Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Pendahuluan)

30 Maret 2018   14:59 Diperbarui: 19 Juni 2020   12:16 3463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dalam kisah Kasus-Kasus Longtu dikatakan Hakim Bao menangani kasus-kasus di dunia fana pada siang hari dan mengadili perkara di akhirat pada malam hari sebagai titisan raja neraka Yama – yang juga disebutkan dalam bagian 6 dari novel ini. Namun kisah hidup Hakim Bao yang sesungguhnya dapat ditemukan dalam Volume 316 dari Catatan Sejarah Dinasti Song. Menurut catatan sejarah, ia lahir di Hefei, Prefektur Luzhou, dengan nama kecil Zheng dan nama resmi Xiren. Setelah lulus ujian negara, ia ditunjuk sebagai kepala daerah** kabupaten Jianchang. Kemudian ia mengundurkan diri untuk merawat orang tuanya yang lanjut usia. Setelah orang tuanya meninggal, ia menjalani masa berkabung yang cukup lama sebelum akhirnya menerima jabatan sebagai kepala daerah kabupaten Tianchang. Setelah itu ia dimutasikan ke prefektur Duanzhou lalu menjadi pejabat pengawas kerajaan yang merupakan asisten Menteri Urusan Internal dan bertugas antara lain menerima pengaduan dari rakyat dan memecat para pejabat yang tidak menjalankan tugas dengan baik. Kemudian ia ditunjuk menjadi pejabat transportasi ibukota bagian timur sebelum dimutasikan ke Provinsi Shaanxi dan Hubei lalu menjadi Wakil Menteri Urusan Internal, penasihat perpustakaan Tianzhang, anggota Dewan Pengawas Kerajaan yang bertanggung jawab langsung kepada Kaisar, sarjana Akademi Longtu, pejabat tinggi transportasi di daerah Hebei, dan dimutasikan ke Yingzhou.

Setelah kematian putranya, Bao meminta dimutasikan ke daerah Bian, kemudian ke Yangzhou, Luzhou, Chizhou, dan prefektur Jiangning. Lalu ia ditunjuk sebagai kepala daerah prefektur Kaifeng, penasihat, pejabat pengawas, dan diangkat sebagai anggota Dewan Rahasia yang menangani tiga kementerian: Kementerian Keuangan, Kementerian Urusan Internal, Kementerian Garam dan Besi [sejenis Kementerian Perindustrian pada masa Cina kuno], serta menjadi wakil kepala Dewan Rahasia. Terakhir ia menjadi Wakil Menteri Ritual sebelum meninggal pada usia 63 tahun. Demikianlah perjalanan karir Bao dalam sejarah.

Karena pernah menjadi penasihat perpustakaan Tianzhang, ia dikenal sebagai Penasihat Bao; karena mendapatkan gelar sarjana Akademi Longtu, ia dikenal sebagai Bao Longtu. Karena ia pernah bertugas di Kaifeng, beberapa benda bersejarah yang berkaitan dengannya masih dapat ditemukan di sana sampai saat ini. Ia menjabat di Kaifeng hanya selama satu tahun, namun ia banyak melakukan reformasi administrasi pemerintahan di sana, seperti memperbolehkan rakyat mengadu langsung kepada kepala daerah tanpa melalui para petugas yang dianggap korup. Walaupun karir pemerintahannya membawanya dari jabatan kepala daerah kabupaten Tianchang sampai prefektur Jiangning, posisi-posisi tersebut tidak pernah disebutkan seakan-akan ia hanya menjabat di Kaifeng.

Menurut biografinya, Bao begitu tegas dan ketat dalam pemerintahan sehingga bahkan para keluarga kerajaan dan kasim mengurungkan niat jahatnya. Orang-orang di ibukota mengatakan: “Sebelum para pejabat memeras rakyat, Bao Zheng sang raja Yama muncul mencegahnya.” Ini bukan berarti ia mengadili para hantu, melainkan ia sangat disegani oleh para pejabat karena kejujuran dan kelurusannya dalam pemerintahan. Dengan demikian, penggambaran Hakim Bao sebagai raja Yama dalam legenda hanyalah pencerminan pembawaannya yang lurus dan semangatnya yang luar biasa.

Catatan biografinya mengatakan bahwa Bao tidak menyukai pengambilan keputusan yang keras dan menganjurkan kemurahan hati dan belas kasih. Walaupun tidak menyukai orang-orang yang berbuat kesalahan, ia tidak segan-segan menunjukkan kelonggaran kepada mereka. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa sebagai pejabat Bao tidak semata-mata menerapkan ketegasan dan ketidakberpihakan.

Ketika ia menjadi pejabat di Tianchang, seseorang mengadukan sapi jantannya telah terpotong lidahnya. Bao menyarankan kepadanya, “Seekor sapi tidak bisa hidup tanpa lidahnya. Lebih baik memotong sapi tersebut lalu menjual dagingnya ke pasar untuk mendapatkan uang.” Orang itu melakukan seperti yang disarankan. Tak lama kemudian seseorang yang lain mengadukan orang pertama tadi telah membunuh sapinya. Bao menjawab, “Kenapa kamu menuduhnya membunuh sapi itu setelah kamu memotong lidah sapinya?” Karena Bao mengetahui orang kedua tersebut sebagai pelakunya, orang itu langsung berlutut dan mengaku bersalah. Kisah ini tercatat dalam biografinya dan membuktikan bahwa Bao sangat terkemuka dalam memutuskan perkara. Oleh sebab itu, kisah Kasus-Kasus Longtu didasarkan pada bakatnya tersebut.

Dalam berbagai drama dari Dinasti Yuan terdapat kisah fiktif di mana Bao mengadili kasus Ibu Suri Li. Namun tiada asap tanpa api. Menurut Catatan Sejarah Dinasti Song, permaisuri Li Chen dulunya adalah pelayan Ibu Suri Zhang Xian. Ia ditugaskan menjadi pelayan yang membersihkan kamar Kaisar Zhenzong dan menjadi hamil karenanya. Ia melahirkan seorang putra yang kelak menjadi Kaisar Renzong. Ibu Suri menganggap anak itu sebagai anaknya sendiri dan ketika anak itu naik tahta menjadi kaisar selanjutnya, ibu kandungnya mengundurkan diri sebagai selir kaisar. Sang kaisar baru mengetahui fakta kelahirannya ketika ibu suri meninggal dunia, di mana saat itu ibu kandungnya telah meninggal bertahun-tahun yang lampau. Kaisar yang bersedih pun menganugerahkan gelar ibu suri kepada ibu kandungnya.

Ini menjadi sumber kisah “Menukar Putera Mahkota dengan Kucing” walaupun dalam kenyataannya tidak pernah terjadi. Karena pelayan kamar tersebut mendapatkan perlakuan yang tidak layak dari Ibu Suri, kematiannya menimbulkan berbagai desas-desus yang bertentangan dengan Catatan Penyuapan oleh Wang Zhi dari Dinasti Song. Berdasarkan catatan ini, seorang wanita dari keluarga Wang menyatakan kepada pengadilan bahwa ia telah tidur dengan Kaisar Shenzong dan melahirkan anak darinya. Ia mengeluarkan sebuah ikat pinggang yang bersulam dari istana sebagai buktinya. Setelah mengadakan penyelidikan dengan seksama, kisah ini dinyatakan sebagai palsu dan Bao menjatuhkan hukuman mati kepada wanita itu dan anaknya. Kejadian ini tidak ada hubungannya dengan pelayan yang diperlakukan tidak layak tersebut dan tidak bersesuaian dengan pertunjukan drama Dinasti Yuan tentang Hakim Bao mengadili kasus Ibu Suri Li. Belakangan sebuah syair yang disusun berdasarkan hal ini berbunyi:

Penyebaran sejarah adalah menakjubkan;
Demikian juga roman-roman yang dikarang kemudian.
Pemeran sandiwara Liu dan Li
Memfitnah orang-orang masa lampau dan masa sekarang.

Demikianlah kisah pangeran ditukar dengan kucing juga menjadi kisah pembuka novel ini dan salah satu kasus yang ditangani oleh Bao dalam bagian berikutnya. Dan inilah kisahnya....

Bagian 1 – Persekongkolan di Istana Menukar Calon Putra Mahkota dengan Kucing

Pada masa Dinasti Song, Kaisar Zhenzong memiliki dua orang selir, Li dan Liu. Ketika keduanya hamil, karena kaisar tidak memiliki anak, kaisar menjanjikan siapa pun yang melahirkan anak laki-laki akan menjadi permaisuri. Selir Li melahirkan bayi laki-laki terlebih dahulu dan Selir Liu bersama Kasim Guo Huai bersekongkol untuk menukar bayi tersebut dengan bangkai kucing yang berlumuran darah sehingga Selir Li diasingkan oleh kaisar. Namun anak laki-laki tersebut berhasil diselamatkan dan kelak akan menjadi Kaisar Renzong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun