"tapi bagaiman dengan perasaanku mas? apa aku harus menjaga perasaan mereka, tapi mengabaikan perasaanku sendiri!"
"Ida, jangan bersikap egois seperti itu."
"yang egois itu aku, atau mereka?"
"begini, jika kamu memilih batal, siapakah yang menanggung malu dan sakit hati? jika kamu melanjutkannya, cuman kamu dan aku yang terluka."
"tapi, kamu gimana mas?"
"aku baik baik saja kok! apapun itu, asalkan kamu bahagia."
"tapi..." Ida menghentikan kata-katanya.
kita sama-sama terdiam, membisu, hilang akal dan topik  untuk saling menyapa dan berbicara. dan setelah satu jam berdiam, dia pun bicara.
"baiklah mas, karena kamu yang juga memintanya." jawabnya mellow.
Karena memang segala sesuatunya terkadang tak mungkin bisa dipaksakan, aku pun merelakanmu dengannya. bukan karena tak ingin memperjuangkan ataupun mengupayakannya. tapi, ada hal yang harus di korbankan, dijaga harkat dan martabatnya. karena ini sebuah pernikahan. bukan semacam hal kecil, tapi acara sakral seumur hidup. ini bukan balada sinetron di tv. jadi, selamat menempuh hidup baru. dariku, untukmu...
20 September 2017