Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resolusi Suci Ayu Latifah "Ketika Aku Ingin..."

23 Juli 2019   21:20 Diperbarui: 23 Juli 2019   21:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelajaran semakin sulit. Traget materi semakin banyak. Guna mempersiapakan try out dan ujian nasional harus banyak mengerjakan soal. Hal itu selalu diingatkan oleh pembina upacara saat upacara hari Senin berlangsung. Itu pula sering dilontarkan para guru yang mengajar di kelas, hingga rasanya waleh mendengar. Aku tahu maksud mereka selalu mengingatkan, karena ujian semakin dekat. Tidak ada banyak waktu untuk sekadar bermain-main tidak jelas.

Bosan juga kan kalau selalu dihadapkan pada soal. Tentunya mata, hati, dan pikiran butuh refreshing supaya tidak jenuh dan bosan. Ya paling tidak bermain bisa mengurangi beban karena mencari jawaban atas soal yang ada. Apalagi kalau sudah berhadapan dengan soal berhitung,, hmm. Semangat sih semangat kalau menemukan jawaban. Akan tetapi, kalau satu atau dua atau tiga soal tidak selesai pada jawaban, atau jawaban yang ditemukan tidak ada di alternatif jawaban, mendadaklah semangat turun. Kalau sudah begitu harus diistirahatkan sebentar. Lalu jika sudah fresh kembali dikerjakan dengan hati tenang.

Belum persiapan ujian nasional, tentunya harus melewati ujian sekolah. Tepat, diujian ini ada dua tahap, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Hampir semua mata pelajaran ada praktiknya. Sebutlah IPA, harus praktik kalau biologi yaitu daur hidup makhluk hidup, proses terjadinya hujan, proses fotosintesis, dan lainnya. Sedangkan fisika, misalnya menyalakan lampu menggunakan baterai, proses terjadinya bunyi, dan lainnya. Ribet sekali kan. Namun, ada yang super ribet tapi menyenangkan. Yaitu pada ujian praktik Seni Budaya. Praktik yang aku ingat adalah menyanyikan lagu nasional dan lagu pilihan, membuat kerajian dari janur kelapa, dan membuat anyaman dari kertas.

Satu minggu tepat di ujian praktik Seni Budaya, aku dan teman-teman berlatih membuah kerajinan dari janur kelapa. Dibantu oleh Ayah, kami membuat kreasi macam ketupat. Ada yang berbentuk segi empat, lampu, persegi panjang, kodok, dan lainnya. Kata Ayah, janur yang digunakan harus bagus, tidak boleh rusak. Kalau rusak, ya jadi tapii hasilnya tidak memuaskan. Pemilihan warna pun juga memengaruhi, karena ada janur warna kuning, ada pula janur warna hijau. Kebetulan ayah pandai membuat ketupat, setiap sore hari, rumahku ramai dikunjungi teman-teman. Mereka ingin diajari membuat ketupat. Tidak saja berlatih di rumah, kadang kala teman-teman membawa janur ke sekolahan, supaya mereka bisa terus berlatih membuat kreasi dari janur.

Kreasi dari janur kelapa, tidak mengharuskan membuat ketupat. Boleh membuat dadu, keris, manukan, dan lainnya. Akan tetapi, instruksi dari guru Seni Budaya diharapkan anak-anak bisa membuat ketupat. Sehingga ketika lebaran tiba tidak bingung harus membeli janur yang dihargai seribu satu ketupatnya. Instruksi itu kalau diterjemahkan sama halnya wajib. Tidak apalah, lagi pula membuat ketupat itu asyik, tapi harus teliti jangan sampai memasukkan ganda.

Hari ujian tiba. Di mulai dengan ujian sekolah, selama satu minggu ujian pengetahuan. Kemudian, minggu selanjutnya adalah ujian praktik. Senang menyenangkan di ujian kali ini. Karena ujian praktik bagi saya sama dengan bermain. Hanya saja ini permainan yang serius karena dinilai untuk menciptakan poin besar. Hari demi hari, aku jalani ujian praktik dengan senang. Tiba, dipenutup ujian, diadakannya masak bersama. Pesertanya adalah siswa kelas 6 dan sebagian guru. Aku masih ingat. Kala itu membuat nasi pecel lele. Sejumlah 36 siswa dibagi menjadi beberapa bagian. Ada yang fokus pada perlelean, persambelan, perminuman, perlalapan. Kala itu aku mendapat bagian perlelean.

Pengalaman menarik berbaur dengan para lele yang sebentar lagi akan lahap dimakan. Pertama, membunuh para lele, membersihkan, kemudian mengategorikan ukuran lele, kecil dan besar. Kedua, menyiapkan dan membuat bumbu lele. Di antaranya ada bawang putih, ketumbar, sedikit kunyit. Semua bahan itu dihaluskan di cobek. Tak lupa diberi garam dapur. Setelah bumbu halus, dicampurlah lele dan bumbu ke dalam baskom besar. Ketika mencampurkan diberi sekit air, lalu dibiarkan beberapa menit supaya bumbu merasuk ke dalam ikan lele.

Wajan panas, lele siap digoreng. Setalah semua selesai, mulai dari goreng lele, membuat sambal, dan lalapan, serta minuman es degan, kami menyantap makanan penuh lahap. Maklum, karena aktifitas pra masak cukup menghabiskan energi. Tapi tidak papa, senang rasanya karena kami mengerjakan dengan kerja sama, gotong royong.

***

Kelulusan sekolah dasar sudah berlalu. Setelah dinyatakan lulus, kemudian syukuran kecil-kecil, aku mulai dihadapkan pada pilihan sekolah. Ayah menginginkan aku untuk ke Tsanawiyah. Sedangkan aku ingin di sekolah umum saja, SMP. Motivasi Ayah memasukkan aku ke Tsanawiyah supaya ilmu agamaku bertambah. Senang sebenarnya belajar agama, apalagi sejak masuk sekolah nilaiku dimata pelajaran PAI selalu mendapatkan nilai 9, sementara pelajaran yang lain ya 9 dan 8. Aku takut masuk di sana. Setelah mendengar cerita dari berbagai orang, sekolah di sana nantinya harus mampu hafalan surat-suratan, bisa mengerjakan dan berbicara bahasa arab. Aku tidak siap.

Belajar banyak, mendalami agama kuyakini baik. Akan tetapi, bagaimana aku bisa membayangkan bila setiap hari harus setor hafalan surat dan bahasa arab. Sudahlah, aku putuskan untuk tidak. Daripada aku tinggal di rumah sendiri dengan perasaan yang tiidak nyaman. Aku menjadi ingat kata guruku saat TK, "Semua tempat adalah doa. Cintai tempatmu berpijak. Jika tidak, kau tidak dapat apa-apa." Kata-kata itu membanting kepala. Tak ingin aku tak dapat apa-apa. Sebab, cita-citaku besar. Cita-citaku tinggi, dan cita-citaku mulia. Kalau saja aku di sana tidak senang, nyaman, dan bahagia, bagaimana aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan idam-idamkan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun