Terlihat diluar nampak hujan begitu deras menutupi pemandangan di puncak pas. Dedaunan teh terlihat samar seperti lapangan yang terhampar luas dengan warna hijau agak putih bagai tertutup kabut. Jalanan licin karena hujan. Terlihat meliuk liuk laksana ular yang sedang menari mengikuti alunan musik dari pengamen.
“Adik hendak kemana?” tanya Amin basa-basi kepada pemuda itu yang terlihat tertunduk dari tadi.
“Bogor .” jawabnya singkat
“Bogornya mana dik ?” Amin kembali mengajukan pertanyaan
“Cileungsi.” Lagi-lagi jawaban singkat terlontar dari mulutnya.
Amin sempat curiga, dia merasakan sesuatu yang aneh dari pemuda ini. Sepertinya Amin mengenal suara itu. Tetapi siapa? Dalam hati Amin berkecamuk penuh tanya. Setelah lama Amin ingat kalau suara pemuda itu mirip sekali dengan suara Azrul putra dari pak Zuhdi.
“oya kalau begitu sama dong, aku juga turun di cileungsi. Kebetulan ada saudara di sana.” Kata Amin
Namum tak sepatah katapun yang terlontar dari mulut pemuda ini. Seakan ada yang disembunyikan. Amin menjadi semakin penasaran dengan pemuda ini. Dari postur tubuh juga seperti Azrul. Amin tidak berani secepat itu menyimpulkan karena wajahnya tertutup dengan jenggot serta kumis melengkapi wajahnya. Sedangkan Azrul tidak berjenggot ataupun berkumis.
“Boleh kenalan gak?” tanya Amin
“Namaku Falah.” Jawab pemuda itu
“Saya Amin dari Pondokrangon Cilangkap. Kalau boleh tau asal mas dari mana? Saya punya tetangga namanya Azrul. Kalau melihat mas mengingatkan aku dengan dia. Dari postur tubuh sampai suara mirip dengan mas.”tutur Amin