Mohon tunggu...
Wisnu Hastama
Wisnu Hastama Mohon Tunggu... Hoteliers - Do i have to lose you too...

Belajar, mencoba, gagal, mencoba lagi dan lagi...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta, Senja, Carissa

28 April 2019   16:43 Diperbarui: 28 April 2019   16:48 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cinta itu menguatkan, bukan melemahkan. Setidaknya itulah yang kupegang teguh saat ini.

Senin, 4 Mei 2015

Bus melaju tenang dengan sinar mentari lembut yang menembus kaca bus, dengan lagu "every breath you take" sebagai soundtrack yang melantun lembut via headset di telingaku. Ya, hari ini adalah hari pertama saya mulai bekerja di sebuah hotel di jepara. Oh iya, nama saya wisnu. Wisnu hastama, usia 25 tahun. 

"Mas, ongkos mas." Suara kondektur mengagetkanku dari khayalanku.

"Oh, iya pak."

"Turun mana mas ?"

"Jepara pak!" jawabku.

2 jam perjalanan rupanya lumayan membuat pinggang tegang. Maklum, perjalan pertama ke kota seberang yang daerahnya pun aku tidak tahu.

"Jepara mas, turun sini." Pak kondektur bus coba memberitahuku. 

Dan aku pun turun dari bus. Dengan berbekal sebuah alamat dari hotel itu, aku pun coba bertanya-tanya. 

"Permisi pak, numpang tanya. Alamat ini dimana ya pak ?" Tanyaku pada tukang becak.

"Kesana mas, lurus saja. nanti ada perempatan belok kanan." Jawabnya seraya memberi pengarahan.

"Terima kasih Pak." jawabku.

Akhirnya sampai juga di tempat tujuan setelah 2 jam perjalanan. dan aku pun langsung di antarkan oleh salah seorang karyawan hotel untuk bertemu dengan manajer hotel tersebut. ternyata disana juga ada beberapa karyawan baru  yang menunggu panggilan dari manajer hotel.

"mbak, hari pertama juga?" tanyaku pada salah satu karyawan baru.

"iya mas, kamu juga?"

"iya mbak."

"ah, akhirnya ada temennya juga," jawabnya seperti merasa lega.

"kenapa mbak? grogi ya?" tanyaku.

"iya mas, soalnya ini pertama kali. jadi masih agak grogi."

"haha, sama Mbak. aku juga."

"owalah!!! eh, nama saya ida. nama kamu siapa mas?" tanyanya seraya menjulurkan tangan.

"wisnu mbak, wisnu Hastama. salam kenal mbak."

Sudah hampir satu tahun lamanya saya bekerja di sini. hubungan dengan  rekan-rekan disinipun menyenangkan. dan selama itu pula, saya pun bersahabat dengan ida. hanya sahabat. tapi, saya hanyalah manusia biasa yang memiliki hati dan perasaan cinta. maka, ida pulalah yang membuat hati dan perasaan menjadi sebuah cinta. tapi apalah daya, dia pun sudah memiliki tunangan. ya, karena itulah saya pun lebih memilih menyimpannya rapat-rapat.

11 Maret 2016

Hari ini adalah hari ulang tahun ida. dan sebagai seorang sahabat yang juga seseorang yang mencintainya, aku pun mengucapkan selamat ulang tahun padanya lewat pesan teks. bukan karena tak ingin mengucapkannya secara langsung, tapi biarlah seperti itu dan tetap seperti sahabat biasa. takut kalau kalau saya baper, khilaf dan akhirnya mengutarakannya. bisa-bisa malah dia menolak dan berakhirlah persahabatan kita.

Jam menunjukan 19.00 WIB ketika tetiba ada yang mengetuk pintu kamar kos saya.

"Ida ?" ucapku kaget , rupanya dia yang mengetuk pintu.

"mas.." dia memanggil lirih seraya menangis.

"kamu kenapa?" tanyaku heran.

"aku berantem sama tunanganku." jawabnya seraya menangis dan memelukku.

"Tenang dulu, Masuk dulu." pintaku padanya.

setelah terlihat agak tenang, baru saya coba bertanya tentang apa yang terjadi.

"kamu Kenapa ?"

"Tunanganku, dia marah marah..."

"alasannya?"

"katanya, aku gak bisa jadi seperti yang dia mau."

"tapi, dia tidak meminta untuk mengakhiri hubungan kalian kan!"

"enggak mas, cuman aku gak suka aja dia kayak gitu."

"udah coba kamu utarakan?"

"udah mas, tapi nanti kayak gitu lagi."

"entahlah.. bukannya kalau kita sayang sama seseorang, itu berarti kita harus mengupayakan untuk kebahagiannya. bukan menuntut untuk di bahagiakan!"

"iya, tapi dia nya itu lho!"

"ya saling dong! kamu mengupayakan apa yang bikin dia bahagia, dia juga mengupayakan apa yang bikin kamu bahagia."

"gitu ya ? nemu kata-kata dimana mas?" tanyanya dengan mengernyitkan dahi.

"tuh, di belakang truk. banyak!" jawabku nyengir

"ahahaha." tawanya spontan.

 dan akhirnya hari ulang tahunnya itu kita habiskan berdua dengan bercanda ria sambil bernyanyi-nyanyi tak jelas di kamar kos.

"Ida, seandainya engkau tahu apa yang selama ini tersimpan dan bermuara dalam hati..."

Jam menunjukan pukul 07.30 Wib. yang artinya, bila saya tidak berlari sprint pagi ini, sudah dipastikan pasti terlambat. ketika sedang lari demi mengejar waktu supaya tidak terlambat pagi ini, dan kulihat seorang cewek yang juga berlari. bedanya, cewek itu lari sambil membawa sepatu kerja, bekal makan, sama sebuah tas selempang. sambil lari, aku pun tertawa geli melihatnya seperti itu. hingga akhirnya dia kesandung dan jatuh tersungkur. antara lucu dan tidak tega, saya pun mendekatinya.

"kamu gak apa-apa?" tanyaku mencoba membantu.

"mana mungkin jatuh kayak gini trus baik baik saja!" teriaknya sambil terisak-isak.

"kamu juga sih, bawa barang kayak abis ngutil di warung. mana lari-larian pula kayak dikejar ibu kos."

"ini hari pertama aku kerja, masak udah telat."

"kerja dimana emang?"

"kerja di hotel depan situ."

"lah, sama dong. sini, aku bantu." ucapku sambal mengambilkan sepatu dan kotak makannya.

"bisa berdiri?" tanyaku ragu.

"bisa mas."

"ya udah, ayok jalan."

"tapi mas..."

"kenapa lagi?"

"kakiku sakit buat jalan," jawabnya pelan.

"alamak, perasaanku gak enak nih!"

"mau gimana lagi mas. aku coba jalan pelan-pelan deh."

"udah jam segini, entar telat! sini, aku gendong!"

"hii, tolong ya mas," jawabnya sambil senyum meringis.

Entah ada acara apa ini, hotel begitu ramai sama rombongan wisatawan. hingga tiba-tiba hpku bergetar karena pesan masuk dari Ida, dan kulihat isi pesan yang singkat itu. "mas, hari ini ada waktu gak ? kita ketemu malam ini ya..." tumben Ida minta ketemu malam ini, pasti ada masalah sama cowoknya, pikirku.

Malam agak gerimis, tapi sang pemuda yang sedang jatuh cinta ini memang memiliki sebuah janji untuk di tepati. tak lama, ida pun datang.

"nungguin ya mas?" ucapnya sambal tersenyum manis.

"alamak, jangan senyum kayak gitu, meleleh hatiku." pikirku dalam hati.

"ya iyalah, masak nunggu meteor coklat jatuh keladang gandum dan jadilah koko krans" jawabku sewot.

"makan yuk mas, laper aku."

"makan dimana?"

"angkringan depan itu!"

"bentar, aku-kamu-aku-kamu. lah, kamu yang bayar lho" jawabku bercanda.

"ya.ya.ya." jawabnya sambil menggandeng tanganku.

sesampainya di angkringan, dia langsung pesan layaknya orang lagi kesurupan. ini lah, itu lah...

"eh, tumben kamu ngajakin keluar?"

"iya mas, aku pengen cerita."

"cerita aja, soal apa?"

"gini mas, kemarin keluargaku sama keluarganya cowokku kumpul buat nentuin tanggal pernikahan,"

"ya bagus dong. trus masalahnya apa?" jawabku spontan, sok kuat.

"masalahnya, aku nyaman dan mulai sayang sama cowok lain." jawabnya tertunduk.

"lah, kok bisa?"

"enggak tau mas. kalo isinya lemper aku tau, tapi isinya hati siapa yang ngerti."

"trus?"

"kamu orangnya mas..."

"loh-lah.. Jadi, selama ini perasaanku terbalas dong!"

"maksudnya mas?" 

"selama ini, aku suka sama kamu. bukan seperti teman,tapi seperti laki-laki suka sama perempuan. tapi aku takut bertepuk sebelah dan menghancurkan persahabatan kita" 

"aku juga seperti itu mas."

"trus, cowokmu ? kan tanggal udah di tentuin?"

"apa di batalin aja ya mas?"

"jangan, gila kamu! difikir baik baik dulu. jangan ambil kesimpulan secepat ini!"

"loh, kenapa mas? bukankah berarti kita saling suka?"

"iya, aku memang suka sama kamu. tapi ada hal-hal yang harusnya lebih kamu utamakan dahulu."

"maksudnya ? belum paham aku."

"begini, pernikahan itu kan menyatukan dua keluarga. kalau kamu ambil keputusan seperti ini, bagaimana dengan orang tua kamu ? bagaimana dengan orang tuanya dia ? bagaimana dengan perasaannya cowokmu itu?" jawabku mencoba menjelaskan.

"tapi bagaiman dengan perasaanku mas? apa aku harus menjaga perasaan mereka, tapi mengabaikan perasaanku sendiri!"

"Ida, jangan bersikap egois seperti itu."

"yang egois itu aku, atau mereka?"

"begini, jika kamu memilih batal, siapakah yang menanggung malu dan sakit hati? jika kamu melanjutkannya, cuman kamu dan aku yang terluka."

"tapi, kamu gimana mas?"

"aku baik baik saja kok! apapun itu, asalkan kamu bahagia."

"tapi..." Ida menghentikan kata-katanya.

kita sama-sama terdiam, membisu, hilang akal dan topik  untuk saling menyapa dan berbicara. dan setelah satu jam berdiam, dia pun bicara.

"baiklah mas, karena kamu yang juga memintanya." jawabnya mellow.

Karena memang segala sesuatunya terkadang tak mungkin bisa dipaksakan, aku pun merelakanmu dengannya. bukan karena tak ingin memperjuangkan ataupun mengupayakannya. tapi, ada hal yang harus di korbankan, dijaga harkat dan martabatnya. karena ini sebuah pernikahan. bukan semacam hal kecil, tapi acara sakral seumur hidup. ini bukan balada sinetron di tv. jadi, selamat menempuh hidup baru. dariku, untukmu...

20 September 2017

"maksud kamu apa mbak ? kamu nuduh saya mengambil barang milik hotel?" teriak seorang tamu di lobby hotel.

"maaf pak, bukan seperti itu maksud saya. saya hanya melakukan prosedur pak." jawab petugas hotel itu dengan ketakutan.

"saya mau ketemu dengan manajer kamu, sekarang! saya tidak mau tahu!" bentak tamu tersebut.

"iya pak, tunggu sebentar." jawab petugas itu sambil menangis.

sambil terisak, wanita petugas hotel itu mencoba mencari manajernya. tapi kebetulan memang manajernya sedang tidak ada di tempat. dan kebetulan hanya ada akunting yang saat itu berada di kantor.

"mbak, ini ada tamu yang marah-marah gimana ya mbak?" tanya petugas itu.

"coba kamu cari mas wisnu, minta pendapatnya gimana." jawabnya.

"mas wisnu itu yang mana mbak?"

"kamu telp ke line 400 aja."

"oh iya mbak, makasih mbak."

panggilan telpon berdering ketika saya dan team di bagian housekeeping sedang mengadakan briefing harian.

"selamat pagi, housekeeping, dengan wisnu, ada yang bisa kami bantu?" jawabku via telp

"selamat pagi, dengan carissa disini, saya mau minta tolong mas."

"selamat pagi carissa, apa yang bisa kami bantu?"

"ini ada tamu yang marah-marah mas, saya di sangka menuduh tamu mengambil barang hotel mas." jawabnya sambal terisak tangis.

"baiklah, tunggu sebentar!"

Tak lama saya pun ke lobby untuk bertemu dengan sang tamu tersebut.

"Selamat pagi bapak, mohon maaf sebelumnya, saya wisnu, supervisor disini. kalau boleh tahu, ada yang bisa saya bantu bapak?" sapaku ramah.

"begini mas wisnu, pembayaran saya sudah beres, tapi kenapa saya belum boleh pergi? masih harus nunggu kamar di cek dulu, padahal saya tidak ambil barang-barang hotel!" jawabnya menjelaskan.

"oh begitu, sekali lagi kami minta maaf bapak, sebetulnya untuk prosedur pengecekan kamar tersebut bukan untuk melihat ada barang yang hilang atau tidak, akan tetapi lebih untuk memastikan bahwa tidak ada barang berharga dari tamu yang tertinggal." jawabku dengan sopan.

"begitu ya mas? saya minta maaf jika seperti itu prosedurnya mas."

"tidak bapak, Kamilah yang seharusnya minta karena kurang detail menjelaskannya."

"iya mas wisnu, terima kasih banyak."

"sama-sama bapak, kami tunggu kedatangannya kembali pak."

"iya mas wisnu, pasti. terima kasih banyak mas." jawab bapak itu dengan ramah.

setelah tamu itu pergi, petugas itupun dengan suara terisak memanggilku.

"mas wisnu." panggilnya lirih

"ya?"

"makasih ya mas."

"owalah, kamu tow. udah, jangan nangis lagi. luntur lho make up sama hidung kamu,"

"aahh, mas wisnu." jawabnya sambil tersenyum tipis.

Siang hari begitu panas ketika tiba tiba terdengar suara memanggilku.

"mas wisnu!!" teriak cewek itu dari area parkir hotel.

"kamu carissa ya?" tanyaku.

"iya mas,"

"jangan teriak-teriak, entar pada bangun polisi tidurnya!"

"yeee. aku mau bilang makasih mas. udah dua kali di bantuin."

"cuman bilang aja ? mie ayamnya mana?" tanyaku bercanda.

"walah, aku kelupaan bawa dompet tadi mas." jawabnya.

"lah, trus makanmu gimana?"

"puasa dulu aku!?

"kasihan sih kamu!"

"kasihan ? traktir aku kek."

"ya udah, aku traktir,"

"eh enggak. bercanda kok mas!"

"halah, santai aja. besok gantian tapi! kamu yang traktir."

"hii, boleh deh mas."

"ih, nyengir lagi." jawabku bercanda.

 "Jauh, sudah ku jalani kisah cintaku yang penuh berduri di hati.

   saat ku hancur dan rapuh, ku tak yakin lagi cinta di dunia ini

   hari-hari kulalui tanpa ku sadar ada yang masuk hatiku.

   banyak yang inginkan dia, dia yang tercantik hingga luluhkan hati.

   yang tulus mencintaiku, menyayangku, memahami setiap nafasku.

   saat ku yakin dia lah miliku, sungguh engkau sempurnakan hidupku.

   dan tuhan masih menyayangi aku, ia beri kau untukku..."

Sebuah lagu tentang cinta mengalun sendu di headset yang ku pakai, entah tiada hujan, awan, angin, petir, bahkan badai. tetiba fikiranku melayang-layang melamunkan carissa. sedang apa, dimana, dan dengan siapa ? apa mungkin aku jatuh cinta dengannya ? "ah, sudahlah !" segera ku buang jauh fikiran itu. memang, sejak saat kita makan mie ayam berdua, aku dan dia menjadi lebih dekat. jadi lebih sering ngobrol, bercanda, tertawa, bahkan meributkan hal-hal yang tidak penting. aku merasa lepas ketika dengannya, aku merasa nyaman dengannya, bahkan mampu melupakan semua tentang ida.

27 September 2017

pagi ini begitu cerah, atau mungkin hanya perasaanku saja ? atau karena hari ini Ida sudah mulai berangkat kerja lagi ? ah, sudahlah. ingin aku berjumpa dengannya, sehabatku sekaligus kecintaanku. begitu kakiku memasuki area hotel, front office adalah tujuan pertamaku. tak sabar rasanya berjumpa dengannya.

"Ida.." panggilku pelan.

"mas wisnu.." jawabnya lembut dengan senyum menjuntai.

"apa kabar kamu?"

"baik mas, Kamu?"

"lebih baik dari hari kemarin sih.!" jawabku.

aneh, bukankah seharusnya aku bahagia, aku gembira karena berjumpa dengan sahabatku, berjumpa dengan kecintaanku. tapi...

"eh, kok carissa gak ada ?" tanyaku spontan.

"carissa ?" tanya ida dengan raut muka yang berubah.

"aduh, bodoh sekali aku. kenapa malah nanyain orang lain." batinku dalam hati.

"kamu lagi deket sama carissa mas ?"

"eh, enggak. biasa aja. soalnya tiap kesini hidungnya terus yang keliatan."

"ouh.. carissa sakit, dia ijin hari ini."

"anak itu bisa sakit juga ternyata! ya udah, aku balik ke kantorku dulu."

sore itu, ku coba untuk menghubungi carissa. entah kenapa, pengen aja rasanya buat denger suara tuh bocah.

tuuut.tuuut.tuuut.

"halo mas!"jawab carissa di ujung telpon.

"kamu kenapa ?"

"biasa mas, penyakit orang miskin."

"kutu air kamu?"

"hasem! enggak mas, masuk angin kok."

"minum yang anget-anget sana."

"udah tadi, minum kuah mie soto."

"elalah, aku seriusan ini!"

"iya, iya. bercanda juga kok! eh,tumben kamu telpon?"

"ee,enggak. kirain kemana gitu, kan harusnya aku yang traktir kamu hari ini." jawabku agak bingung.

"hmm, gimana kalo kamu traktir aku sekarang aja? aku lagi pengen wedang ronde sama sup jagung nih, hiii."

"nyengir lagi! tunggu, aku kesana." jawabku sambal buru buru pergi.

carissa, sebut aku gila atau apa, tapi yang pasti aku selalu ingin dekat denganmu, berjumpa denganmu...

Derap langkahku berayun santai di pagi ini dengan di iringi lagu "there is a light that never goes out" menikmati indahnya kisah pagi ini. dan akupun berhenti di sebuah halte bus, yang mana carissa selalu turun disini. dan inilah yang kuharapkan, sang permataku akhirnya muncul.

"hai sa!" sapaku bahagia.

"lho mas, nungguin aku ya ?" tanyanya sambil tersenyum manis.

"iya, biar bisa jalan bareng kamu," jawabku.

"cie.cie! gak takut mas ?"

"takut kenapa?"

"takut jatuh cinta padaku lho !" jawabnya sembil nyengir.

"tenang aja, udah kok." jawabku santai.

"lho !"

"udah, ayo jalan!" sergahku.

Jam menunjukan pukul 16.30 WIB. wah, gara gara belum selesai, semua jadi di luar perkiraan. padahal, rencananya sore ini sehabis pulang kerja bisa bareng carissa. bisa sekalian ajak makan bareng dulu maksudnya. tapi, ya sudahlah. dan tetiba seorang cewek memanggil dan melambaikan tangannya.

"mas wisnu!" teriaknya.

senyumku pun kembali mengembang di ujung bibirku. 

"kok kamu belum pulang ?"tanyaku heran.

"iya, biar bisa pulang bareng kamu," jawabnya lembut.

"cie.cie! gak takut sa ?"

"tenang aja, udah kok." jawabnya sambal tersipu.

Beberapa saat ketika kita sedang berjalan ada sebuah motor berhenti di depan kami.

"carissa !" ucap orang itu.

"hai mas aswin, mau kemana ?" 

"mau pulang nih, ayo bareng saya. daripada naik bus nanti."

"enggak mas, kamu jalan duluan aja. kita mau makan dulu soalnya." jawabnya sopan.

"ya udah, nanti kalo gak ada bus, kabarin aku ya. nanti aku jemput." sambungnya.

dan sang pengendara motor itu pun berlalu pergi. dan baru sebentar kita jalan, ada motor lagi yang berhenti di dekat kami.

"mas wisnu !" panggil orang itu yang ternyata si Ida.

"hei, baru pulang juga ?" tanyaku.

"iya, abis dari minimarket. ayok pulang bareng !"

"maaf, kamu duluan aja." jawabku sopan.

"ayolah, kita searah juga kan, nanti keburu gak ada bus lho!" ucapnya agak memaksa.

"kamu jalan duluan aja, aku bareng carissa kok."

dan tanpa bicara sepatah pun, Ida berlalu pergi.

aku dan carissa hanya saling menatap, kemudia tangannya menggenggam tanganku. dan mengajakku berlalu. 

aku bahagia, benar-benar bahagia. aku merasa seperti sepasang kekasih yang sedang bergelut dalam deburan asmara.

semakin hari, aku semakin bahagia. bahagia dengannya. tidak ada satu haripun yang kulalui tanpanya. memupuk rasa cinta dari hari ke hari. tak perlu saling menyatakan perasaan satu sama lain, karena kita tahu bahwa perasaan kita sama. hati kita sama. 

tak terasa berbulan-bulan kita beradu dalam gelora asmara. hingga suatu sore yang berhias hujan gerimis, carissa sambal menangis terisak menelponku.

"mas, kamu dimana ?" tanyanya terisak tangis.

"kamu dimana ? aku akan jemput kamu!"

"aku di halte mas." jawabnya lirih.

aku pun berlari menuju halte. aku khawatir, ada apa dengannya ? ada apa dengan permataku ? 

"sa, kamu kenapa ?" tanyaku sesampainya di halte.

"aku sedang sedih mas." jawabnya terisak.

"ayo ke tempatku! kamu basah kayak gini! nanti kamu masuk angin ." ucapku. dan kuajaklah dia untuk ke tempatku. 

"sa, ganti bajumu dengan bajuku. aku tunggu di luar."

setelah berganti baju, sayapun coba untuk mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.

"kamu kenapa ?" tanyaku penasaran.

"aku jadi bahan persalahan di hotel mas! padahal aku gak tau apa salahku !" ucapnya sambil menangis.

"kok bisa ?"

"aku gak tau mas, aku gak pernah merasa menerima reservasi dari tamu. tiba tiba tamu datang, dan udah gak ada kamar. akhirnya tamu marah marah dan itu fatal mas!" ucapnya mencoba menjelaskan.

"aku tahu kalo kamu tidak salah." jawabku menenangkan.

"kamu tahu dari mana jika itu bukan salahku mas ?"

"bola matamu selalu melihat ke kiri, yang berarti kamu coba menjelaskan padaku sesuai dengan memorimu." jawabku tegas.

"kamu udah coba tanya mbak ida ?" tanyaku kembali.

"gimana mau tanya sama mbak ida, dia itu orang pertama yang menyalahkanku! bilang ke orang orang kalau aku kerjanya gak bener, selalu salah! dia selalu diemin aku, gak mau bantu aku padahal aku sedang kerepotan karena banyak tamu!" jawabnya keras.

aku terhenyak dengan jawaban carissa, mencoba menilik, apa mungkin seorang ida yang kukenal dahulu melakukan itu. bukankah waktu itu aku menyukainya karena dia pintar, gampang bergaul, seorang pengayom, selalu menjadi pemecah masalah, bukan orang yang secara gampang menyalahkan orang lain, pribadi yang lemah lembut dan baik budi pekertinya. apakah dia sudah berubah ?

"carissa, tenang aja. aku bisa bantu kamu kok." ucapku seraya tersenyum. ya, agar dia tidak terlalu memikirkannya. karena aku tau masalahnya sekarang.

"tenang gimana mas ? aku masih butuh kerjaan ini!"

"kamu percaya padaku ?" tanyaku meyakinkannya.

"tapi mas..."

"kamu percaya padaku ?" tanyaku memotong.

"iya mas, aku percaya kamu."

"sa, semuanya akan selesai dalam tiga hari. gak lebih!"

"mas wisnu, aku sayang sama kamu mas. ucapnya sendu sambil memelukku.

"aku juga sayang sama kamu sa, dan aku akan menjagamu laksana permataku." ucapku lembut seraya mencium keningnya. kemudian wajahnya menatapku lembut, dengan senyum indahnya dan gigi gingsulnya yang membuatnya terlihat begitu cantik bagiku. dan tanpa sepatah kata, carissa mulai mencium bibirku, dan secara perlahan mulai melepas bajunya.

"sa, jangan lakuin itu!" pintaku lembut padanya.

"bukankah kau mencintaiku mas, dan akupun mencintaimu!" ungkapnya lirih.

"iya, aku mencintaimu. sangat-sangat mencintaimu. jadi jangan rusak kemurnian cintaku dengan hal seperti itu."

"kenapa mas ?"

"karena aku mencintaimu, bukan dengan nafsu. tapi dengan hati. dan aku tak ingin merusakmu atau menghancurkanmu, tapi aku akan menjagamu seperti sebuah permata!"

"terima kasih mas, aku mencintaimu!" ucapnya seraya kembali memelukku.

Seperti biasa, pagi ini akan kutunggu permataku. akan ku genggam erat jemari tanggannya, agar ia merasa bahwa dia memiliki sandaran dan pegangan yang selalu dia butuhkan. dan pagi ini, aku harus menyelesaikan masalah ini langsung kepada manajerku.

tok.tok.tok. ku ketuk pintu kantor manajer untuk menyelesaikan masalah ini.

"ya masuk!" terdengar jawaban dari dalam kantor.

"selamat pagi bapak." sapaku dengan sopan.

"ya, selamat pagi mas wisnu. silahkan duduk!"

"saya mohon maaf sebelumnya kepada bapak, bahwasanya saya telah melakukan sebuah kesalahan fatal!" ucapku memulai pembicaraan.

"ada apa mas wisnu ? kesalahan seperti apa ? saya belum tahu apa apa."

"begini pak, dua hari yang lalu ada sebuah telpon untuk reservasi. dan saat itu mbak ida sedang dalam posisi istirahat, dan mbak carissa sedang ke kamar mandi. jadi saya berinisiatif untuk membantu menjawab panggilan itu dan mereservasikan di atas kertas untuk reservasi tersebut. tapi, saya melakukan kesalahan itu dengan ceroboh melupakan kertas yang berisi catatan data reservasi tamu tersebut. sehingga tamu tersebut marah besar karena tidak ada reservasi atas nama tamu tersebut." ucapku menjelaskan secara rinci.

"baiklah, saya akan bicarakan hal ini kepada supervisor department terkait terlebih dahulu. jika memang fatal, dengan sangat terpaksa perusahaan akan mengeluarkan Repriment untuk anda!"

"baik pak, terima kasih untuk waktunya. saya mohon diri pak,"

"sama-sama mas wisnu, terima kasih atas kerja samanya."

ya, hanya itu yang bisa saya lakukan untukmu sa. paling tidak, engkau tidak terlibat lebih jauh dengan masalah ini dan selesai. bukan aku tidak tahu apa maslahnya, tapi mencoba memastikan terlebih dahulu. apa Ida merasa cemburu melihatku dengan Carissa tempo hari ? atau….ah, sudahlah!!

Hal seperti inilah yang paling saya benci! hanya karena ego masing masing pribadi, semua jadi berimbas satu sama lain. termasuk dalam lingkup dunia kerja. mencari kesalahan orang lain hanya karena merasa tidak suka akan orang itu. sehingga, benar atau tidaknya sesuatu itu tergantung dari suka atau tidaknya kita dengan orang tersebut. kalau kita suka, sesalah apapun menjadi benar dan sebenar apapun bisa jadi salah kalau kita tidak menyukai orang itu. dan mungkin Ida menyalahkan Carissa karena dia tidak menyukainya. kenapa ? karena mungkin Ida tidak menyukai kedekatanku dengan Carissa. "Carissa, maafkan aku!"

Hari ini, saya harus menemui Ida. saya harus bicara dengan Ida. 

"mas wisnu!" Ida memanggilku.

"hei, baru saja saya mau kerumahmu." ucapku.

"kita harus bicara!" ucapnya setengah membentak.

"ya, kita harus bicara!"

"to the point aja mas, saya tidak suka kamu dekat dengan carissa!" ucapnya marah.

"kenapa ? bukannya itu hak saya untuk dekat dengan dia!" jawabku.

"iya, dan saya tidak suka! saya cemburu! karena saya masih sayang sama kamu." seraya tangannya memukul dadaku.

"tapi kamu sudah menikah, kamu sudah memiliki suami."

"iya, saya tau! saya sadar, perasaanku haram untukmu! tapi inilah yang aku rasakan!" ucapnya sambil menangis.

"trus, kamu maunya gimana ? aku jadi selingkuhan kamu ?"

"kamu boleh dekat dengan siapa saja, tapi tidak dengan carissa!"

"aku mencintainya, dan dia mencintaiku! apa yang salah ?"

"aku tidak peduli itu, aku bisa berbuat lebih ke carissa!"

"sudah aku duga, kamulah orangnya!" jawabku tegas.

"iya, dan aku akan melakukannya lagi!"

"kamu berubah! kau bukan seperti yang dulu! kau bukan kecintaanku seperti yang dulu! dan aku tidak suka!"

"terserah, yang pasti aku gak rela kalau kamu dengan carissa!" bentaknya sambil berlalu pergi.

Semua berubah, hal ini akan mengacaukanku dengan carissa. di satu sisi, aku akan berusaha menjaga carissa. tapi di  sisi yang lain, satu kesalahanku lagi saja sudah pasti akan di keluarkan dari pekerjaanku. dan jika aku di keluarkan, sudah pasti dia akan menyakiti carissa. mana mungkin aku minta carissa untuk keluar dari pekerjaannya, sedangkan dia masih sangat membutuhkan pekerjaan ini. apa yang harus aku lakukan ? seketika itu, ku ambil handphone ku dan ku kirimkan pesan ke Ida.

"jika aku menjauh dari carissa, maukah kamu berbuat baik padanya ?" 

"aku akan berbaik padanya, akan ku anggap dia seperti adiku sendiri. asalkan kamu menjauh darinya." balasnya.

"baiklah, aku akan menjauh darinya, tapi kamu harus berjanji padaku untuk untuk berbuat baik padanya,"

"aku janji, asal kamu tidak dengannya!"

bodoh, aku sungguh bodoh. kenapa aku melakukan ini ? kenapa tidak biarkan saja apa yang akan dia lakukan. aku bukan siapa-siapa dan apa untungnya buatku, bukan aku juga yang rugi. tapi, semua untuk carissa. dia berjanji akan berbuat baik padanya, menjaga dan menganggapnya seperti adik sendiri. ya, semua demi carissa agar dia bisa melakukan apa yang mesti dia lakukan. mendapat sahabat yang akan menjaganya dan membantunya seperti yang seharusnya di tempat kerja. agar dia bisa menjalaninya seperti orang orang lainnya, seperti karyawan lainnya. dan aku pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku saat ini. dan sebelum pergi, kukirimkan email ke carissa dan berharap dia membacanya via ponselnya. agar lebih pribadi. dan Ida pun tak akan pernah tahu.

teruntuk Carissa

Carissa, sebelumnya saya minta maaf sama kamu.

aku mencintaimu, sangat mencintaimu. tapi aku harus pergi.

bukan meninggalkanmu, hanya memberi jeda untuk saling merindu.

bisa, bisa saja aku mencintaimu dengan sederhana, tapi luar biasa lebih indah untukmu.

jika kamu mencintaiku, tunggulah aku. tunggulah hingga kita berjumpa lagi.

jangan ceritakan ini pada siapapun. termasuk sahabatmu Ida.

biarkan kisah ini antara aku dan kamu yang tahu.

31 Desember nanti, kita ketemu di pantai teluk awur.

sore, ingat ya! sore...

dariku, untukmu yang kusebut lirih di penghujung rindu.

Wisnu 

31 desember. 

Senja ini begitu indah, sinar mentari pun berwarna jingga ceria. dan seperti biasa, lagu "we are" dari joy Williams sukses membawa hatiku dan fikiranku terlena akan khayalan tentang kerinduan dan senyuman indah dari sang permataku. labuhan dan muara dari rasa yang terpanggil cinta. dan seketika itu lamunanku luntur ketika seseorang memelukku dari belakang. 

"mas wisnu." sapanya pelan dari belakang.

"akhirnya kamu datang juga, lama amat sih!"

"cie..cie.. rindu ya? jangan rindu, berat" ujarnya sambal tersenyum.

"yang berat itu bukan rindu, tapi istiqomah." jawabku nyengir.

"kamu gak ada yang mau di omongin mas ?"  ujarnya menggoda.

"ada dong!"

"apa ?"

"aku kangen, kangen semua ini. cinta, senja, carissa…" 

18 Februari 2018.

"Saya nikahkan engkau wisnu hastama bin …..

dengan Ananda carissa wulandari binti ….

dengan mas Kawin sperangkat alat shalat dan uang lima ratus ribu rupiah

dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Carissa wulandari binti ...

dengan mas Kawin tersebut tunai."

"sah?"

"sah!!!!" teriak para saksi yabg hadir disana...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun