"Kapan nyusul? Kapan nyusul? Kapan nyusul? Kapan nyusul?"
"Wulan! Wulan! Wulan! Wulan! Wulan! Wulan! Wulan! Wulan! Wulan!"
"Kapan nyusul? Kapan nyusul? Kapan nyusul? Kapan nyusul?"
Aku terduduk, diguyur lembaran-lembaran kertas undangan. Lalu dikepung teman, kerabat, dan orang-orang yang kukenal yang akan menikah. Suara-suara itu suara mereka yang terus berulang memenuhi ruang yang sempit dan hampa, memekakkan telinga.
"Arrrgggh!!!"
"Aku tidak mau menikah!!!"
 Aku terjaga, itu hanya mimpi.
Aku bangkit dan duduk, tanganku meraih segelas air putih di meja kecil samping ranjang. Menenangkan diri dari mimpi yang sungguh menakutkan. Jam dua pagi dan aku tidak bisa tertidur lagi.
***
Kejutan datang bertubi sejak hari kemarin. Lihatlah siapa yang datang hari ini, dia duduk di sofa dalam ruanganku yang mewah dan sejuk ini. Sosok wanita cantik berjilbab. Sama dengannya, sejak SMA, aku memutuskan untuk berjilbab menutup semua aurat, dan yang terpenting melindungi tubuh yang paling indah ini dari pandangan orang banyak.
Ya kali, aku kasih mereka lihat tubuh seindah ini cuma-cuma.
Rinka atau dr. Marinka Septiani. Temanku sejak SMA, seorang dokter kecantikan, menikah dengan seorang dokter bedah yang sebaya dengannya dan kini dikaruniai anak tiga.