Mohon tunggu...
Miranda Putri
Miranda Putri Mohon Tunggu... Lainnya - S1-Sastra Indonesia

Hanya seorang ibu rumah tangga yang tengah mencari kesibukan yang bermanfaat selain mengurus anak dan suami. Sedikit membosankan, introvert, tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan baik, moody dan banyak makan. Memiliki keinginan besar untuk memperkenalkan pada dunia bahwa saya bisa mewujudkan apa yang menjadi mimpi saya. Terdengar sangat ambisius, tetapi sebenarnya saya masih suka mageran! Hobi menulis dan ingin sekali menyalurkan hobi itu di beberapa kesempatan. Suka traveling tapi sering mengeluh capek! Manusia membosankan ini memang banyak mau, tapi jangan judge saya hanya dari deskripsi singkat ini ya! Terimakasih!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kilas Balik

27 Mei 2024   15:49 Diperbarui: 27 Mei 2024   17:15 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya! Waktu memang mengubah banyak hal" ujar Ana sarkas. Tak berniat menatap lelaki itu.

Rangga menghela nafas, berdiri dari duduknya seraya berujar.

"Aku permisi, semoga kita bisa bertemu lagi. Dengan situasi yang lebih baik tentunya" Rangga yang hendak pergi kemudian termangu sebentar oleh perkataan Ana.

"Semoga waktu tidak mempertemukan lagi, walau dengan situasi yang lebih baik sekalipun" kata Ana dingin. Sambil menatap jendela Restoran.

Rangga meninggalkan Ana sendirian, lagi. Perempuan itu meneteskan air matanya, Ana memang sangat kuat. Tetapi, tidak dengan pertemuannya dengan Rangga. 

Semua tentang Rangga melumpuhkannya, kekuatannya, ketegasannya, dinginnya, juga keteguhannya musnah bersama Rangga yang membawa cinta juga sakitnya hati Ana kala itu.

***

Terimakasih Rangga. Segala bentuk rasa yang pernah kau beri, kini sudah menjelma menjadi pelajaran yang apik. Kusimpan dalam hati, maaf jika sesekali masih sering ku kilas balik. 

Ana yang sekarang kau temui, bukanlah Ana yang dulu memandangmu dengan penuh cinta. Sekarang ia menjelma menjadi seorang wanita perkasa, denga segala bentuk perasaan yang tak mudah goyah.

Terimakasih Rangga. Berkatmu, Ana selalu menyadari bahwa cinta memang sudah sepantasnya sepaket dengan luka. Tergantung bagaimana kita mengolahnya menjadi sebuah rasa yang bermakna indah. 

Tapi, maaf Rangga. Ana tidak bisa mengolahnya, ini terlalu tidak bisa di terima oleh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun