbunyi:

Penyebaran sejarah adalah menakjubkan;
Demikian juga roman-roman yang dikarang kemudian.
Pemeran sandiwara Liu dan Li
Memfitnah orang-orang masa lampau dan masa sekarang.

Demikianlah kisah pangeran ditukar dengan kucing juga menjadi kisah pembuka novel ini dan salah satu kasus yang ditangani oleh Bao dalam bagian berikutnya. Dan inilah kisahnya....

Bagian 1 – Persekongkolan di Istana Menukar Calon Putra Mahkota dengan Kucing

Pada masa Dinasti Song, Kaisar Zhenzong memiliki dua orang selir, Li dan Liu. Ketika keduanya hamil, karena kaisar tidak memiliki anak, kaisar menjanjikan siapa pun yang melahirkan anak laki-laki akan menjadi permaisuri. Selir Li melahirkan bayi laki-laki terlebih dahulu dan Selir Liu bersama Kasim Guo Huai bersekongkol untuk menukar bayi tersebut dengan bangkai kucing yang berlumuran darah sehingga Selir Li diasingkan oleh kaisar. Namun anak laki-laki tersebut berhasil diselamatkan dan kelak akan menjadi Kaisar Renzong.

Bagian 2 – Dewa Kuixing Memberi Tanda melalui Mimpi tentang Kelahiran Calon Pejabat yang Jujur

Tuan tanah Bao bermimpi didatangi sosok makhluk yang mengerikan ketika istrinya yang hamil tua melahirkan seorang bayi laki-laki yang berkulit hitam sehingga menganggap kelahiran anak ini akan membawa sial bagi keluarga. Kakak kedua sang bayi bersama istrinya berusaha membuang bayi tersebut, tetapi diselamatkan oleh kakak pertama dan istrinya yang kemudian mengangkatnya sebagai anak mereka sendiri. Bayi itu diberi nama Bao Hei yang kelak akan menjadi pejabat terkemuka karena ketegasan dan kejujurannya.

Bagian 3 – Bao Diselamatkan Seorang Pahlawan di Kuil Naga Emas

Kakak pertama memanggil seorang guru bernama Ning untuk mengajar Bao muda. Bao ternyata sangat cerdas sehingga diberi nama Zheng atau Wenzheng oleh gurunya dan sang guru mendesak orang tuanya agar mengizinkannya mengikuti ujian negara. Dalam perjalanan menuju ibukota untuk mengikuti ujian negara bersama pelayannya Bao Xing, Bao bertemu dengan pendekar Zhan Zhao.

Bagian 4 – Bao Wenzheng Mengikat Janji Pernikahan dan Menjadi Pejabat di Dingyuan

Atas desakan Bao Xing, karena kehabisan biaya perjalanan akibat dirampok, Bao mengunjungi putri keluarga Li yang kerasukan dan berusaha mengusir hantu yang merasukinya. Setelah berhasil mengusir hantu tersebut, Tuan Li bermaksud menikahkan putrinya dengan Bao yang kemudian berjanji akan memberitahu keluarganya terlebih dahulu dan akan melamar jika telah lulus ujian negara.

Bagian 5 – Penggaris Saku Tukang Kayu Mengungkapkan Pelaku Kejahatan, Pot Hitam Mengadukan Ketidakadilan

Ketika menduduki jabatan pertamanya sebagai pejabat daerah Dingyuan setelah lulus ujian negara, Bao Zheng mengadili tiga buah kasus: kasus pembunuhan di aula Qielan sebuah kuil, kasus gantungan batu koral yang mengungkapkan pembunuhan akibat perselingkuhan, dan kasus pot hitam yang sulit dipercaya orang-orang.

Bagian 6 – Bao Dipecat dan Bertemu dengan Para Ksatria Gagah Berani dan Seorang Bhiksu Senior

Karena kasus pot hitam, Bao dipecat oleh atasannya. Dalam perjalanan menuju ibukota, ia bertemu empat pendekar dari Bukit Tu Long, yaitu Wang Chao, Ma Han, Zhang Long, dan Zhao Hu, yang berjanji akan melayaninya jika kelak ia ditugaskan kembali.

Bagian 7 – Bao Menikah dengan Nona Li, Gongsun Ce Diam-Diam Menyelidiki Pelaku Kejahatan

Setelah menjadi pejabat di Kaifeng, Bao akhirnya menikah dengan putri keluarga Li. Suatu hari Bao mendapatkan kasus yang sulit dan kedatangan seorang sarjana miskin bernama Gongsun Ce yang direkomendasikan bhiksu Liao Ran agar bekerja untuknya.

Bagian 8 – Empat Ksatria Menyelamatkan Seorang Pelayan Setia dan Menangkap Pendeta Jahat di Kuil Dewa Besi

Ketika melakukan penyelidikan kasus kematian Zhang Youdao yang misterius, Gongsun Ce bertemu dengan empat pendekar dari Bukit Tu Long. Dalam perjalanan menuju Kaifeng, Gongsun dan keempat pendekar tersebut singgah di sebuah kuil di mana mereka menyelamatkan seorang pelayan keluarga Tian dari para pendeta Taois jahat.

Bagian 9 – Kaisar Memberikan Gelar Sarjana kepada Bao dan Menugaskannya ke Chenzhou

Setelah memecahkan kasus kematian Zhang Youdao, Bao melaporkan kepada kaisar tentang masalah penyalahgunaan penyaluran bantuan bagi korban bencana kelaparan di Chenzhou oleh kerabat kaisar. Kaisar pun menugaskan Bao untuk menyelidiki kasus itu ke Chenzhou dengan membawa tiga alat penggal berbentuk naga, macan, dan anjing.

Bagian 10 – Seorang Pelajar Mendapatkan Bencana, Seorang Ksatria Menangkap Pencuri

Seorang ibu melapor kepada Bao tentang kasus anaknya, seorang pelajar, yang menemukan harta karun terpendam di rumah mereka. Ketika sang pelajar membeli kepala babi untuk persembahan sebagai tanda terima kasih kepada para dewa, ternyata kepala babi itu adalah sebuah kepala wanita yang berlumuran darah. Saat petugas menggali lebih dalam tempat penemuan peti harta tersebut, ditemukan sesosok mayat pria tanpa kepala.

Bagian 11 – Bao Mengadili Sang Pencuri, Zhan Zhao Menolong Seorang Wanita Tua

Setelah seorang pencuri tertangkap, Bao akhirnya berhasil memecahkan misteri kepala wanita dan mayat pria tanpa kepala kemudian melanjutkan perjalanan ke Chenzhou. Sementara itu Zhan Zhao dalam pengembaraannya bertemu dengan serombongan pengungsi dari Chenzhou yang menceritakan kepadanya kondisi mereka yang menyedihkan. Ia pun memutuskan pergi ke Chenzhou untuk menyelidiki hal ini.

Bagian 12 – Pendekar Zhan Diam-Diam Menukar Arak, Bangsawan Pang Menyusun Rencana Jahat

Zhan Zhao diam-diam menyelinap masuk ke dalam kediaman Bangsawan Pang Yu dan menggagalkan upaya sang bangsawan untuk menodai kesucian seorang wanita yang ia culik. Zhan juga mendengar rencana jahat bangsawan tersebut mengirimkan seorang pendekar untuk membunuh Bao di tengah perjalanannya menuju Chenzhou.

Bagian 13 – Tikus Kelima Melakukan Tindakan Ksatria, Dua Pendekar Berbagi Uang Rampasan

Zhan Zhao diam-diam mengikuti Xiang Fu, pendekar yang ditugaskan untuk membunuh Bao, sampai ke sebuah rumah makan. Di sana Xiang Fu bertemu dengan Bai Yutang, seorang pendekar muda dari Pulau Xian Kong, yang kemudian menolong seorang kakek yang berhutang kepada seorang tuan tanah dengan bunga yang sangat tinggi.

Bagian 14 – Zhan Xiongfei Menggagalkan Upaya Pembunuhan Bao

Zhan Zhao mengirimkan pesan agar Bao berhati-hati terhadap seorang pembunuh ketika tiba di Tianchang dan memberitahunya untuk menyelamatkan Jin Yuxian, wanita yang diculik Pang, dan menangkap Pang Yu.

Bagian 15 – Bao Menghukum Mati Pang Yu dengan Alat Penggal Berkepala Naga dan Bertemu dengan Ibu Suri di Kuil Tianqi

Setelah Bangsawan Pang ditangkap, Bao menghukum mati Pang dengan alat penggal berkepala naga. Khawatir tindakannya akan menyebabkan kesulitan baginya di ibukota karena Pang adalah putra Guru Besar Kerajaan Pang Ji, Bao memutuskan untuk berkeliling negeri mengadakan penyelidikan hingga akhirnya bertemu dengan seorang wanita tua yang mengaku sebagai ibu suri.

Bagian 16 – Sarjana Setia Berpura-Pura Mengakui Ibu Suri sebagai Ibunya

Setelah Li, wanita tua yang mengaku sebagai ibu kandung kaisar, dapat membuktikan dirinya sebagai ibu suri, Bao membawanya diam-diam ke Kaifeng dengan mengakuinya sebagai ibunya sendiri. Di rumah Bao, ibu suri dilayani oleh istri Bao yang juga bermarga sama dengan sang ibu suri.

Bagian 17 – Pengurus Istana Mengunjungi Bao, Ibu Suri Pergi ke Istana Nanqing

Pengurus Ning dari Istana Nanqing mengundang Bao dalam perayaan ulang tahun Putri Di, istri Pangeran Kedelapan. Atas saran istrinya, Bao mengirimkan ibu suri pergi ke Istana Nanqing agar dapat bertemu dengan Putri Di sehingga dapat membantu menyelesaikan kasus ibu suri.

Bagian 18 – Kaisar Renzong Bertemu Ibu Kandungnya dan Diam-Diam Menitahkan Bao Mengadili Guo Huai

Ibu suri yang menyamar sebagai ibu kandung Bao dapat bertemu Putri Di di Istana Nanqing. Pada malam itu ibu suri mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya dan menceritakan bagaimana ia bisa selamat dan bertahan hidup di luar istana. Putri Di pun membantu ibu suri agar dapat bertemu kembali dengan Kaisar Renzong, putranya. Setelah pertemuan ibu dan anak yang mengharukan pada keesokan paginya, kaisar secara diam-diam menitahkan Bao untuk mengadili Guo Huai.

Bagian 19 – Guo Huai Mengakui Kejahatannya dan Ibu Suri Li Kembali ke Istana

Dalam persidangan Guo Huai tidak mengakui adanya persekongkolan antara dirinya dan Selir Liu waktu itu untuk menukar putra mahkota dengan bangkai kucing. Berkat kecerdikan Gongsun menghadirkan hantu pelayan Kou Zhu, akhirnya Guo Huai pun mengakui perbuatan tersebut. Kasus ini ditutup dengan meninggalnya Liu secara mendadak dan Ibu Suri Li dapat kembali ke istana kerajaan.

Bagian 20 – Pejabat Setia Tertimpa Malapetaka Besar dan Pahlawan Membunuh Seorang Pendeta Jahat

Seorang ibu melaporkan kepada Bao kehilangan putri tertuanya ketika menikahkan putri keduanya, tetapi ayah mertua sang putri kedua menuduh sang ibu menukarkan putri keduanya yang cantik dengan putri tertuanya yang jelek. Ketika Bao memikirkan kasus ini, tiba-tiba ia jatuh pingsan dan tidak ada yang bisa menyembuhkannya, termasuk Gongsun yang ahli pengobatan. Sementara itu dalam perjalanannya menuju Kaifeng, Zhan Zhao menolong seorang wanita miskin yang membutuhkan biaya pengobatan ibu mertua dan suaminya yang sakit.

Bagian 21 – Pendekar Selatan Menakuti-Nakuti dengan Kepala Manusia, Sarjana Bao Mengadili Kasus Ibu Tua

Setelah memasuki kediaman Guru Besar Pang Ji dan membunuh pendeta Taois jahat yang berusaha mencelakai Bao dengan guna-guna, Zhan Zhao menuju Kaifeng dan bertemu dengan Bao yang sembuh dari sakitnya. Dengan informasi yang diperoleh Zhan, Bao kembali mengadili kasus sang ibu yang melaporkan kehilangan putrinya sebelumnya.

Bagian 22 – Di Istana Perdana Menteri Bao Melaporkan Guru Besar Kerajaan, Pendekar Selatan Menjadi Pengawal Kerajaan

Bao melaporkan Guru Besar Pang kepada kaisar atas tuduhan berusaha mencelakai seorang pejabat besar kerajaan dan kaisar pun menghukum Pang. Beberapa hari kemudian kaisar menanyakan tentang Zhan Zhao kepada Bao dan memintanya untuk menghadirkan Zhan di istana guna melihat kemampuannya. Terkesan dengan kemampuan Zhan, kaisar pun mengangkatnya sebagai pengawal kerajaan yang bertugas di Kaifeng.

Bagian 23 – Hongyi Menolong Suami Istri yang Malang, Bai Xiong Mengalahkan Macan dan Bertemu Keponakannya

Seorang sarjana miskin Fan Zhongyu dengan bantuan seorang teman baiknya dapat pergi ke ibukota bersama istri dan anaknya untuk mengikuti ujian negara. Setelah selesai mengikuti ujian, ia membawa istri dan anaknya untuk mengunjungi ibu mertuanya, namun mereka tersesat. Sialnya, anaknya dibawa pergi oleh seekor macan, sedangkan sang istri diculik oleh seorang bangsawan jahat.

Bagian 24 – Sarjana Peringkat Pertama Fan Menjadi Gila, Qu Si Jenggot Kehilangan Nyawa Karena Ketagihan Minum

Karena dipukuli oleh anak buah bangsawan Ge, Fan menjadi gila dan menghilang entah ke mana ketika para petugas mencarinya untuk memberitahukan bahwa ia mendapatkan peringkat pertama dalam ujian negara. Sementara itu seorang pedagang kayu bernama Qu Shen yang pulang kemalaman karena kebanyakan minum menginap di rumah pasangan suami istri miskin yang berencana membunuhnya karena ingin mendapatkan uangnya.

Bagian 25 – Nyonya Bai Bangkit dari Kematian dan Tertukar Tubuhnya dengan Qu Shen

Setelah Qu Shen terbunuh, mayatnya dibuang dan ditemukan orang-orang keesokan paginya. Ketika penemuan mayat ini dilaporkan ke kepala desa, ternyata Qu Shen hidup kembali dengan perilaku seperti wanita. Sementara itu Zhao Hu menemukan seorang wanita yang berperilaku seperti pria di sebuah kuil ketika sedang menjalankan tugas dari Bao.

Bagian 26 – Bao Menyidangkan Kasus Pertukaran Tubuh antara Pria dan Wanita yang Membingungkan

Qu Shen yang berperilaku seperti wanita dan Nyonya Bai, istri sarjana peringkat pertama Fan, yang berperilaku seperti pria dibawa ke pengadilan Kaifeng beserta orang-orang yang terlibat dalam kasus keduanya. Walaupun Bao akhirnya dapat memecahkan kasus ini dan memenjarakan para pelakunya, namun ia kebingungan bagaimana mengembalikan kondisi kedua pria dan wanita itu ke semula.

Bagian 27 – Cermin Kuno Mengembalikan Jiwa yang Tertukar, Zhan Xiongfei Kembali ke Desanya

Berdasarkan petunjuk mimpi dari bantal ajaib dan menggunakan cermin kuno, Bao berhasil mengembalikan jiwa Bai Xiong dan Nyonya Bai ke tubuh mereka masing-masing. Sementara itu Zhan Zhao mengajukan cuti untuk pulang ke rumahnya untuk memberikan persembahan kepada leluhur.

Bagian 28 – Janji Menolong Seseorang di Tepi Danau dan Pertemuan Tak Terduga di Kedai Teh

Setelah memberikan penghormatan kepada leluhur di kampung halamannya, Zhan Zhao pergi ke Hangzhou. Ketika sedang menikmati pemandangan di tepi Danau Xihu, Zhan menyaksikan seorang kakek hendak menenggelamkan diri ke dalam danau, tetapi ditolong oleh seorang nelayan muda. Ternyata sang kakek memiliki kedai teh yang kemudian diambil alih oleh menantunya yang jahat. Nelayan itu berjanji mencarikan uang agar sang kakek dapat membuka kedai teh baru, yang juga dijamin oleh Zhan.

Bagian 29 – Ding Zhaohui Mencuri di Kedai Teh Zheng; Zhan Xiongfei Menemui Kakek Zhou di Tepi Danau

Nelayan yang menolong kakek itu ternyata adalah Ding Zhaohui, pendekar kedua dari Ding bersaudara. Setelah diam-diam mengambil uang dari kediaman menantu sang kakek, ia memberikannya kepada kakek tersebut untuk membuka kedai teh baru.

Bagian 30 – Ding Kedua Membantu Kakek Zhou dan Mengundang Pendekar Selatan

Setelah memberikan sejumlah uang kepada kakek Zhou, Ding Kedua mengundang Zhan Zhao untuk menginap di rumahnya. Di kediaman Ding, Zhan diminta oleh Ding bersaudara mencoba sebilah pedang yang lebih ringan daripada pedangnya sendiri dan ternyata milik saudara perempuan Ding.

Bagian 31 – Zhan Xiongfei Menjalin Pernikahan Melalui Adu Pedang; Tikus Penggerek Langit Meminta Maaf atas Pencurian Ikan

Melalui rencana Ding Kedua, Zhan Zhao bertanding pedang melawan Ding Yuehua. Nona Ding berhasil memotong ikat kepala Zhan, namun terlebih dahulu Zhan telah menjatuhkan anting-antingnya sehingga Zhan dinyatakan sebagai pemenang. Akhirnya Ding bersaudara memberitahukan rencana mereka untuk menjodohkan Zhan dan Nona Ding. Zhan pun menyetujuinya dan bertukar pedang sebagai tanda pertunangan. Sebelum Zhan pulang, Ding bersaudara mengajaknya menikmati pemandangan sungai yang indah. Namun tiba-tiba para nelayan datang melaporkan pencurian ikan di wilayah mereka oleh anak buah Lima Tikus dari Pulau Xian Kong.

Bagian 32 – Zhan Zhao Menyelamatkan Seorang Pelayan Tua; Pelajar Yan Pergi Mengikuti Ujian Negara

Dalam perjalanan kembali ke ibukota Zhan Zhao menyelamatkan seorang pelayan tua keluarga Yan. Tuan muda keluarga Yan yang bernama Yan Chasan adalah seorang pelajar yang bercita-cita pergi ke ibukota mengikuti ujian negara, tetapi mengurungkan niatnya karena keluarganya miskin. Akhirnya ia dapat pergi ke ibukota dengan bantuan seorang temannya yang memberikan biaya perjalanan dan mengirimkan seorang pelayan muda bernama Yumo untuk menemaninya pergi ke ibukota.

Bagian 33 – Calon Sarjana Terkemuka Bertemu Dengan Bai Yutang; Pendekar Tampan Menguji Yan Chasan Tiga Kali

Yan Chasan bertemu dengan seorang sarjana miskin bernama Jin Maoshu di sebuah penginapan. Melihat perilaku Jin yang mengambil keuntungan dari Yan, sang pelayan Yumo mengingatkan Yan agar berhati-hati dengan orang tersebut, namun ia justru dimarahi oleh tuannya karena Yan menganggap Jin kelak akan menjadi seseorang yang luar biasa.

Bagian 34 – Yan Mengangkat Saudara dengan Seorang Pahlawan; Si Tua Liu Memandang Rendah Sang Sarjana Miskin

Ketika Yan bertemu dengan Jin untuk ketiga kalinya, keduanya mengikat sumpah sebagai saudara angkat walaupun Yumo sudah memperingatkan Yan. Di luar perkiraan Yumo, Jin memberikan uang biaya perjalanan serta kuda dan pakaian baru kepada Yan sehingga ia dapat melanjutkan perjalanan menuju rumah pamannya di kabupaten Xiangfu.

Bagian 35 – Si Tua Liu Membatalkan Pertunangan; Feng Junheng Membalas Syair dengan Asal-Asalan

Setelah mengetahui bahwa keluarga Yan jatuh miskin, pamannya Liu Hong bermaksud membatalkan pertunangan antara putrinya dengan Yan. Di rumah pamannya Yan bertemu dengan Feng Junheng, keponakan dari bibinya Nyonya Feng yang juga menyukai putri Liu. Feng berusaha menunjukkan keunggulannya di hadapan Yan dalam hal membuat syair, namun hanya berakhir dengan mempermalukan dirinya sendiri.

Bagian 36 – Seorang Pelayan Wanita Kehilangan Nyawa dalam Taman, Seorang Pelayan Jahat Berusaha Merampok Jenazah

Xiuhong, pelayan wanita Nona Liu, ditemukan tewas tercekik dalam taman dan kipas milik Yan ditemukan di sampingnya. Di pengadilan Yan mengaku telah membunuh sang pelayan dan dimasukkan ke penjara. Mendengar berita bahwa Yan akan dihukum mati karena pengakuannya, Nona Liu yang merasa bersalah memutuskan untuk bunuh diri.

Bagian 37 – Sang Pelayan Kecil Melayani Tuannya Di Penjara; Seorang Pahlawan Membagi-Bagikan Uang

Bai Yutang alias Jin Maoshu datang ke kediaman Liu Hong dan menggagalkan upaya perampokan jenazah Nona Liu. Ia juga datang ke penjara untuk menemui Yan dan pelayan kecilnya.

Bagian 38 – Yumo Menghadang Tandu untuk Melaporkan Ketidakadilan; Demi Sahabat, Bai Yutang Mengirim Surat beserta Pedang

Bai Yutang menyuruh Yumo pergi ke Kaifeng untuk melaporkan kasus yang menimpa Yan Chasan kepada Bao. Bao pun memulai persidangan kasus tersebut dengan menanyai Yumo, Liu Hong, dan pengasuh Nona Liu yang bernama Tian.

Bagian 39 – Sang Sarjana Mengakui Kesalahan; Dua Orang Pendekar Bertarung

Berdasarkan keterangan Yumo, Bao akhirnya dapat memecahkan kasus kematian Xiuhong dan menghukum mati pelakunya. Sementara itu Zhan Zhao yang telah kembali ke Kaifeng disambut oleh teman-temannya dengan perjamuan makan. Ketika mereka sedang makan, seseorang menyusup ke dalam kantor Kaifeng dan Zhan berusaha menangkap orang tersebut.

Bagian 40 - Tiga Orang Pendekar Pergi Mencari Saudara Angkat Mereka

Tiada kabar dari Bai Yutang selama dua bulan sejak kepergiannya ke ibukota menyebabkan Lu Fang, pemimpin Lima Tikus dari Pulau Xian Kong, khawatir. Para saudara angkatnya, Han Zhang, Xu Qing, dan Jiang Ping pun menyusul ke ibukota untuk mencari adik kelima mereka tersebut. Sementara itu di ibukota Bai berencana menyusup ke istana agar namanya diketahui seluruh dunia dan untuk memancing Zhan Zhao.

Bagian 41 – Pengadilan Kaifeng Menyelidiki Tewasnya Kasim Guo An dan Goresan Syair Di Kuil Zhong Lie

Guo An, seorang kasim yang bertugas di taman kerajaan, merencanakan membunuh kepala kasim Chen Lin untuk membalas dendam kematian pamannya, Guo Huai. Namun ia ditemukan terbunuh di dalam kediamannya dan asistennya, kasim muda He Changxi, diikat sang pelaku di bawah pohon dedalu. Ketika bersembahyang di Kuil Zhong Lie, Kaisar Renzong menemukan tulisan syair di dinding kuil itu dan memerintahkan Perdana Menteri Bao untuk menyelidiki kasus ini dan membawa sang pelaku ke hadapannya.

Bagian 42 – Karena Salah Menangkap Penjahat, Terungkap Adanya Pengiriman Emas Curian

Zhao Hu mendapatkan informasi seseorang bernama Sun yang diduga berhubungan dengan kasus yang disedang diselidiki pengadilan Kaifeng sedang berada di sebuah penginapan, tetapi ketika ditangkap, orang itu ternyata adalah pelayan Gubernur Sun Zhen, cucu Guru Besar Pang Ji, yang berusaha menyelundupkan emas hasil korupsi yang disembunyikan dalam hadiah untuk ulang tahun kakeknya.

Bagian 43 – Guru Besar Kerajaan Menelan Penawar Racun yang Menjijikkan dan Membunuh Selir Kesayangannya

Dalam perayaan ulang tahun Pang Ji sang guru besar kerajaan terjadi insiden yang menyebabkan ia dan para tamunya terpaksa harus menelan penawar racun yang berasal dari kotoran manusia. Ketika mendatangi kediaman para selirnya setelah para tamu pulang, Pang mencurigai selir kesayangannya berselingkuh dengan laki-laki lain dan langsung membunuh mereka karena marah.

Bagian 44 – Seorang Pahlawan Menyelamatkan Seorang Gadis di Kuil Dewi Bunga dan Para Ksatria Kaifeng Mengungkapkan Nama Aslinya

Wang Chao dan Ma Han dengan menyamar sebagai orang biasa pergi ke Kuil Dewi Bunga yang sedang mengadakan perayaan meriah. Di belakang kuil itu seorang tuan muda jahat menculik seorang wanita, namun seorang pendekar berusaha menghalanginya sehingga menyebabkan perkelahian yang menyebabkan tuan muda itu terbunuh. Pendekar itu pun dibawa ke Kaifeng dan ternyata tak lain adalah Lu Fang, sang Tikus Penggerek Langit.

Bagian 45 – Lu Fang Dibebaskan, Ma Han Terkena Anak Panah Beracun, dan Xu Qing Tertangkap

Mendengar kabar kakak pertama mereka dibawa ke Kaifeng karena terlibat kasus pembunuhan, Han Zhang, Xu Qing, dan Jiang Ping menyusup ke kantor Kaifeng pada malam hari untuk membebaskannya. Ketiganya disambut oleh Zhan Zhao dan keempat pengawal Bao lainnya sehingga terjadi pertarungan yang menyebabkan Ma Han terkena anak panah beracun dan Xu Qing tertangkap.

Bagian 46 – Jiang Ping Memperdaya Han Zhang untuk Mendapatkan Penawar Racun dan Zhao Hu Bertemu Kakek Zhao Qing

Ketika mengetahui Ma Han terkena anak panah beracun milik Han Zhang, Lu Fang ingin segera meminta penawarnya kepada adik keduanya itu, tetapi Jiang Ping memiliki rencana lain. Ia mengatakan kepada Han bahwa Xu Qing-lah yang terkena anak panah beracun sehingga Han pun memberikan penawar itu. Ketika mengetahui dirinya diperdaya oleh adik angkatnya sendiri, Han Zhang akhirnya pergi meninggalkan mereka. Demikian juga Bai Yutang juga tidak terlihat lagi.

Bagian 47 – Pengaduan Dilaporkan kepada Pejabat yang Salah, Tuan Muda Palsu dapat Dikenali

Seorang kakek melaporkan kepada Guru Besar Pang tentang keponakan Bao yang memeras uang dari kantor prefektur dan kabupaten yang ia kunjungi. Pang memanfaatkan kesempatan ini untuk melaporkan kasus ini di hadapan kaisar agar Bao dipecat. Kaisar pun marah dan memerintahkan agar sang keponakan ditangkap dan diadili di ibukota.

Bagian 48 – Tuan Muda Palsu Dihukum, Para Pejabat Penjilat Diturunkan Jabatannya, Para Ksatria Bertemu Kaisar

Setelah kasus yang melibatkan keponakan Bao dapat terungkap, pada saat pertemuan pagi kaisar menanyakan kepada Bao apakah Bai Yutang yang telah membuat kekacauan di istana sudah ditemukan. Ketika Bao menjawab ia hanya berhasil menemukan ketiga saudara angkatnya, kaisar ingin bertemu ketiga dari Lima Tikus dari Pulau Xian Kong tersebut.

Bagian 49 – Tiga Tikus Diangkat Menjadi Pejabat; Dua Ekor Burung Gagak Melaporkan Pengaduan

Setelah melihat kemampuan Lu Fang, Xu Qing, dan Jiang Ping, kaisar mengangkat mereka menjadi petugas di Kaifeng yang bertugas mencari keberadaan kedua tikus lainnya. Sebulan kemudian Bao kedatangan dua ekor burung gagak yang berperilaku mencurigakan dan memerintahkan dua orang petugas bernama Jiang Fan dan Huang Mao mengikuti gagak tersebut.

Bagian 50 – Tikus Penembus Tanah Menyelamatkan Dua Orang Petugas; Bai Yutang Mencuri Tiga Benda Berharga Milik Bao

Jiang Fan dan Huang Mao bertemu dengan teman lama Jiang yang kini menjadi tuan tanah, namun keduanya ditangkap dan berusaha dibunuh oleh pelayan sang tuan tanah karena menolak bekerja sama menyembunyikan kejahatan yang dilakukannya. Untungnya keduanya kemudian diselamatkan oleh Tikus Kedua Han Zhang.

Bagian 51 – Dua Orang Ksatria Terjebak dalam Ruang Bawah Tanah; Tiga Orang Penjahat Tertangkap dan Dibawa ke Ping Xian

Setelah tiga benda berharga milik Bao dicuri oleh Bai Yutang, Zhan Zhao ingin pergi ke Pulau Xian Kong untuk mencarinya, namun dicegah oleh Jiang Ping yang berencana untuk pergi ke Puncak Cui Yun bersama Zhang Long dan Zhao Hu guna menemukan kakak keduanya Han Zhang. Di sana mereka bertemu dengan pelayan keponakan Bao yang kehilangan sang keponakan karena dibawa pergi seekor macan.

(Setiap bagian dan ringkasan isinya akan di-update setelah diterjemahkan oleh penulis)

Catatan Kaki:

* Bao mendapatkan julukan Longtu (Lukisan Kaisar) dalam kisah fiksinya karena wajahnya yang dilukis oleh Kaisar Renzhong berdasarkan mimpi yang dialaminya, seperti dikisahkan dalam bagian 6 novel ini. Melalui lukisan kaisar ini, Perdana Menteri Wang dapat menemukan Bao yang mengasingkan diri setelah dipecat dan membawanya kembali mengabdi kepada Kaisar.

** Pada masa Cina kuno pejabat kepala daerah juga berfungsi sebagai hakim yang mengadili dan memutuskan perkara di daerah yang menjadi wewenangnya.

Download Versi Ebook:

Jilid I (Bab 1-19): [Google Play Books]

Jilid II (Bab 20-39): [Google Play Books]

Jilid III (Bab 40- ): [masih dalam proses]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun