Hanya saja, waktu saya diputus sama pacar pertama saya lalu saya dihina dina, mama saya tidak terima sampai mama mau maki-maki mantan saya itu. Tapi saat itu saya larang & saya berinisiatif dalam hati bahwa suatu saat jika saya memiliki masalah dengan orang lain, apakah dengan pacar atau siapa pun, mama tidak boleh tahu, bawaannya bisa lebay, padahal saya woles saja. Wkwkwwk
____________________
Orangtua saya memang tidak pernah mengajari saya mengenai pembelaan diri, tapi itu berawal ketika SD tak ada yang mau cukup peduli dengan masalah yang cukup berarti buat saya yang membuat saya harus mengatasinya sendiri.
Kadang, dalam hidup ini, prinsip “situ jual, sini beli” juga sangat diperlukan dalam situasi yang terdesak dengan tujuan menyadarkan seseorang.
Kita memang bisa saja sabar, tapi itu berarti kita memberi kesempatan kepada seseorang untuk meningkatkan kemampuannya menjadi orang yang tidak berperasaan dengan tindakan yang levelnya bisa naik menjadi lebih fatal karena ia menganggap bahwa apa yang dia lakukan itu suatu kewajaran karena tak mendapatkan protes ataupun perlawanan padahal sangat tidak layak dilakukan.
Maka ketika saya sudah berusia dewasa saat ini, ketika dua orang senior di kos selalu mempermalukan saya di depan umum dimana saya tidak pernah mengganggunya, tetapi mereka masih tetap melakukannya meski sudah berkali-kali saya sampaikan dengan baik-baik, maka saya mengambil inisiatif untuk mengupdatekannya status.
Tujuan saya agar dia tersinggung ternyata berhasil, meski dengan konsekuensi saya tidak diomongi tetapi di sisi lain, mereka sudah berhenti memperlakukan saya seenaknya. Sehingga mereka malu sendiri ketika saya masih tetap berbuat baik kepada mereka & akhirnya agak segan terhadap saya.
Hhhmmppp, orang yang pernah lihat saya di dunia nyata, pasti tidak akan percaya bahwa aslinya saya seperti itu. Ahahaha. Soalnya saya nampak feminin, suaranya lembut sekali, pokoknya cewek banget. Tapi kalau bosan diganggu, bisa jadi jantan. Wkwkwkwk. Meski begitu, saya tidak pernah menyimpan dendam terhadap orang yang bermasalah dengan saya &masih dapat bersikap sewajarnya.
Mungkin memang itu sudah menjadi karakter saya karena memiliki saudara yang adalah laki-laki semua. Yang menjadi pertanyaan, kenapa saya bisa menjadi seorang perempuan yang begitu feminine di tengah gerombolan saudara laki-laki?
Itu karena kakak kedua saya memang mendidik saya menjadi seorang perempuan sejak kecil. Bayangkan, jika ingin pergi ke ibadah saja, dia akan memprotes kalau saya pakai celana, harus pakai rok. Kalau dibonceng, harus duduk perempuan. Belum lagi, waktu kecil, dia yang menemani saya bermain permainan perempuan seperti bongkar pasang, loncat tali & dende’. Untungnya dia tidak menjadi perempuan. Ahahaha. Tapi kesabarannya, perempuan bingiittzz. Tapi kalau habis kesabarannya, bisa kayak saya. Wkwkwkwk.
"Dan akhirnya, menciptakan perdamaian dengan semua orang haruslah selalu menjadi prioritas dengan tidak suka mengganggu hidup atau mencampuri urusan orang lain, tetapi jika sudah terdesak prinsip “musuh tak kucari, tapi kalau ia datang, tak kan kuberlari” sangat dibutuhkan, tentu dengan tujuan kebaikan hidup & kedamaian yang lebih bersifat permanen"