“Kembali ke ajarannya, apa dia pernah cerita tentang itu ? ”Tanya Amin seakan sedang mencari bahan untuk dirangkai menjadi suatu jawaban yang mengarah pada permasalahan Azrul.
“Ya katanya sih setiap bulan dia harus sodakoh ke pimpinannya dengan cara mencuri barang milik orangtuanya, artinya barang itu harus didapat tanpa sepengetahuan orangtuanya, bukan meminta.” Kata Taufik
“Wah enak dong, jadi cepet kaya tuh si ketua sukunya dan gak enak di anak buahnya.” Kata Amin, dalam hatinya dia berucap.”semakin mengerucut saja permasalahan yang selama ini aku hadapi.”
Belum selesai mereka bicara Falah datang dengan tiga mangkok mie rebus yang masih panas di bidang papan lebar. Terputuslah perbincangan tersebut.
“Sudah lapar kan? Dimakan dulu yuk mumpung masih hangat.” Kata Falah mempersilakan keduanya
“Oke terima kasih banyak.” Sahut Amin
Mereka bertiga pun menyantap mie rebus dengan penuh keakraban, terlebih Amin dan Falah sangatlah lahap, ya maklum karena habis dari perjalanan jauh.
Sehabis makan ketiganya kembali terlibat dalam perbincangan, maklum sudah lama Amin sudah tidak bertemu dengan Taufik.
“Mas Falah pernah lihat orang seperti aku gak?” tiba tiba Amin bertannya
“Maksud mas gimana?” Falah balik bertanya
“Ya maksudku sebelum ketemu dengan aku di sini, pernahkah mas Falah ketemu dengan saya?” kembali Amin mengulang pertanyaan