Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resolusi Suci Ayu Latifah "Ketika Aku Ingin..."

23 Juli 2019   21:20 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenangan masa kecil tentang berbagai macam permainan sebenarnya banyak. Hanya saja aku lupa, dan bingung untuk menceritakan. Bolehlah, pribadi ingin bercerita. Oke deh. Aku akan bercerita permainan apa saja yang aku mainkan semasa kecil, kecuali permainan yang sudah aku ceritakan di atas. Masak-masakan. Aku yakin kalian pasti pernah melakukan permainan konyol ini. Hanya saja, kecuali kalian adalah laki-laki. Tapi jangan salah, teman-temanku laki-laki juga pernah ikut bermain masak-masakan. Justru asyiknya, kami benar-benar masak dalam artian yang sesungguhnya. Namun sebelum itu, akan kuceritakan masak ala masak-masakan.

Biasanya, kami memanfaatkan alam untuk permainan masak-masakan, seperti tanah, dedaunan, ranting pohon, macam bunga-bunga, spidol, dan lain sebagainya. Tanah biasanya diumpamakan nasi, sebagai makanan pokok. Kemudian, macam dedaunan digunakan untuk sayur, dan bunga kadang pula dijadikan sayur, sementara spidol, kami umpakan sebuah minuman berasa. Kalau spidol berwarna merah berarti itu minuman rasa stroberi. Kalau warna spidol kuning, umpama minuman rasa jeruk. Pertama, dedaunan yang ada, kami potong-potong menjadi bagian kecil. Bunga pun demikian.

Kedua, cara memasak sayuran itu,kami membuat tungku dari keleng susu bekas. Wajan kami gunakan bathok kelapa, lalu sayur-sayuran dan bunga yang dipotong tiba berimajinasi dimasukkan ke dalam wajan bathok itu. Ketiga, pasir halus diumpamkan bumbu sayur itu. Terakhir, untuk membuat minuman, gelas dari aqua bekas diberi air. Lalu dimasukkannya spidol itu dan diaduk-aduk, tunggu sebentar hingga warna spidol larut.

Bakiak. Sandal dari kayu itu sering menemani bermain sore kala libur TPA. Ayahlah yang membuatkan sandal bakiak sederhana itu. Sore, sebelum adzan maqrib atau sekitar jam 4, aku biasa berjalan-jalan ke rumah-rumah tetangga. Ya, dengan alasan mencari hiburan. Saat itu, aku memakai sandal baik. Meskipun terasa tak nyaman dan timbul sakit di kulit kaki. Aku menjadi terbiasa memakainya. Sampai-sampai tetanggaku hapal. Ada suatu kletak-kletok dan orang berjalan, pastilah ditebaknya aku. Benar. Memang aku. Suatu hari, pernah sandal bakiak ini lupa aku taruh di mana. Seingatku, terakhir dipakai adikku. Setelah itu, aku tidak tahu. Semenjak itulah, aku kehilangan mainan bakiak.

Hampir sama dengan sandal bakiak. Kali itu, aku juga pernah bermain egrang. Egrang adalah tongkat dari bahan bambu yang digunakan untuk berdiri dengan jarak tertentu dari tanah. Asal muasal aku bermain egrang, karena melihat Aziz berjalan menggunakan egrang. Karena aku penasaran, akhirnya mintalah diajari. Sulit benar menjaga keseimbangan ketika di atas supaya tidak mudah jatuh. Setelah tahu cara yang dituntun oleh saudaraku itu, diam-diam aku belajar sendiri ketika saudaraku sedang keluar atau bermain sendiri. Sempat terjatuh, sampai lutut terluka.

Kekata Ibu, berlatih untuk bisa pasti ada risiko yang terjadi. Hal itu benar. Terasa saat aku melatih bisa berdiri dan berjalan menggunakan lutut. Baru saja aku berlatih dan merasa mulai nyaman,ehh baru melangkah tiga langkah terjatuh. Akhirnya, lutut dan sikuku terluka. Tapi aku tidak menyerah, aku terus berlatih, hingga aku... bukan bisa. Akan tetapi, ada permainan lain yang lebih menarik dibandingkan egrang. Sebutlah waktu itu, bermain terompet dari daun bambu yang masih muda---masih tergulung.

Terompet sederhana itu gegara saat aku bersama adikku dari sungai. Di jalan kami melewati pohon bambu yang melengkung ke tanah. Adikku memetik daun muda tergulung itu. lalu ditiupnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba terdengarlah suara seperti terompet, hanya saja suaranya tidak keras. Aku terkejut, kudapati adikku tengah meniup terompot kecil itu untuk kedua kalinya. Penasaran. Aku pun ikut-ikutan. Sayang, terompet milikku tidak mau bersuara. Karena tidak mau kalah, aku mencari lagi hingga kedua kalinya hasilnya sama. Payah, aku kalah dengan adikku.

Pistol batang pepaya. Inilah senjata terampuh untuk menyerang lawan. Aku sering bermain tembak-tembakan ini ketika sedang di sawah. Kenangan bermain pistol ini, aku dapatkan dari saudaraku, Aziz. Ketika itu, ketika kami di sawah saat ikut orang tua panen kacang tanah, dia membuat pistol dari batang pepaya. Permainan itu diberi nama tulup. 

Letak senjata dari permainan ini terletak pada batang pepaya yang berongga. Dengan peluru buah dari pohon anak nakal, dimasukkan pada lubang batang pepaya. Setelah masuk, pistol atau tulup itu diarahkan pas ke tempat sasaran. Setelah ditemukan bidikan yang pas, ditiuplah keras-kerasnya peluru itu. Hmm, jangan salah, meski itu pistol sederhana, kalau pelurunya mengenai tubuh rasanya lumayan sakit. ya walau tak sesakit pistol beneran.

Satu per satu permainan sudah aku ceritakan. Sebenarnya masih banyak, tapi itulah permainan yang paling berkesan. Dan, aku rasa setiap permainan yang ada memiliki nilai masing-masing. Salah satu nilai yang menonjol adalah kreatif.

***

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun