Saat aku telah sampai di sekolah yang dituju, aku langsung masuk ke ruang pendaftaran bersama guruku. Di sana sudah sepi hanya tinggal beberapa orang saja. Guruku langsung menemui salah satu penyelenggara pendaftaran di sana. Namun fakta yang diketahui selanjutnya adalah pendaftarannya sudah ditutup. Guruku terus bernegoisasi dengan salah satu guru di SMP itu.
"Bu, satu lagi aja bu ini."
"Gabisa bu udah penuh."
"Bu satu ini aja ya bu?" Guruku terus memohon disini.
      Akhirnya aku diterima di sekolah tersebut. Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Akhirnya aku hanya diam setelah menyelesaikan pendaftaran.
      Aku dan guruku langsung pulang. Di perjalanan beliau menceritakan bahwa sekolah itu cukup bagus. Saudaranya ada yang mendapat juara umum di sana dan beliau berharap aku juga sama sepertinya.
"Yuna, ibu suruh sekolah kesana itu bagus. Sekolahnya juga lumayan elit loh. Kalau kamu ke sekolah yang lain, sayang prestasi kamu." Ucap bu Sulgi kepadaku.
"Iya bu, makasih." Jawabku diiringi dengan anggukan pelan.
      Aku masuk ke rumah dan memberikan kertas penerimaan siswa baru kepada Bundaku. Di sana tertulis tanggal untuk daftar ulang. Aku harus menunggu dua hari untuk melakukan daftar ulang tersebut.
      Keesokan harinya aku kembali berbincang dengan Bunda tentang sekolah itu. Bundaku terus membujukku agar mau sekolah di sekolah itu. Namun aku selalu kesal, marah aku tidak mau sekolah di sana. Aku tidak mempunyai teman saat tahu aku daftar di sana. Setidaknya hanya untuk berangkat bersama.
      Sore hari saat aku sedang menonton TV tiba-tiba Bunda menghampiriku. Sekali lagi dia membujukku agar mau sekolah di sana. Aku sangat bebal waktu itu. Sehingga aku selalu murung dan marah jika ditanya sekolah di mana oleh teman-temanku. Karena hanya sebagian kecil yang tahu aku masuk sekolah swasta.