Mohon tunggu...
Miranda Putri
Miranda Putri Mohon Tunggu... Lainnya - S1-Sastra Indonesia

Hanya seorang ibu rumah tangga yang tengah mencari kesibukan yang bermanfaat selain mengurus anak dan suami. Sedikit membosankan, introvert, tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan baik, moody dan banyak makan. Memiliki keinginan besar untuk memperkenalkan pada dunia bahwa saya bisa mewujudkan apa yang menjadi mimpi saya. Terdengar sangat ambisius, tetapi sebenarnya saya masih suka mageran! Hobi menulis dan ingin sekali menyalurkan hobi itu di beberapa kesempatan. Suka traveling tapi sering mengeluh capek! Manusia membosankan ini memang banyak mau, tapi jangan judge saya hanya dari deskripsi singkat ini ya! Terimakasih!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kilas Balik

27 Mei 2024   15:49 Diperbarui: 27 Mei 2024   17:15 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya, kebetulan abis antar aku pulang! Ini, Rangganya udah ada. Mau bicara?" Tanya perempuan itu pada Ana. 

"Halo, An? Kenapa? Maaf aku nggak bisa chat kamu tadi, aku sibuk banget!" 

Sibuk? Sibuk katanya? Apa lelaki itu tidak tahu betapa risaunya perasaan Ana saat ini? Apa lelaki itu tidak mengerti, bagaimana hatinya remuk didalam sana? Apa Rangga tidak merasakan sakit hatinya Ana?

Ana sama sekali tidak menjawab, ia terisak dengan tangan meremat dadanya. Sakit, sangat sakit rasanya. Telpon terputus, menyisakan Ana dengan ringisan tangisnya yang kian lama kian mengencang.

Satu pesan masuk dari Rangga mengalihkan perhatiannya.

'sudah saatnya kamu tau, Rangga kalau disini suka ketemu aku. Jadi, jangan merasa spesial!' 

Runtuh sudah pertahanannya. Ia tak bisa menahan Isak tangisnya. Hingga ibunya tergopoh memasuki kamarnya, bingung melihat anak gadisnya menangis meraung-raung. Pelukan ibunya, menyadarkan Ana bahwa pada saat itu, cintanya tak lagi sama. Cintanya sudah penuh dengan luka.

***

"Jangan membual dengan hal yang sudah bisa dilihat kenyataannya." Balas Ana tegas. Wanita itu tidak ingin memberikan kesempatan barang setitik pun pada lelaki dihadapannya.

"Waktu merubah banyak hal ya, An! Termasuk perasaanmu" ujar Rangga sendu. 

Ana tahu betul, hatinya masih mengingat dengan jelas bagaimana Rangga dengan segala kenangannya bisa memporak-porandakan hidupnya, jadi dia sudah bertekad. Untuk tidak terbuai lagi kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun