"Kamu kenapa bisa kaya gini sih!?" Seru Ana, nada bicaranya Sirat akan kekhawatiran.
Pria itu menoleh, menatap lembut Ana yang tengah menatapnya juga luka yang ada di wajahnya. Kemudian meraih tangan gadis itu.
"Gapapa, hanya luka kecil" ujar pria itu lembut, seraya jempolnya mengelus lengan Ana
"Gapapa gimana!? Orang sampai berdarah gini" nadanya kian lama kian bergetar.Â
Pria di hadapan Ana sangat tahu, bahwa gadisnya ini tengah menahan tangis. Diam-diam pria ini tersenyum menyadari sesuatu.
"Bener gapapa kok, tadi udah aku basuh pakai air di toilet" ujarnya sangat lembut.Â
Pria ini adalah Rangga, ia sangat paham betul bagaimana perangai kekasihnya, Ana. Gadis itu akan menangis jika terjadi dua hal, melihat darah dan juga mengalami kekhawatiran berlebih. Nah, dalam situasi ini Rangga tentu tidak bisa menghadapi Ana dengan ketegasan, pria itu memilih dengan sabar dan lembut menjawab semua rasa gundah gadisnya, gadis yang selalu berhasil membungakan hatinya.
"Itu berdarah lagi, Ngga. Masa cuma di kasih air aja sih!" Sungut Ana tidak terima, gadis itu sudah mengeluarkan isakkannya. Rangga hanya mengulum senyum sembari tangannya tak lepas menggenggam jemari Ana.
Gadis itu tiba-tiba bangkit dari duduknya "aku cari obat dulu, kamu tunggu sini" setelah mengucapkan kalimat itu, Ana melesat menghilang tertelan daun pintu yang tidak tertutup rapat.Â
Tak lama, gadis itu kembali dengan sekotak P3K yang dia pinjam dari UKS. Dengan telaten mengobati luka Rangga dengan jemari lentiknya.
Rangga menatap Ana lekat, Ana yang tengah fokus mengobati luka Rangga kini beralih menatap pria itu. Tatapan mereka bertemu, saling menyelam satu sama lain.Â