"Ya! Waktu memang mengubah banyak hal" ujar Ana sarkas. Tak berniat menatap lelaki itu.
Rangga menghela nafas, berdiri dari duduknya seraya berujar.
"Aku permisi, semoga kita bisa bertemu lagi. Dengan situasi yang lebih baik tentunya" Rangga yang hendak pergi kemudian termangu sebentar oleh perkataan Ana.
"Semoga waktu tidak mempertemukan lagi, walau dengan situasi yang lebih baik sekalipun" kata Ana dingin. Sambil menatap jendela Restoran.
Rangga meninggalkan Ana sendirian, lagi. Perempuan itu meneteskan air matanya, Ana memang sangat kuat. Tetapi, tidak dengan pertemuannya dengan Rangga.Â
Semua tentang Rangga melumpuhkannya, kekuatannya, ketegasannya, dinginnya, juga keteguhannya musnah bersama Rangga yang membawa cinta juga sakitnya hati Ana kala itu.
***
Terimakasih Rangga. Segala bentuk rasa yang pernah kau beri, kini sudah menjelma menjadi pelajaran yang apik. Kusimpan dalam hati, maaf jika sesekali masih sering ku kilas balik.Â
Ana yang sekarang kau temui, bukanlah Ana yang dulu memandangmu dengan penuh cinta. Sekarang ia menjelma menjadi seorang wanita perkasa, denga segala bentuk perasaan yang tak mudah goyah.
Terimakasih Rangga. Berkatmu, Ana selalu menyadari bahwa cinta memang sudah sepantasnya sepaket dengan luka. Tergantung bagaimana kita mengolahnya menjadi sebuah rasa yang bermakna indah.Â
Tapi, maaf Rangga. Ana tidak bisa mengolahnya, ini terlalu tidak bisa di terima oleh