"Tamu ibuuu, namanya Kakak Mahadewi , Kak Mahadewi, ini Mbak Anjani... Mbakyuku..." Aldar memperkenalkan  Mahadewi kepada wanita itu.
"Kapan datangnya? Mbak tidak tahu menahu ada tamu dari tadi malam ya? Ayo, ibu sudah menyiapkan rendang .Mari , siapa tadi? Mahadewi ? Ayo kita sarapan bareng "
Mahadewi menyusuri lorong di antara kamar-kamar, menuju sebuah ruangan besar. Dimana tersaji hidangan hangat. Ada sebuah vas bunga berisi bunga gladiol, anyelir warna pink, dan bunga sedap malam putih. Â Serta daun-daun asparagus.
"Aku suka bunga.... Bunga-bunga.... ," bisik Mahadewi.
Mahadewi mulai duduk di sebuah kursi , ketika semuanya mendadak gelap. Terdengar sebuah jeritan yang membuat telinganya mendenging linu.
Gelap..... Ia terhenyak dan duduk dalam kegelapan. Menyalakan lampu dengan penuh ketakutan. Jam menunjukkan pukul 24.00 tengah malam. Jeritan itu.....
Kemana Aldar dan ibunya, kemana Mbakyunya Aldar Mbak Anjani. Di mana ruang makan yang hangat itu?
Mahadewi terduduk dalam cemas. Ya Tuhan, itu tadi mimpi indah. Mimpi yang seperti kenyataan, dan  sepertinya bukan mimpi. Mahadewi ingat setiap jengkal rumah dalam mimpi itu, dan setiap kata yang indah.
 Bukan sekedar mimpi.
Tiba-tiba, terdengar teriakan kasar ibunya yang memaki-maki ayahnya. Entah bahasa kebun binatang mana lagi yang belum pernah terlontar. Semua serapah meluncur  keras.
Â