Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Harian Rizki

7 Juli 2015   11:57 Diperbarui: 7 Juli 2015   11:57 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Minggu,

"Kia.  Kamu pasti tak tahu.  Kiki pengin banget kayak kamu.  Kamu bisa pergi ke sekolah untuk berolahraga bersama teman-teman.  Kiki ngiri (kenapa mesti ngiri ya?  Padahal kan enakan nganan, hehehe...)

Seandainya, seandainya Mama memperbolehkan Kiki ikut Kia berolahraga, alangkah senangnya hati ini.  Tapi Mama terlalu meragukan kekuatanku.  Sehingga, aku pun harus merelakan diri untuk terkurung di kamar.  Sepi.  Sendiri."

Kia tak sanggup membendung air matanya.  Kia selama ini ingin seperti Kiki. Dimanja oleh Mamanya.  Tapi Kiki justru ingin seperti Kia.  Bisa berolahraga.

"Kia.  Kamu selalu menjagaku dengan baik.  Kamu selalu mendahulukanku.  Aku tahu kamu ingin main basket.  Tapi kamu lebih memilih mengantarkanku pulang lebih dulu.

Kia.  Belum pernah aku bisa membahagiakanmu.  Ingin.  Ingin sekali rasanya aku membahagiakanmu.  Tapi kapan?  Jangan-jangan sakitku lebih dulu mengambilku sebelum aku sempat memberimu sebuah kebahagian."

Kia ingat.  Ingat sekali.  Kia marah kepada Kiki.  Saat Kia ulang tahun dan Kiki mremberinya hadiah sebuah bola basket.  Kia merasa diledek.  Karena selama ini Kia hanya mementingkan bola basket.  Dan selalu jeblok nilai rapornya.

"Kia.  Aku tak tahu harus bilang apa.  Saat Kia marah padaku.  Padahal aku betul-betul ingin melihat Kia bahagia.  Tapi hasilnya, Kia justru tersinggung dan marah.  Maafkan aku ya, Kia."

Malam sudah turun.  Dari Mesjid terdengar suara imam salat Magrib.  Kia betul-betul tak tahu kalau Kiki begitu memperhatikannya.  Tapi Kia sering menyalahpahami.

"Kia!" panggil Mamanya.

"Ada apa, Ma?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun