"Emangnya pacaran harus begitu?" tanya Uyung heran.
"Ya iyalah Yung, itu tandanya cinta!" ucap Nirma senang.
Uyung masih belum paham dan belum bisa menasehati Nirma, yang dia tahu Nirma hanya pacaran dan ciuman yang di anggapnya lumrah. Dirumahnya Uyung hanya mendapatkan materi pelajaran dan ngaji, Uyung tidak pernah tahu larangan apa saja ketika pacaran, karena Ibunya percaya pada Uyung dan tidak mungkin pacaran.
Dirman sudah menunggu diluar pagar, Dirman tersenyum pada Nirma dan Uyung. Dengan sepeda motor, Dirman membonceng Nirma dan Uyung. Sampai rumah Dirman, Uyung duduk diruang tamu, beda dengan Nirma, langsung di ajak Dirman masuk kamar.Â
Nirma masih terlalu polos dan tidak tahu bahayanya pacaran ketika berduaan. Uyung yang menunggu di ruang tamu mulai jenuh, hari semakin mendekati sore, Uyung takut Orangtuanya sudah pulang duluan.Â
Uyung mulai mencari Nirma dan Dirman, ketika sampai dikamar kedua Uyung mendengar suara Nirma dan Dirman. Uyung sangat penasaran bagaimana orang pacaran, diam-diam Uyung menyibak sedikit gorden. Uyung terbelalak dan terkejut melihat Dirman dan Nirma sudah tidak memakai seragam dan sedang melakukan adegan mesum. Uyung kembali menutup gorden dan melangkah ke ruang tamu. Pikiran Uyung kalut dan masih tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya.
Sejam kemudian Dirman dan Nirma keluar dari kamar, Nirma menghampiri Uyung dan mengajaknya pulang. Sepanjang jalan Uyung hanya terdiam membuat Nirma bingung.
"Yung, kenapa diam saja?" tanya Nirma.
"Tidak apa-apa!" jawab Uyung.
"Ayolah! kamu kan sahabatku, tidak boleh ada yang ditutupi, ada apa? atau kamu marah karena aku tinggalkan kamu diruang tamu? maafkan aku ya?" ucap Nirma.
"Aku tidak marah kok, aku cuma mau tanya, sejak kapan kamu ciuman dan telanjang?" tanya Uyung polos.