“Oh, begitu?” kata Sevi. Ternyata adiknya Zaki yang iseng. Mengirim SMS kepada semua nomor yang ada di HP mamanya. Dengan kata-kata cinta pula.
“Kamu tahu, tidak, Vi?” tanya Zaki yang masih terlihat ingin meledakkan tawanya. Tapi ditahan karena takut menyinggung Sevi dan Oca.
“Apa?”
“Kata-kata cinta yang ditulis Mona itu diambil dari buku,” kata Zaki.
“Oh, “ Sevi malu sendiri.
“Besok biar aku, bersama, adik, dan ibuku ke rumahmu,” kata Zaki.
“Mau apa?” tanya Sevi yang ke-GR-an.
“Ya, mau menjelaskan semuanya. Mau meminta maaf. Karena ulah adikku, semua orang jadi kerepotan,” jelas Zaki.
Oca hanya senyum. Melihat ada di binar di wajah kakaknya. Jangan-jangan, Kakak mencin .... Ah, Oca tak mau meneruskan. Biar sejarah yang akan menuliskannya.
Iya, kan?
Oca membayangkan wajah Bunda. Menebar senyum seperti semula. Membayangkan wajah Ayah. Keras tapi selalu bercanda. Kak Sevi, apalagi. Kak Sevi pasti yang paling bahagia. Karena Kak Sevi bisa lebih dekat dengan Kak Zaki.