Mohon tunggu...
Mohamad Gozali
Mohamad Gozali Mohon Tunggu... -

Bergerak dan terus berkarya tanpa nanti tanpa tapi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Spiritual Love

30 Mei 2017   06:15 Diperbarui: 30 Mei 2017   06:53 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda itu diam tak berkata-kata, hanya menunduk sambil memainkan gadged androidnya. Dia sama sekali tak mempedulikan Amin yang mengajaknya berbicara.

“Mas Falah, punya keluarga?” anak keberapa?

Pemuda itu masih saja diam seribu bahasa seakan tidak mendengar pertanyaan dari Amin.

“Mas Falah, saya punya murid dia tetangga saya, namanya Azrul. saya diminta bantuan oleh pak Kyai Mansyur untuk mengajar di pondok Daar El Ulum kelurahan Pondokrangon Cilangkap. Sudah enam bulan ini dia sudah tidak aktif lagi ngaji di pondok, menurut penuturan orangtuanya Azrul pergi dari rumah tanpa pamit sampai sekarang belum juga pulang. Mereka bilang kalau anaknya mau berdakwah keliling pulau jawa.

“oo....ya!?” sang pemuda itu mulai membuka suaranya.

Aku jadi kasihan sama orang tuannya, terlebih ibunya setiap pagi dan sore duduk di depan rumah seperti sedang menunggu seseorang. Pak Zuhdi juga sering main ke pondok hanya sekedar menghilangkan rasa kesepiannya, maklum Azrul adalah anak satu-satunya dalam keluarga itu. Pak Zuhdi menuturkan Azrul adalah anak yang disayangi kelak ia akan jadi penerusnya. Beliau sangat mendambakan seorang anak yang bisa dibanggakan. Beliau tidak akan menuntut apapun terhadap anaknya. Beliau siap untuk menyediakan apapun demi keperluan pendidikan anaknya sampai jenjang pendidikan paling tinggi sekalipun. Namun harapan itu pupus karena anaknya telah pergi meninggalkannya. Aku juga kadang ikut sedih jika beliau bercerita tentang anaknya sambil berurai air mata. Yah aku hanya bisa menghibur beliau biar tidak terlalu sedih. Badannya sekarang sudah mulai keriput dan kurus.

“Apakah pak Zuhdi sudah tidak kerja lagi?” tanya pemuda itu lirih.

“Sekarang beliau sudah pensiun”. Jawab Amin

“Beliau pernah minta bantuan kepadaku untuk mencari bayi yatim untuk diasuhnya, karena menurut beliau anak adalah harta yang paling berharga.” Amin menambahi.

Sang pemuda terlihat berhenti memainkan androidnya ada yang menetes dari matanya, butiran air jatuh membasahi gadgednya. Ia diam agak lama, sepertinya ada yang ia tahan. sesekali tangannya menyeka air mata yang keluar dengan sendirinya.

“Mas Falah nangis kenapa?” tanyaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun