Suara yang muncul dari mulut si kakek yang mengaku sebagai Raja Danyang Blambangan itu sangat menggelegar. Â Sungguh mengejutkan, mengingat tubuhnya yang kurus kering.
Arya Dahana memandang lekat-lekat kakek di depannya. Â Kakek ini ternyata guru kakek yang pertama. Â Pantas saja jika dia jauh lebih tangguh. Â Raja Danyang Blambangan? Â Rasa rasanya dia belum pernah mendengar. Â Dulu, saat masih mengembara bersama Dewi Mulia Ratri, mereka banyak mendengar tentang tokoh tokoh Blambangan. Â Tapi tidak ada yang berjuluk Raja Danyang Blambangan. Â Yang ada adalah Tiga Danyang Kawah Ijen. Itupun mereka sudah tewas saat terjadi pertempuran besar perbatasan Majapahit-Blambangan dulu.
Si Kakek seperti bisa meraba jalan pikiran Arya Dahana.Â
"Iya! Â Aku adalah kakak seperguruan Tiga Danyang Kawah Ijen. Â Aku tahu mereka tewas karena kamu dan kawan-kawanmu ikut campur tangan dalam urusan Blambangan-Majapahit. Â Sekarang, rasakan akibat dari perbuatanmu.."
Kakek ini merapalkan sesuatu, lalu dari mulutnya terdengar suara pekikan keras sambung menyambung. Â Suara gemuruh mengerikan sahut menyahut dari dalam hutan. Â Semakin lama semakin mendekat. Â Dan akhirnya bermunculanlah berbagai macam makhluk mengerikan. Â Bukan makhluk gaib. Â Tapi mayat hidup! Â Mayat-mayat hidup ini bergerak mengepung Arya Dahana. Â Dari mulut-mulut yang sudah tidak berdaging itu terdengar suara suara bergumam tidak jelas namun terdengar jelas mengancam.
Arya Dahana mundur dua langkah. Â Kakek ini membangkitkan pasukan orang mati tanpa melalui ritual khusus seperti Tiga Danyang Kawah Ijen dulu. Itu berarti kakek ini mempunyai kemampuan teluh dan sihir yang jauh lebih tinggi dari mereka. Â Dan itu memang benar. Â Raja Danyang Blambangan adalah rajanya teluh di Blambangan. Â Dulu dia tidak muncul pada saat perang besar Blambangan-Majapahit karena sedang bertapa menyempurnakan ilmu teluhnya di sebuah pulau dekat pulau Bali.
Kemampuan kakek ini memang jauh lebih tinggi dibanding Tiga Danyang Kawah Ijen. Â Bahkan bisa disejajarkan dengan kemampuan Hulubalang Setan Tanah Baluran, mendiang Ki Hangkara. Â Oleh karena itu, membangkitkan pasukan orang mati dengan mudah bisa dilakukannya tanpa harus melalui ritual terlebih dahulu.
Arya Dahana sudah akan menyiapkan Geni Sewindu untuk melawan ilmu teluh dan gaib ini, ketika sesosok bayangan berkelebat dan berdiri di sampingnya. Â Bau harum menguar ke hidung Arya Dahana. Â Pemuda ini menoleh memperhatikan, Arawinda! Â Tapi Arawinda tidak mempedulikannya. Gadis itu bahkan sudah merapalkan sesuatu lalu memekik nyaring seperti sebuah perintah.Â
Pasukan orang mati itu seperti kebingungan menerima dua perintah yang berbeda. Â Tubuh tubuh sempoyongan itu bergerak maju mundur tidak teratur. Â Raja Danyang Blambangan terperanjat bukan kepalang. Â Gadis muda ini mampu menangkal ilmunya dan bahkan berbuat hal yang sama dengan dirinya, yaitu mengendalikan pasukan orang mati.Â
Kakek renta ini berkomat kamit menambah kekuatan mantranya. Â Pasukan orang mati itu bergumam gumam tidak karuan. Â Bergontai gontai menuju Arya Dahana dan Arawinda. Â Hebatnya, pasukan orang mati ini kebal terhadap senjata tajam, tidak mempan terhadap kutukan, bahkan mempunyai kemampuan kanuragan yang tidak lumrah.Â
Giliran Arawinda kaget bukan main dengan perubahan tindak-tanduk pasukan orang mati ini. Â Kakek itu punya kemampuan gaib yang luar biasa! Lebih hebat malah dari kemampuan paman gurunya Ki Hangkara. Â Gadis ini semenjak mendapat gemblengan langsung dari Si Bungkuk Misteri, kemampuannya meningkat berkali-kali lipat. Â Termasuk juga kekuatan batinnya. Â