"Melakukan apa, Pak?" potong Mama sebelum Bapak Kepala Sekolah selesai menyampaikan maksud surat panggilannya.
"Tunggu sebetar, Bu," kata Bapak Kepala Sekolah sambil tersenyum.Â
"Tapi kenapa?" Mama Kia pun agak reda dari kepanikannya saat melihat senyum Bapak Kepala Sekolah.
"Begini, Bu. Kia, putri ibu telah terpilih menjadi juara lompa olimpiade sains tingkat Kodya," jelas Bapak Kepala Sekolah.
"Apa?" teriak Mama Kia tak percaya dengan apa yang didengarnya. Selama ini Kia tak bercerita apa-apa. Apalagi tentang keikutsertaannya dalam kegiatan olimpiade sains segala.
 "Ibu, anak ibu yang bernama Rizkia telah terpilih menjadi juara lomba olimpiade sain tingkat kodya," ulang Bapak Kepala Sekolah.
Mendengar kata-kata Bapak Kepala Sekolah, Mama Kia nyaris pingsan. Karena bahagia yang tiada tara.
Sepotong senyum yang sudah sekian lama tak Kia lihat, sore ini telah kembali mengembang. Sambil menenteng sebuah sertifikat yang dikipas-kipaskan, Mama langsung memanggil Kia.
"Iya, Ma," jawab Kia sambil lari terpontang-panting.
Mama memeluk Kia. "Maafkan Mama kalau selama ini telah berbuat tak seharusnya pada Kia, ya?"
"Kia memang mencoba untuk melanjutkan cita-cita Kiki, Ma. Mama pernah lihat Kia membaca buku harian Kiki kan? Ternyata Kiki pengin sekali ikut lomba olimpiade sains. Kia mencoba menggantikannya. Mewujudkan impiannya, Ma. Tak apa-apa kan?" kata Kia.