Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resolusi Suci Ayu Latifah "Ketika Aku Ingin..."

23 Juli 2019   21:20 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi bagian dari tim siaran terasa ada tantangan sendiri. Bagaimana kita diminta membawakan sebuah acara dengan asyik, renyah, dan hati-hati. Mau dibawa dan hendak ke mana semuanya tergantung pada pembawa acara. Kelancaran dan keluwesan harus dilatih. Keakraban komunikasi sangat diperhatikan. Kita berbicara, suara di dengar oleh ribuan telinga. Kalau membawakan acara dengan baik akan ada nama, dan penilaian dari para pendengar.

Di suatu waktu saat siaran, ada seorang penelepon. Ia mengenal siapa aku. padahal ketika siaran, aku menyebutkan nama samaran. Ternyata, dia adalah temanku SMP. Ya, jelas saja ia kenal. Sebab, dia termasuk dekat denganku saat SMP. Kebetulan pernah satu kelompok saat melakukan perkemahan. Jelasnya, dia hapal dengan suaraku, yang cempreng dan khas ini.

Belum ada satu tahun berkecimpung di dunia penyiaran, aku mendadak tidak ada kabar. Tidak siaran. Tidak masuk kantor. Aku keluar dengan kasar-tidak pamitan. Alasan ini aku lakukan karena takut bila ada yang mengikatku, seperti Mas Ryan. Kekhawatiran kedua orang tuaku benar. Mereka pernah bilang, kalau sekolah disambi kerja, nanti akan ada masalah di belajar. Hal itu aku rasakan benar. Bukan nilaiku turun tidak. Akan tetapi, fokus belajar untuk ujian jadi terbelah karena kepikiran siaran. Akhirnya, aku memutuskan mengundurkan diri dengan cara tak sopan.

Ketika beberapa rekan menghubungi, awalnya aku tidak menjawab. Hingga senior menghubungi via telepon. Aku tidak angkat tapi setelah itu kukirimkan pesan singkat pengunduran diri. Untungah mereka mampu memahami. Pesannya, aku diharapkan bergabung lagi setelah urusan ujian telah usai. Aku tidak menyanggupi iya. Dan juga tidak menolak.

***

Satu per satu ujian terlewati. Mulai dari try out hingga tiga kali, lalu dilanjut ujian sekolah, baik praktik maupun tulis, dan terakhir ujian nasional. Setiap hari aku berlatih mengerjakan soal-soal ujian. Di antara keenam mata pelajaran: bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi, yang paling aku suka adalah bahasa Indonesia. Kemudian Kimia dan Biologi. Matematika adalah pelajaran yang biasa saja, tidak suka dan suka. Karena aku merasa suka misal bisa mengerjakan soal dan jawabannya ketemu. Tetapi tidak suka, misal mengerjakan tapi jawabannya tidak ada di opsi jawaban.

Sedangkan bahasa Inggris tidak terlalu suka karena sejak dulu memang tidak suka mengerjakan soal Inggris. Yang kusuka adalah membaca teks bahasa Inggris. Fisika, sebenarnya lumayan suka. Tetapi sukanya diurutan empat setelah Biologi. Cara belajarku menghadapi materi berhitung, aku membuat potongan kertas kecil-kecil. Dari kertas-kertas itu, kemudian aku tulis rumus-rumus penyelesaian, dan aku tempel di pintu. Sampai sekarang tempelan rumus itu masih ada.

Ujian sekolah berlangsung. Selama satu minggu penuh, fokus pada ujian tulis. Kemudian ujian lisan dan praktik di minggu selanjutnya. Ujian praktik yang paling aku suka adalah pertama, mata pelajaran Biologi. Yakni ada praktik uji makanan, uji perkembangan tumbuhan, hafalan nama-nama tulang manusia, menggambar sel tumbuhan atau hewan, dan lainnya.

Ujian Biologi bagi saya cukup menguras ingatan karena aku harus menghapalkan bagian dari tubuh manusia, dibagi menjadi beberapa bagian, seperti kepala, tulang belakang, tangan, dan kaki setiap bagian itu diminta menghapalkan nama tulang menggunakan bahasa latin. Selanjutnya, ujian yang hampir sama, kedua adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ujian praktiknya, berupa hapalan beberapa surat pilihan dan wajib, nama dan sifat Allah 99 (asmaul husna), kemudian ada praktik wudhu, tayamum, mengurusi jenasah hingga menguburkan. Pengalaman lucu ketika ujian ini adalah ketika tidak hafal bacaan salat jenasah, aku mencontek di kertas kecil. Kertas itu aku genggam.

Ketiga, ujian seni budaya. Yaitu mendapatkan tantangan untuk membawakan sebuah tarian bebas, lalu dipentaskan dihadapan semua warga sekolah. Kali itu, aku lupa tari apa yang aku tarikan. Yang jelas komentas penonton lumayan bagus, hanya saja, beberapa gerak memang belum aku kuasai. Aku rasa memang tarian itu cukup rumit, dan waktu latihan kebentur dengan lainnya. Selain mata pelajaran itu, sebenarnya masih ada serpihan-serpihan ingatan, seperti dalam mata pelajaran fisika, yaitu praktik mengukur berat suatu benda. Kemudian mengukur jarak jatuhnya suatu benda. Nah ujian inilah yang paling gagal menurutku. Karena, aku di awal memang tidak terlalu paham praktik di pelajaran fisika.

Ujian praktik sekolah terlewati. Tinggal satu ujian lagi, yaitu ujian nasional. Masih tekun dalam belajar. Kala bosan menyapa, aku obati dengan bernyanyi. Ya, aku suka sekali menyanyi. Bagiku, ketika aku bisa berteriak menyanyikan lagu kesayangan, semua beban, rasa, dan apapun yang tidak enak lenyap sendiri. Kabur bersama angin lewat suara. Lagu adalah hipnotis. Mampu menyemangati, mampu membangkitkan. Tapi lagu pula mampu menghanyutkan dan membuat kita larut ke dalamnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun