"Dipakailah, buat apa kalau hanya pajangan."
"Coba kau bayangkan kau adalah gaun itu."
Aku tercekat, terdistraksi oleh ucapannya. Dan anganku melayang jauh. Spontan, aku menarik kesimpulan, yang bahkan aku sendiri tak percaya bisa mengatakannya.
"Jadi, aku, buat apa aku hidup jika hanya untuk dilihat keindahannya? Tidak ada gunanya."
"Renungkanlah." Katanya. Tatapannya mantap, meresap hingga ke dada.
***
Semalaman aku masih memikirkan ucapanku tadi yang lahir karena perumpamaan yang diucapkannya. Dirinya semakin membuatku tertarik. Hal yang tak pernah kurasa sebelumnya.
Dan sejak hari itu, kami kian lekat. Seperti siang ini, kami kembali bersama. Makan siang bersama.
"Lan, kenapa sih sebenarnya, kok kamu gak ingin punya anak?" tanyanya, membuatku tersedak.
Hampir saja sepotong daging ayam berbalut tepung crispy terlempar dari mulutku karena pertanyaannya.
"Minum dulu..." Dia menyodorkan segelas jus jeruk dingin ke tanganku.
"Thanks." Kataku, sesaat setelah meneguk jus itu.