MR: Darmo ini disayang sama dia karena, Si Darmo kalau presentasi, lulusan Amerika, sudah kuliah PHD pintar. Jokowi happy terus. Ini saya tahu. Darmo ngomong Pak itu didengerin. Gitu Pak
SN: Cuma sudah dibeli gara-gara ketemu bapak, dikunci, sreeeet. Berubah
MR: Dikawanin lah.
MS: Hasil lobi ya
SN: Semuanya, semua istana beliau bisa biaya yang lain-lain, biayain semualah.
Apa yang dimaksud dengan perkataan “kalau pak JK Presiden?”
SN: Ya kita harus jujur
MR: Kalau Pak JK presiden,
SN: Wah terbang kita.
MR: Atau dia pasrahin Pak JK urus ekonomi saja, saya pergi dah blusukan. Pak JK urus saja ekonomi
SN: Ya tapi sekarang sudah dibatasin terus presiden
Aih....Lihatlah uang 500M seakan untuk mainan buat mereka...
SN: Nasib duit keluar banyak. Duit Pak. Itu saya lihat kasihan. Ngapain itu, udah. 50 M, 30 M. Begitu kita hitungin udah 500 M. Ngapain. hahahaa
MS: Lewat Pak
SN: Lewat Pak
MR: Padahal duit kalau kita bagi dua pak, hepi Pak. 250 M ke Jokowi JK, 250 M ke Prabowo Hatta, kita duduk aja. Ke Singapura, main golf, aman. hahahaa. Itu kan temen, temen semualah, Pak Susahlah. Kita hubungan bukan baru kemarin. Masak kita tinggal nggak baik. tapi kan sekarang udah gak ada masalah. Sudah normal. Gitu
Dari sekian puluh perkara yang diperbincangkan, terlihat ketiga orang yang terlibat dalam rekaman itu tampaknya sangat berpengalaman dan semua “bisa” diperkarakan. Tapi lagi lagi saya melihat ini bukan perkara yang mudah untuk bisa dibawa ke ranah hukum.
Bukan tanpa alasan saya berpikir kasus ini akan bisa dibawa ke ranah hukum, karena selain kasus ini sudah melibatkan begitu banyak petinggi negara yang bukan kelas ecek ecek, masih ditambah bukti nyata dari 2 hari persidangan MKD kemarin.
Jutaan rakyat Indonesia sudah melihat, betapa pelapor/pengadu dan saksi, “dikuliti habis habisan” orang orang parpol di MKD. Padahal, secara nyatanya, pelapor/pengadu dan saksi bukan orang sembarangan, bukan rakyat ecek ecek yang tidak punya kekuatan, tidak punya perlindungan atau tidak punya kecerdikan yang dibawah rata rata.
Kita bisa melihat betapa licinnya Sudirman Said berkelit dari libatan, cengkeraman, jeratan dan jebakan pertanyaan anggota sidang MKD. Sudirman Said, yang seorang menteri saja bisa dibuat sedemikian rupa oleh anggota MKD.
Sama halnya, Presiden Direktur PT FI, Marsekal Muda TNI (Purn.) Maroef Sjamsoedin -yang mantan Wakil Kepala BIN- harus menjawab dengan berputar putar, meliuk kesana kemari -bak penari jaipong- untuk bisa terlepas dari pertanyaan jebakan anggota MKD.