Mohon tunggu...
Meliana JunitaAzhari
Meliana JunitaAzhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teruslah Berkarya

Allah as always number one

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sepenggal Kisah di Jenjang Pendidikan

12 November 2020   07:00 Diperbarui: 12 November 2020   08:36 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Lembar jawaban dan soal pun diberikan kepada kami. Waktu pengerjaan 120 menit. Diriku langsung mengerjakan soal-soal yang sudah diberikan. Aku duduk di barisan paling depan, pengawas terus memperhatikan gerak-gerik kami semua.

            Setelah selesai mengerjakan, muka kami kusut seperti baju yang belum disetrika. Ternyata Ujian Nasional tidak semudah yang kami pikir. Padahal kami semua telah belajar dengan sungguh-sungguh.

            Sudah lewat tiga hari dan Ujian Nasional pun sudah selesai. Kami semua ditanya akan melanjutkan pendidikan ke sekolah mana. Aku ingin sekali masuk sekolah favorit yang ada di daerahku. SMPN 1 PADALARANG.

            Tiba saatnya di mana kami semua diberi tahu Nilai Ujian Nasional yang sudah dilaksanakan. Nilaiku tidak cukup untuk daftar ke sekolah favorit tersebut dan berakhir daftar ke SMPN 1 CIKALONGWETAN.

            Sesak di dadaku terasa begitu menyakitkan. Hatiku hancur saat mengetahui nilaiku tak sesuai harapan. Apa yang akan dikatakan Ayah dan Bunda jika mereka tahu nilaiku tidak terlalu tinggi. Aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana. 

            Aku pulang dengan dada yang sesak, tidak tahu bagaimana memberi tahu orang tuaku akan kabar yang mengecewakan mereka ini. Aku sudah sampai di depan rumah dan masuk dengan gerakan yang mengendap-endap agar tidak diketahui oleh Bunda. Karena jika dia tahu, aku takut akan dibanjiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatku kembali mengingat kejadian tadi.

Bunda sedang berada di dapur dan aku mengendap-endap masuk ke kamar. Setelah masuk aku lupa malah menutup pintu terlalu kencang sehingga menimbulkan suara nyaring yang lumayan keras. Bunda langsung berteriak dari arah dapur.

"Yuna sudah pulang ya?" Teriakan Bunda dari arah dapur.

"Iya Bunda aku sudah pulang." Jawabku sekenanya.

"Nanti malam, makan bersama ya nak."

"Iya Bunda."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun