"Iiiih, Kak Gusti," teriak Oca.
"Itu balasan untuk anak kriting," kata Gusti.
"Memang apa salahnya punya rambut keriting?" bantah Oca.
"Suka jahil," kata Gusti sambil menghindar.
***
Malam berikutnya, saat Gusti terbangun tengah malam karena kebelet pipis, suara srek srek itu masih ada. Malah nyaring terdengar. Gusti pun menahan keinginannya buang hajat. Sampai perutnya terasa sakit.
Setelah tidak tahan, dan tak mungkin bertahan lebih lama lagi, Gusti pun lari. Bukan langsung lari ke kamar mandi. Gusti malah lari terbirit-birit ke kamar Oca. Buru-buru membangunkan Oca.  Agar segera mengantarkannya ke kamar mandi. Oca kaget. Oca hanya duduk tercenung. Gusti pun menarik tangan Oca sambil meringis menahan perutnya yang semakin sakit. Untung tidak kebobolan di tengah jalan.Â
"Haaaaah, lega juga," kata Gusti sambil menghirup udara melepas segala derita yang sudah berjam-jam menjangkiti perutnya.
"Ada apa sih, Kak?" tanya Oca setengah sadar.
"Suara itu, Ca."
"Kita cari sumbernya saja yuk!" Oca sok berani. Padahal Oca berani karena ada kakaknya. Kalau sendirian, Oca juga pasti akan lari terbirit-birit.  Bahkan terkencing-kencing seperti saat acara Persami di sekolah. Oca lari sambil berbasah-basah ria saat acara jurit malam dan ada hantu jadi-jadian di dekat tenda Oca.