Mohon tunggu...
Miran Nari
Miran Nari Mohon Tunggu... Penulis - IRT

Ibu Rumah Tangga Suka Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Yang Hilang Dari Wajah Adikku

18 Desember 2024   01:42 Diperbarui: 18 Desember 2024   01:42 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gak ah Bu,  Tanti gak selera makan," tolak adikku. 

"Nanti kamu sakit lho Tanti,  jangan terlalu keras dietnya. Tubuhmu terlihat sudah ideal koq Nak,"

"Tapi kalo tiap pagi makannya kayak gini,  bisa-bisa nanti badanku juga melar kayak Mbak Nawang," sentilnya lagi.

Aku mendengus kesal mendengarnya. Enak saja badanku disebut melar, BMI ku masih di rentang ideal. Sepertinya dia sedang sensi padaku akhir-akhir ini. Dia sering menyindir dan memancing emosiku, sejak aku menasehatinya untuk tidak sering keluar malam dengan teman laki-lakinya. Apalagi aku lihat, teman yang pergi dengannya sering berganti-ganti. 

Aku berusaha keras untuk tetap tenang, meski kuping dan hati terasa panas. Nasehat almarhum bapak untuk pantang ribut di hadapan makanan selalu terpatri di sanubari. Apalagi saat ini,  masakan ibulah yang sedang aku nikmati. Seekor udang goreng tepung yang gurih dan renyah masuk ke dalam mulutku. 

Ibu terlihat kecewa dengan penolakan Tanti,  tetapi seperti biasa beliau tetap lembut pada padanya. 

"Mau ibu buatkan makanan lain? Wajahmu terlihat pucat lho Tanti,  meski sudah disamarkan dengan make up, " ujar Ibu hati-hati.

"Enggak Bu,  bentar lagi Fahri mau jemput," katanya sambil beranjak dari kursi. 

Namun,  kulihat dia kepayahan saat berdiri.  Tangannya memegang  kepala dan dia sempoyongan. 

"Kamu gak apa-apa sayang? Kamu pusing yah? " tanya Ibu yang dengan sigap membantunya kembali duduk. 

"Enggak papa koq Bu, Tanti baik-baik saja hanya sedikit pusing tadi pas mau berdiri, "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun