Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

12 Maret 2019   07:52 Diperbarui: 12 Maret 2019   07:56 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemuda ini terhanyut dalam perjalanan batin yang bisu.  Setelah ini dia akan pergi ke Gunung Kelud.  Dia berharap dalam perjalanan nanti, ada lagi tujuan berikutnya bagi dirinya setelah menyempurnakan Danu Cayapata.  Tujuan hidupnya sekarang sungguh susah dicari.  Ini semua karena cintanya telah terkurung dalam peti mati.  Wajah cantik itu kembali hadir dalam lamunan Arya Dahana.  Wajah yang terkadang galak, terkadang mesra, terkadang sulit diterka artinya.  Wajah yang dengan dinginnya menjatuhkan tangan maut kepadanya.

Tak terasa, hampir setengah hari pemuda ini merenung.  Sampai-sampai tidak menyadari bahwa sedari tadi ada sesosok bayangan yang terus saja memperhatikannya.  Kemampuan pemuda itu sudah sangat tinggi.  Suara sekecil apapun, langkah seringan apapun, pasti bisa didengarnya dengan mudah meski dari jarak yang cukup jauh.  Tapi karena perhatiannya tercurah sepenuhnya kepada rangkaian lamunan, sehingga kewaspadaannya berkurang jauh.  Apalagi sosok yang mengintai itu juga berilmu tinggi dan juga sangat berhati hati.

Arya Dahana terkesiap saat sebuah desir angin berhawa dingin mengarah tengkuknya.  Desir itu sangat halus.  Dia agak terlambat menyadarinya. Sehingga elakannya kurang sigap dan masih terkena satu jarum yang akhirnya menancap di lehernya.  Pemuda ini mencabut jarum kecil itu. Memeriksanya dengan hati hati.  

Jarum ini mengandung racun!  Diciumnya bau racun di jarum itu dengan teliti.  Hmmm...racun ini sangat mematikan!  Untungnya dia kebal segala macam racun.  Tapi tentu saja serangan curang tadi membuatnya penasaran.  Si empunya senjata rahasia ini pastilah berniat jahat kepadanya.  Dia pasti sedang menunggu khasiat racun ini bekerja.  Dia akan pura pura terpengaruh racun itu agar si penyerang gelap menampakkan diri.

Arya Dahana terhuyung huyung sambil menampakkan wajah sangat kesakitan.  Tangannya berpegangan pada sebatang pohon kecil seolah-olah menahan diri agar tidak terjatuh.  Matanya setengah dipejamkan sembari mencoba cari tahu di mana gerangan si penyerang gelap berada.  Dan muncullah orang itu.  sambil tertawa terkekeh kekeh melihat serangannya ternyata berhasil.  Seorang kakek tua bertongkat panjang dengan kepala tengkorak di kepala tongkatnya.

"He he he he... anak muda, racun yang sekarang menjalar dalam tubuhmu adalah racun ular hijau Kawah Ijen.  Racun yang hanya bisa disamai oleh racun kobra dari Negeri Kali.  Jika tidak mendapatkan penawarnya....ehhh."

Belum selesai ucapannya, kakek itu tertegun kaku.  Tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali.  Arya Dahana dengan secepat kilat telah menotok tubuhnya di bagian punggung.  Pemuda itu sekarang bertolak pinggang di depan si kakek yang terbelalak ketakutan.

"Hmmmm...sungguh kejam perbuatanmu kek.  Apa salahku sehingga kau tega menjatuhkan tangan maut kepadaku?"

Kakek tua itu mencoba menggerakkan tubuh namun sama sekali tidak bisa.  Dia mencoba membuka mulutnya untuk berbicara.  Bisa.

"A..a..aku tidak sengaja anak muda.  Maafkan aku.  Aku hanya bermaksud menguji kepandaianmu..."

Arya Dahana mengerutkan keningnya.  Ucapan ini terlalu mengada ada.  Apalagi setelah memperhatikan dari dekat, mata kakek ini menggambarkan keculasan dan kekejaman.  Arya Dahana menghela nafas panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun