Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Petualangan Cinta Air dan Api (Bag. Terakhir)

9 Januari 2019   03:10 Diperbarui: 9 Januari 2019   04:06 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab XV

Perang Bubat
Adalah sejarah yang ditulis
Oleh pekatnya tinta berwarna hitam.
Mengiringi sebuah ambisi
Dan kilau kejayaan
Kerajaan kerajaan besar
Dalam persaingan harga diri
Dan tumpahnya darah berkolam kolam.

Bab XVI

Cipamali, Perbatasan Galuh Pakuan-Majapahit.  Suasana perbatasan sedang memanas.  Kematian mengenaskan Panglima Suwanda beserta pasukan kecilnya menjadikan bara yang tak terdinginkan dengan cepat.  Jumlah penjaga di setiap pos penjagaan perbatasan dilipatgandakan.  Yang biasanya hanya satu regu yang terdiri dari dua belas orang, sekarang ditambah menjadi dua regu.  Bahkan di pos pos tertentu, menjadi tiga regu.

Pasukan perbatasan kerajaan Galuh Pakuan sedang bersiaga penuh.  Iring iringan agung Raja Galuh Pakuan dalam beberapa hari ini akan melalui perbatasan.  Beberapa perahu besar telah disediakan untuk menyeberang.  Pangeran Bunga sebagai pimpinan pasukan perbatasan sibuk memerintahkan pasukannya untuk menghias markas dan perahu perahu yang akan digunakan menyeberang. 

Di sisi lain perbatasan juga berlangsung hal yang kurang lebih sama.  Pasukan perbatasan Majapahit juga menghiasi jalanan dan markas dengan umbul umbul kebesaran.  Warna warna meriah terlihat dari ujung ke ujung.  Tambur dan gamelan disiapkan untuk menyambut kedatangan raja besar Galuh Pakuan melintasi wilayah Majapahit.

Namun semua orang merasakan hal yang sama.  Kemeriahan itu hanya sedikit saja menutup ketegangan yang ada.  Semua tahu bahwa ini adalah api dalam sekam.  Sedikit saja kesalahpahaman terjadi, maka sebuah perang besar akan meletus antara dua kerajaan besar ini.  Dan itu semua akan bermula di sini.  Di perbatasan Sungai Cipamali.

Pasukan dari kedua pihak telah diperintahkan oleh panglima perang masing masing untuk menahan diri.  Tidak ada perintah menyerang namun senjata senjata lengkap telah dikeluarkan dari barak barak.  Para prajurit tidak ada yang diperkenankan untuk meninggalkan pos penjagaannya. Namun pasukan bersenjata lengkap siap kapan saja dikerahkan. 

Sebuah sulutan api kecil akan meledakkan ketegangan ini menjadi perang.  Perang perbatasan yang mungkin akan menyulut api yang lebih besar dan berkobar kobar di seantero tanah Jawa.  Pasukan Galuh Pakuan mungkin kalah jumlah dan tidak terlalu terlatih untuk berperang seperti pasukan Mahapatih Gajahmada.  Namun mempunyai keunggulan lebih tertib dan taat aturan perang serta sangat patuh terhadap perintah atasan.

----

Dan hari penting itupun tiba. Didahului oleh suara tambur yang dipukul tak henti henti, dari jauh terlihat iring iringan kereta kencana yang membawa keluarga kerajaan Galuh Pakuan beserta para pengiringnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun