aku dan carissa hanya saling menatap, kemudia tangannya menggenggam tanganku. dan mengajakku berlalu.Â
aku bahagia, benar-benar bahagia. aku merasa seperti sepasang kekasih yang sedang bergelut dalam deburan asmara.
semakin hari, aku semakin bahagia. bahagia dengannya. tidak ada satu haripun yang kulalui tanpanya. memupuk rasa cinta dari hari ke hari. tak perlu saling menyatakan perasaan satu sama lain, karena kita tahu bahwa perasaan kita sama. hati kita sama.Â
tak terasa berbulan-bulan kita beradu dalam gelora asmara. hingga suatu sore yang berhias hujan gerimis, carissa sambal menangis terisak menelponku.
"mas, kamu dimana ?" tanyanya terisak tangis.
"kamu dimana ? aku akan jemput kamu!"
"aku di halte mas." jawabnya lirih.
aku pun berlari menuju halte. aku khawatir, ada apa dengannya ? ada apa dengan permataku ?Â
"sa, kamu kenapa ?" tanyaku sesampainya di halte.
"aku sedang sedih mas." jawabnya terisak.
"ayo ke tempatku! kamu basah kayak gini! nanti kamu masuk angin ." ucapku. dan kuajaklah dia untuk ke tempatku.Â