SATU HARI YANG AJAIB
Perumnas Dahana, 21.00
(Dingin. Udara menerobos masuk ke dalam rumah dan segera membuat orang-orang di dalamnya mendekap dada. Mauri beranjak dari tempat duduknya, menutup pintu dan jendela depan. Mata Mauri kembali tertuju pada perut istrinya. Lebih besar dan kelihatan bergerak-gerak. Kasihan Dira. Seumur  ini masih harus melahirkan. Ini adalah bayi ketiga yang akan dilahirkan istrinya. Semoga bayi kami  seorang laki-laki yang kuat. Bisa membantu orang tuanya kelak)
"Bang.., Abang?"
"Hmm..?"
"Sejak tadi dia ndak tenang. Terus menendang. Mungkin sudah hampir waktunya."
"Oh, ya?"
" Abang kok ndak perhatiin. Saya serius, Abang. Mungkin bayi kita lahir minggu ini."
 Minggu ini?
 "Nanti kalau laki-laki kita beri nama apa?"
"Dari mana kamu tahu dia laki-laki?"