Mohon tunggu...
Masjoko Anderson
Masjoko Anderson Mohon Tunggu... -

Info lebih lanjut lihat profil facebuk saya www.facebook.com/masjoko.anderson. pasti bermanfaat, karena saya akan memotivasi kalian semua, hehehe

Selanjutnya

Tutup

Politik

Laporan Analisis Kasus-Kasus Kewarganegaraan “Penangkapan Penyidik KPK Novel Baswedan Dipandang Sebagai Mafia Hukum”

5 Mei 2015   00:49 Diperbarui: 27 Januari 2016   22:02 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sebelum berangkat pergi, Novel Baswedan sempat mengirim pesan kepada salah seorang penyidik di KPK. Novel berpesan, ia ditangkap Bareskrim dan meminta kawannya di Komisi Pemberantasan Korupsi itu mengabari pimpinan KPK. " Saya ditangkap Bareskrim, tolong kasih tahu pimpinan," tulis Novel dalam pesan pendeknya yang dikirimkan salah satu petugas KPK yang menolak disebutkan namanya kepada Tempo, Jumat, 1 Mei 2015.

 

Salah satu pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi SP mengaku terkejut mendengar kabar itu. Ia mengaku belum bisa berkomentar," Saya masih harus menelpon sana-sini," kata Johan kepada Tempo.

 

Kasus Novel Baswedan

 

Kasus Novel bermula saat ia menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kota Bengkulu pada 2004. Novel yang masih berpangkat Iptu diduga menembak pencuri sarang walet. Kasus itu pun telah diproses oleh kepolisian setempat. Namun, kasus ini kembali diperkarakan pihak kepolisian pada tahun 2012.

 

Novel sempat hendak dibawa polisi saat berada di Gedung KPK, tetapi batal. Upaya penangkapan Novel itu dikaitkan dengan penetapan Inspektur Jenderal Djoko Susilo sebagai tersangka kasus simulator SIM. Saat itu, banyak pihak menganggap Novel yang merupakan penyidik kasus tersebut telah dikriminalisasi oleh Polri.

 

Kasus ini membuat hubungan antara KPK dan Polri memanas. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu mengeluarkan pernyataan agar KPK dan Polri tak larut dalam kekisruhan. SBY meminta proses hukum terhadap Kompol Novel Baswedan dipandang tidak tepat. Setelah itu, proses penyidikan terhadap Novel pun tenggelam.

 

Kasus Novel kembali mencuat menyusul kriminalisasi terhadap para pimpinan KPK dan sejumlah penyidik lainnya. Lagi-lagi sejumlah pihak mengaitkan hal ini dengan langkah KPK menetapkan petinggi Polri sebagai tersangka. KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang digadang-gadang menjadi calon kepala Polri sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait jabatannya.

 

Apa alasan Novel Baswedan Ditahan di Mako Brimob?

 

Pada hari Jum'at, 1 Mei 2015 (12:17 WIB) ketika Novel diperiksa, penyidik meminta diperiksa di Kelapa Dua. Namun menurut Kuasa Hukuk Novel tidak ada alasan meneruskan pemeriksaan di sana, dia menolak tetapi langsung dikeluarkan surat penahanan," ujar Muji di Mabes Polri. Muji menjelaskan, setelah dikeluarkan surat penahanan tersebut, tim kuasa hukum langsung membuat surat penolakan. Namun, penyidik punya alasan sendiri mengapa mantan Kasat Reskrim Polres Bengkulu itu harus ditahan.

 

 

Alasannya dikhawatirkan menghilangkan barang bukti. Tapi, Novel kan pegawai KPK, tidak mungkin melarikan diri, lalu apa yang mau dihilangkan dari dia," kata Muji.
Seperti diketahui, Novel sudah dibawa ke Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok dengan tangan diikat seutas tali. Novel juga menggunakan baju tahanan berwarna oranye.
Seperti diketahui, Bareskrim telah menangkap Novel di kediaman penyidik KPK tersebut di rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta sekitar pukul 00.30 WIB. Novel ditangkap berdasarkan surat perintah penagkapan yang dikeluarkan Bareskrim dengan Nomer SP.KP/19/IV/2015/Dittipidum. Dalam surat tersebut dijelaskan untuk segera dilakukan pemeriksaan karena diduga telah melakukan penganiayaan kepada salah seorang pencuri sarang burung Walet hingga meninggal dunia pada tahun 2004.

Presiden perintahkan Kapolri tidak tahan Novel Baswedan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun