Mohon tunggu...
Miranda Putri
Miranda Putri Mohon Tunggu... Lainnya - S1-Sastra Indonesia

Hanya seorang ibu rumah tangga yang tengah mencari kesibukan yang bermanfaat selain mengurus anak dan suami. Sedikit membosankan, introvert, tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan baik, moody dan banyak makan. Memiliki keinginan besar untuk memperkenalkan pada dunia bahwa saya bisa mewujudkan apa yang menjadi mimpi saya. Terdengar sangat ambisius, tetapi sebenarnya saya masih suka mageran! Hobi menulis dan ingin sekali menyalurkan hobi itu di beberapa kesempatan. Suka traveling tapi sering mengeluh capek! Manusia membosankan ini memang banyak mau, tapi jangan judge saya hanya dari deskripsi singkat ini ya! Terimakasih!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kilas Balik

27 Mei 2024   15:49 Diperbarui: 27 Mei 2024   17:15 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu kenapa bisa kaya gini sih!?" Seru Ana, nada bicaranya Sirat akan kekhawatiran.

Pria itu menoleh, menatap lembut Ana yang tengah menatapnya juga luka yang ada di wajahnya. Kemudian meraih tangan gadis itu.

"Gapapa, hanya luka kecil" ujar pria itu lembut, seraya jempolnya mengelus lengan Ana

"Gapapa gimana!? Orang sampai berdarah gini" nadanya kian lama kian bergetar. 

Pria di hadapan Ana sangat tahu, bahwa gadisnya ini tengah menahan tangis. Diam-diam pria ini tersenyum menyadari sesuatu.

"Bener gapapa kok, tadi udah aku basuh pakai air di toilet" ujarnya sangat lembut. 

Pria ini adalah Rangga, ia sangat paham betul bagaimana perangai kekasihnya, Ana. Gadis itu akan menangis jika terjadi dua hal, melihat darah dan juga mengalami kekhawatiran berlebih. Nah, dalam situasi ini Rangga tentu tidak bisa menghadapi Ana dengan ketegasan, pria itu memilih dengan sabar dan lembut menjawab semua rasa gundah gadisnya, gadis yang selalu berhasil membungakan hatinya.

"Itu berdarah lagi, Ngga. Masa cuma di kasih air aja sih!" Sungut Ana tidak terima, gadis itu sudah mengeluarkan isakkannya. Rangga hanya mengulum senyum sembari tangannya tak lepas menggenggam jemari Ana.

Gadis itu tiba-tiba bangkit dari duduknya "aku cari obat dulu, kamu tunggu sini" setelah mengucapkan kalimat itu, Ana melesat menghilang tertelan daun pintu yang tidak tertutup rapat. 

Tak lama, gadis itu kembali dengan sekotak P3K yang dia pinjam dari UKS. Dengan telaten mengobati luka Rangga dengan jemari lentiknya.

Rangga menatap Ana lekat, Ana yang tengah fokus mengobati luka Rangga kini beralih menatap pria itu. Tatapan mereka bertemu, saling menyelam satu sama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun