Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mahadewi

17 Juni 2022   15:21 Diperbarui: 30 Juni 2022   12:14 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada seseorang yang  menunggu janjiku," Mahadewi   menuturkan.

"Aldra lagi .....Dia lagi......Itu hanya halusinasimu saja.  Mungkin aku harus mengarahkanmu ke seorang psikiater,dia sepupuku sendiri...... ada beberapa obat yang harus dikonsumsi," Dani menjelaskan.

"Tidak, Aldra itu nyata... Dia ada, jiwaku memang sakit, tapi pikiranku seht " Mahadewi meyakinkan Dani.

Betul, mimpi tentang Aldra, Mbak Anjani , juga ibunda Aldra.....  terus berulang dalam kehidupan  Mahadewi. Bahkan mimpi itu seperti nyata terjadi. Mahadewi seperti  merasakan dalam sebuah kehidupan yang indah, sebuah keluarga yang damai. Seperti ada dunia dan kehidupan lain, yang hanya ia sendiri merasakannya.

"Aldra itu, pertama kali kukenal,  usianya masih 11 tahun.  Heran...... tapi ia cepat sekali tumbuh dewasa, jadi pemuda matang. Belum lama ini  aku jumpa..... Usianya sudah 32 tahun. Ibunya juga menua , ..... ibu yang baik dan sayang padaku..... seketika menjadi renta.....dan wafat. Mungkin aku jatuh cinta pada Aldra, karena ia kerap menyanjungku...Memanjakanku..... ..Perempuan memang mudah  runtuh karena disanjung, disayang, apalagi dimanjakan......Dia pasti ada di muka bumi ini..... Entah dimana.... Tapi aku sudah  berjanji akan mencarinya, dia menunggu..... " Mahadewi menuturkan  isi hatinya di hadapan Dani.

Dani menggeleng-gelengkan kepala.

"Itu hanya mimpi...," Dani kembali menjelaskan.

"Tadinya memang mimpi, tapi lama kelamaan tidak lagi. Selanjutnya aku tidak mimpi. Aku meninggalkan ragaku, sukmaku yang bertamu ke rumah mereka. Aku disambut dengan kasih sayang.

Aku suka Aldra, ia dekat dan amat sayang pada ibunya, tapi tidak kebangetan mendewakan ibunya, seperti ayahku itu. Ia teramat sayang pada ibunya, tapi juga tidak ada rasa bersalah untuk menyayangi aku. Malah  ibunya  selalu mendukungnya untuk membahagiakanku.

Jauh berbeda dengan  nenekku,  yang sedemikian rupa menyayangi anaknya dengan caranya yang aneh. Ada rasa cemas dan  bersalah pada ayahku jika  sayang berlebihan kepada istrinya. Keanehannya, ayahku merasa berdosa  meninggalkan ibunya gegara punya istri. Bagi ayahku, memilikiistri seperti sedang mengabaikan ibunya.

Jadi ibuku itu seperti perempuan sunyi yang  tak punya tempat bersandar. Ibuku jadi beringas, karena ia tak pernah punya bahu seseorang untukbersandar.  Sepanjang hidup, ibu merindukan pelukan suamminya dan  menyeka  airmatanya. Tak ada pelukan, tak ada belaian atau kata-kata manis dari ayahku. Saat ibuku menangis. Aku terlalu sering menyaksikan ibuku  menangis, siang mlam, di kebun, di taman, di dapur. Saat ia sedang mencuci pakaian. Sepertinya aku terbiasa melihat sembab matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun