Â
Si Thoriq memang ngibulin shohibnya, tapi ini demi kebaikannya, agar sebelum berangkat ke kampus mandi, biar fresh, belajar juga enak, dan satu lagi, biar temennya tidak bau asem.
Â
Akhirnya Syafiq mandi karena tutur si Thoriq shohibnya yang penuh perhatian padanya.
Â
Hari pun berjalan detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam terlewati dengan indah. Suara-suara persentasi santri yang juga mahasiswa bergemuruh di kampus tercinta mereka. Setelah kuliah selesai, pagi pun di ganti dengan siang menjulang, dengan kegiatan-kegiatan UKM di kampus. Hingga kemudian datang senja menjelang petang, yang artinya waktunya santri kembali kepondok, mandi, dan sholat jama'ah maghrib.
Â
Kemudian, setelah mandi sore, para santri pun sholat jama'ah maghrib. Setelah selesai langsung lanjut ngaji Al-qur'an dengan di simak ustadznya masing-masing di pondok.
Â
 Lalu para santri makan dengan nasi di dalam kotak. Seperti biasa ynag sudah di sediakan para santri ndalem[2]. Disini ada yang makan dahulu baru ngaji, ada yang ngaji dulu baru makan, karena para santri bergantian saat ngaji. Karena para ustadz menyimak dengan cara bergantian.
Â