Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dengan Mata yang Entah

20 Juli 2015   08:59 Diperbarui: 20 Juli 2015   08:59 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sejak aku ingat akan Ibu.”

“Kenapa kamu tak bahagia justru setelah kamu menemukannya?”

“Karena ...”

“Gila?”

Rida hanya diam.

“Banyak orang yang tak mau melihat kenyataan.  Orang-orang seperti itu tak layak hidup di dunia.  Karena dunia ini selalu nyata.  Orang seperti itu hanya layak hidup dalam mimpi.  Kenyataan itu terkadang menyakitkan.  Jika kita mengingkarinya.  Kenyataan itu indah kalau kita mensyukurinya,” jelas Helga sambil mengutip beberapa kata dari Mario Teguh.

Rida masih tetap terpaku.

“Harusnya kamu bersyukur.  Karena sudah menemukan ibumu.  Kamu bisa berbakti.”

Rida masih diam. Tapi di dalam sorot matanya sudah tampak ada sebuah sinar temaram.  Harapan yang mulai muncul.

***

Panas.  Matahari benar-benar sedang menguji nyali semua penghuni bumi.  Tak tanggung-tanggung.  Panasnya seperti nyaris di ujung kepala.  Tapi niat itu tak mungkin diurungkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun