Aku tak mengerti maksud ibu. Menurutku, teman-teman di sekitarku baik semua. Mereka suka bercerita dan bernyanyi. Bahkan sekelompok burung tiong-batu pernah berjanji akan membawaku menuju tempat baru. Tempat yang hangat dan nyaman, begitu katanya. Aku tak sabar untuk segera pergi ke tempat itu.
Sampai akhirnya, saat aku telah siap untuk pergi meninggalkan ibu, beberapa tiong-batu datang menjemputku.
"Hati-hati ya Nak! Jaga diri baik-baik di tempat barumu. Ingat kata ibu, di mana pun kamu tinggal, kamu akan bertemu dengan makhluk yang beragam. Jadilah pohon meranti yang kuat dan bermanfaat bagi sekitar," nasihat ibu mengiringi kepergianku. Dan nasihat itu selalu terngiang hingga kini. Tapi rasanya, ibu tak pernah sekalipun bercerita tentang kiamat!
"Kalau ternyata benar dunia ini kiamat, apa yang harus kita lakukan?" sekonyong-konyong pohon kenari bertanya, membuyarkan lamunanku akan nasihat ibu untuk terakhir kalinya.
Aaah.... Entahlah!
Aku mengedikan bahu. Belum terpikirkan dalam benakku apa yang akan aku lakukan jika benar dunia akan kiamat. Namun sesungguhnya bagi makhluk seperti kami, kedatangan makhluk lain yang merusak sudah merupakan sebuah kiamat.
Sepertinya aku akan tetap berusaha untuk menjadi pohon meranti yang kuat dan bermanfaat - seperti kata ibu - sampai kiamat benar-benar datang memporak porandakan tempat tinggalku. Hanya itu!
******
Keterangan :
Rangkong = sebutan lain dari burung enggang (Bucerotidae/buceros -- nama latin), burung khas pulau Kalimantan. Burung ini memiliki paruh yang menyambung dengan tanduk yang menutupi dahinya.
Pohon Ulin = sebutan lain dari pohon kayu besi (Eusideroxylon zwageri -- nama latin), pohon khas pulau Kalimantan yang berserat kayu sangat kuat.Â