Mohon tunggu...
Masjoko Anderson
Masjoko Anderson Mohon Tunggu... -

Info lebih lanjut lihat profil facebuk saya www.facebook.com/masjoko.anderson. pasti bermanfaat, karena saya akan memotivasi kalian semua, hehehe

Selanjutnya

Tutup

Politik

Laporan Analisis Kasus-Kasus Kewarganegaraan “Penangkapan Penyidik KPK Novel Baswedan Dipandang Sebagai Mafia Hukum”

5 Mei 2015   00:49 Diperbarui: 27 Januari 2016   22:02 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LAPORAN

 

 

 

ANALISIS KASUS-KASUS KEWARGANEGARAAN

 

STUDY KASUS HUKUM NOVEL BASWEDAN

 

PER 1 MEI – 8 MEI 2015

 

“PENANGKAPAN PENYIDIK KPK NOVEL BASWEDAN DIPANDANG SEBAGAI MAFIA HUKUM”

 

 

Oleh

 

Masjoko

 

( 1815145757 )

 

 

 

Tugas Laporan Isu-isu Kewarganegaraan Dikumpukan Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan

 

 

 

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

 

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

 

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

 

2015


PENANGKAPAN PENYIDIK KPK NOVEL BASWEDAN DIPANDANG SEBAGAI MAFIA HUKUM

Kronologi Penangkapan Novel Baswedan

 

 

Foto: Novel Baswedan di Lingkungan Rumahnya

 

Awal penangkapan Novel Baswedan adalah pada hari Jum’at, 1 Mei 2015. Hari itu Tim dari Bareskrim menjemput Novel Baswedan dari rumahnya, di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, dia dibawa dengan mobil menuju Gedung Bareskrim Mabes Polri dengan alasan tersangka kasus dugaan penganiayaan.

 

Sebelum berangkat pergi, Novel Baswedan sempat mengirim pesan kepada salah seorang penyidik di KPK. Novel berpesan, ia ditangkap Bareskrim dan meminta kawannya di Komisi Pemberantasan Korupsi itu mengabari pimpinan KPK. " Saya ditangkap Bareskrim, tolong kasih tahu pimpinan," tulis Novel dalam pesan pendeknya yang dikirimkan salah satu petugas KPK yang menolak disebutkan namanya kepada Tempo, Jumat, 1 Mei 2015.

 

Salah satu pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi SP mengaku terkejut mendengar kabar itu. Ia mengaku belum bisa berkomentar," Saya masih harus menelpon sana-sini," kata Johan kepada Tempo.

 

Kasus Novel Baswedan

 

Kasus Novel bermula saat ia menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kota Bengkulu pada 2004. Novel yang masih berpangkat Iptu diduga menembak pencuri sarang walet. Kasus itu pun telah diproses oleh kepolisian setempat. Namun, kasus ini kembali diperkarakan pihak kepolisian pada tahun 2012.

 

Novel sempat hendak dibawa polisi saat berada di Gedung KPK, tetapi batal. Upaya penangkapan Novel itu dikaitkan dengan penetapan Inspektur Jenderal Djoko Susilo sebagai tersangka kasus simulator SIM. Saat itu, banyak pihak menganggap Novel yang merupakan penyidik kasus tersebut telah dikriminalisasi oleh Polri.

 

Kasus ini membuat hubungan antara KPK dan Polri memanas. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu mengeluarkan pernyataan agar KPK dan Polri tak larut dalam kekisruhan. SBY meminta proses hukum terhadap Kompol Novel Baswedan dipandang tidak tepat. Setelah itu, proses penyidikan terhadap Novel pun tenggelam.

 

Kasus Novel kembali mencuat menyusul kriminalisasi terhadap para pimpinan KPK dan sejumlah penyidik lainnya. Lagi-lagi sejumlah pihak mengaitkan hal ini dengan langkah KPK menetapkan petinggi Polri sebagai tersangka. KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang digadang-gadang menjadi calon kepala Polri sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji terkait jabatannya.

 

Apa alasan Novel Baswedan Ditahan di Mako Brimob?

 

Pada hari Jum'at, 1 Mei 2015 (12:17 WIB) ketika Novel diperiksa, penyidik meminta diperiksa di Kelapa Dua. Namun menurut Kuasa Hukuk Novel tidak ada alasan meneruskan pemeriksaan di sana, dia menolak tetapi langsung dikeluarkan surat penahanan," ujar Muji di Mabes Polri. Muji menjelaskan, setelah dikeluarkan surat penahanan tersebut, tim kuasa hukum langsung membuat surat penolakan. Namun, penyidik punya alasan sendiri mengapa mantan Kasat Reskrim Polres Bengkulu itu harus ditahan.

 

 

Alasannya dikhawatirkan menghilangkan barang bukti. Tapi, Novel kan pegawai KPK, tidak mungkin melarikan diri, lalu apa yang mau dihilangkan dari dia," kata Muji.
Seperti diketahui, Novel sudah dibawa ke Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok dengan tangan diikat seutas tali. Novel juga menggunakan baju tahanan berwarna oranye.
Seperti diketahui, Bareskrim telah menangkap Novel di kediaman penyidik KPK tersebut di rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta sekitar pukul 00.30 WIB. Novel ditangkap berdasarkan surat perintah penagkapan yang dikeluarkan Bareskrim dengan Nomer SP.KP/19/IV/2015/Dittipidum. Dalam surat tersebut dijelaskan untuk segera dilakukan pemeriksaan karena diduga telah melakukan penganiayaan kepada salah seorang pencuri sarang burung Walet hingga meninggal dunia pada tahun 2004.

Presiden perintahkan Kapolri tidak tahan Novel Baswedan

 

 

 

 

Pada Jumat, 1 Mei 2015 15:48 WIB Presiden Joko Widodo memerintahkan Kapolri Badrodin Haiti agar institusi yang dipimpinnya tidak menahan penyidik senior  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

 

Selain memerintahkan Polri untuk tidak menahan Novel, Presiden juga mengeluarkan dua perintah lainnya kepada Kapolri. Perintah Presiden Jokowi yang kedua adalah melakukan proses hukum yang transparan. Perintah ketiga Presiden Jokowi ditujukan langsung kepada Wakopolri Komjen Polisi Budi Gunawan agar tidak memberi pernyataan atau hal-hal yang membuat kontroversi di tengah masyarakat. "Ya semua harus bersinergi, baik KPK, Polri dan Kejaksaan dalam memberantas korupsi. Semuanya sudah saya perintahkan mengenai hal itu," kata Jokowi sambil berjalan menuju mobilnya.

 

 

Kronologi Penembakan oleh Novel Baswedan versi Kepolisian

 

 

 

Sabtu, 2 Mei 2015 | 17:36 WIB

 

Rekonstruksi kasus penembakan pencuri sarang burung walet yang digelar di Mapolres Bengkulu dan Pantai Panjang, Kota Bengkulu, Sabtu (2/5/2015) tanpa melibatkan Novel Baswedan.

 

Reka ulang itu menunjukkan empat dari enam pelaku pencurian sarang burung walet ditembak oleh Novel Baswedan yang saat itu ia menjabat sebagai kasat Reskrim Polres Bengkulu pada 2004.

 

Dalam rekonstruksi pertama yang digelar di Mapolres Bengkulu terdapat 14 adegan. Novel Baswedan yang menggunakan peran penganti anggota Polda Bengkulu memerintahkan anak buahnya menyiapkan proses eksekusi. Saat itu, terdapat enam tersangka pencurian sarang burung walet yang telah diborgol lalu dibawa menggunakan mobil pikap menuju Pantai Panjang. Eksekusi penembakan dilakukan pada malam hari.

 

Selanjutnya, Novel Baswedan naik menuju Pantai Panjang menggunakan mobil sedan. Tiba di Pantai Panjang, lokasi kedua rekonstruksi, terdapat 20 adegan. Novel memerintahkan saksi I, Bripka Lazuardi Tanjung, untuk membawa dua tersangka atas nama Erwansyah Siregar dan Dedi Muryadi.

 

 

"Rekonstruksi ini berdasarkan berita acara," kata Penyidik Bareskrim Prio Soekotjo, Sabtu.
Selanjutnya di adegan ke-21, Novel tampak menembak kaki kiri Erwansyah menggunakan senjata api jenis revolver berisi enam peluru hingga tersangka tersungkur. Lalu Novel juga menembak kaki kanan Dedi Muryadi.Setelah itu saksi I Bripka Lazuardi diperintahkan mengantarkan dua orang yang ditembak itu ke mobil pikap sekaligus membawa dua pelaku lainnya atas nama Rizal alias Ijal dan Mulyan Johan.

Masuk ke adegan ke-28, Novel kembali menembak kaki kiri dan kanan Ijal. Ijal tersungkur lalu Novel menghadiahi tembakan pula ke kaki Mulyadi Johan. Belakangan korban Mulyadi meninggal dunia akibat luka infeksi yang diderita. Sementara, dua pelaku pencurian burung walet lainnya ditembak bukan oleh Novel Baswedan.

 

Dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa Novel Baswedan pada saat eksekusi tersebut tidak berada di lokasi, bahkan sama sekali tak mengetahui tindakan bawahannya itu. Namun penyidik Bareskrim menyebut hal itu sah-sah saja bila kubu Novel Baswedan tak mengakui isi berita acara yang direkonstruksi tersebut.

 

 

Terkait Penyidikan Novel Tegaskan Hanya Miliki Satu Rumah di Jakarta

 

 

 

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan menegaskan bahwa ia hanya memiliki satu rumah di Jakarta. Rumah tersebut beralamat di Jalan Deposito T No 8 RT 03 RW 10 Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

 

Di sisi lain, menurut catatan di KPK, Novel juga memiliki rumah di Semarang yang beralamat di Jalan Menoreh Utara XII No A7 RT 5 RW 5 Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang, Jawa Tengah, dengan luas tanah/luas bangunan 191/70 meter persegi.

 

"Ada dipersepsikan rumah-rumah lain, saya kira itu dipastikan tidak benar. Saya mengharap hal-hal itu tidak terjadi ke depan," kata Novel. Hal ini jelas menunjukan adanya hal-hal yang tidak benar, apakah dari pihak penyidik atau Novel Baswedan.

 

Sebelumnya, Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi Waseso atau yang kerap disapa Buwas menyatakan bahwa penyidik melakukan penggeledahan di empat rumah milik Novel, Jumat (1/5/2015) siang. Penggeledahan dilakukan untuk mencari sejumlah alat bukti yang dilakukan penyidik Menurut Buwas, rumah-rumah yang dimiliki oleh Novel terbilang mewah untuk sekelas komisaris polisi. "Dia memiliki empat unit rumah dan kategorinya rumah mewah, jadi Novel ini luar biasa," kata Buwas.

 

Penyidikan novel terus berlanjut. Sabtu, 2 Mei 2015 (20:10 WIB) Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan mengatakan, sejak awal ia meyakini bahwa proses hukum yang dihadapinya saat ini merupakan upaya kriminalisasi. Kendati demikian, ia mengaku siap menjalani proses hukum di Bareskrim Polri.

 

"Walaupun saya memandang ini adalah upaya kriminalisasi terhadap diri saya tapi saya siap menghadapi proses hukum," ujar Novel di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (2/5/2015) malam.

 

Novel memastikan akan kooperatif dalam proses penyidikan selanjutnya. Novel mengatakan, sebagai penegak hukum, ia akan menaati peraturan hukum. "Saya ingin tegaskan, terkait tuduhan kepada saya pada dasarnya saya ingin hal ini selesai diselesaikan tuntas," kata Novel. Meski demikian, Novel menganggap penangkapan terhadap dirinya oleh penyidik Badan Reserse Kriminal Polri berlebihan. Ia ditangkap oleh belasan penyidik di rumahnya, Jumat (1/5/2015) dini hari. "Poin utamanya saya siap hadapi proses. Ada pun atas tindakan-tindakan kemarin, saya juga nyatakan protes keberatan karena itu berlebihan," ujar Novel.

 

 

Tindakan Polisi terhadap Novel Dianggap Arogan, Peran Kompolnas Dipertanyakan

 

 

 

Penangkapan terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan, yang dilakukan penyidik Bareskrim, dianggap arogan. Tindakan arogan itu seharusnya disikapi oleh lembaga yang melakukan pengawasan, seperti Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Namun setelah dua hari proses penyidikan berjalan, Kompolnas belum menunjukan tindakannya.

 

Menurut Wiwin, Kompolnas jangan hanya bisa bersuara saat pemilihan kepala Polri dan pejabat di jajaran Polri, yang sebenarnya pun bukan tugas utama lembaga tersebut. "Kompolnas jangan hanya bisa menggadang-gadang nama Kapolri dan pejabat Polri. Tugas utama Kompolnas adalah pengawasan terhadap kinerja Polri. Namun kalau dilihat kinerja Kompolnas, sudah melenceng," ujarnya.

 

Wiwin yang juga pekerja Anti Corruption Committee (ACC) Sulsel ini mengatakan, Kompolnas juga mesti mengawasi, menyoroti, dan memproses kinerja dari Polri yang berpotensi menyalahgunakan kekuasaan atau sewenang-wenang.

 

"Sebagai institusi yang dibentuk untuk mengawasi kinerja Polri, Kompolnas dibentuk mewakili semangat reformasi kepolisian yang dimulai dari integritas dan profesionalisme kinerja Polri. Jadi, Kompolnas jangan diam saja, dan seolah mengamini perilaku Polri yang menyimpang dari undang-undang dan norma hukum yang berlaku," paparnya.

 

 

Johan Budi: Novel Baswedan Masih Bertugas sebagai Penyidik KPK

 

 

 

Pimpinan sementara Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi mengatakan, Novel Baswedan tetap bertugas sebagai penyidik KPK setelah dilakukan penangguhan penahanan. Ia mengatakan, pada hari-hari berikutnya Novel masih akan menjalani pekerjaannya seperti biasa. "Nantinya masih bertugas sebagai pegawai KPK dan penyidik," ujar Johan di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (2/5/2015) malam. Johan mengatakan, meski pun berstatus sebagai tersangka, tidak ada penonaktifan terhadap penyidik KPK. Tidak seperti dua pimpinan nonaktif KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto yang dinonaktifkan setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim Polri. "AS kan pimpinan. Novel tidak," kata Johan.

 

Sampai di Rumah, Novel Irit Bicara!

 

Polri mengabulkan penangguhan penahanan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Alhasil, Novel pun dapat pulang kembali ke kediamannya yang berlokasi di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Untuk masalah penangkapannya, Novel memilih menyerahkan kepada tim kuasa hukum.

 

"Saya mau nyampaikan sedikit, di dalam penyampaian silahkan hubungi tim lawyer saya, nanti akan disampaikan. Dan saya kira sebagian besar sudah disampaikan di kantor KPK, dalam konferensi pers," kata Novel, usai shalat di masjid dekat rumahnya, Sabtu malam.

 

Tak banyak yang disampaikan Novel usai dirinya dibebaskan setelah dua hari ditahan Bareskrim Polri atas kasus dugaan penganiayaan di Bengkulu tahun 2004. Termasuk ketika ditanya apakah dirinya akan memprapradilankan Polri atas penangkapannya.

 

"Itu nanti tim lawyer yang handle ya," ujar Novel, sebelum masuk rumah.

 

Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan penangguhan penahanan Novel. Hal ini setelah para pimpinan KPK menjamin penangguhan tersebut. Lima pimpinan KPK menjamin bahwa Novel tidak akan melarikan diri, tidak akan mengulangi perbuatan, atau menghilangkan barang bukti. Selain itu, kata Johan, Novel juga sudah menyampaikan siap mengikuti proses hukum di Kepolisian.

 

Meski "Dibuat" Capek oleh Polri, Novel Tetap Tersenyum

 

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, mengaku cukup letih setelah hampir dua hari ditahan oleh Bareskrim Polri. Novel ditahan terkait pemeriksaan kasus penganiayaan yang terjadi di Bengkulu pada tahun 2004.

 

"Iya (capek), dua hari (ditahan)," kata Novel seraya tersenyum, di lingkungan kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (2/5/2015).

 

Seperti diketahui, pada Jumat (1/5/2015) dini hari, tim Bareskrim Polri menangkap Novel di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah ditangkap, Novel menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri. Bareskrim kemudian memutuskan untuk menahan Novel di Mako Brimob, Kelapa Dua. Meski ada instruksi dari Presiden Joko Widodo kepada Polri untuk melepas Novel, pembebasan tak langsung dilakukan hari itu juga. Pihak kepolisian melanjutkan pemeriksaan dengan membawa Novel menuju Bengkulu untuk rekonstruksi. Namun, di sana, Novel menolak mengikuti rekonstruksi.

 

Polri akhirnya membawa pulang Novel siang tadi dari Bengkulu dan mendarat di bandara Pondok Cabe. Tak lama setelah berada di Jakarta, Kapolri bersama pimpinan KPK akhirnya memberikan pernyataan untuk menangguhkan penahanan Novel.

 

Novel mengaku, dirinya akan menempuh semua proses hukum di kepolisian. Meski dibuat lelah selama hampir dua hari ini, Novel mengatakan tetap bersemangat. "Harus tetap semangat," ujar Novel.

 

Taufiequrahman Ruki: KPK Tidak Kebal Hukum

 

Ketua sementara Komisi Pemberantasan Korupsi, Taufiequrachman Ruki menegaskan, tidak ada satu pun pegawai maupun pimpinan KPK yang kebal hukum. Menurut dia, apabila ada tindak pidana yang dilakukan, maka dirinya mempersilahkan aparat penegak hukum untuk menyelesaikannya.

 

"Pimpinan dan pegawai KPK tidak kebal hukum. Jika ada tuduhan, sangkaan terhadap pimpinan dan anggota KPK lantaran terlibat tindak pidana, maka kami persilakan untuk menanganinya," kata Ruki usai bertemu Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti di Mabes Polri, Sabtu (2/5/2015).

 

Ia memastikan, tidak akan melakukan tindakan yang dapat menghambat kinerja aparat penegak hukum yang melakukan pengusutan terhadap kasus pidana yang menimpa pimpinan dan anggota KPK. "Kami tidak ingin menghambat kinerja, mencampuri pekerjaan dan mendistorsi. Kami akan dukung semaksimal mungkin," katanya.

 

Lebih jauh, ia juga meminta agar aparat penegak hukum turut membantu KPK dalam penanganan kasus. Minimal, dengan tidak mengganggu penyelidikan dan penyidikan yang tengah dilangsungkan.

 

Dalam pertemuan hari ini, Ruki didampingi dua pimpinan KPK lainnya yakni Johan Budi dan Indriarto Seno Aji. Menurut Johan, baik KPK dan Polri sepakat ingin membangun hubungan kelembagaan yang lebih baik lagi. Peningkatan ini diperlukan untuk menciptakan sinergi dalam upaya pencegahan dan penindakan perkara korupsi.

 

Selain itu, ia menambahkan, salah satu poin penting pembahasan diantara kedua lembaga itu yakni mengenai kasus yang menimpa penyidik KPK, Novel Baswedan. Ia menegaskan, KPK siap bekerja sama dengan Polri dalam penyelesaian kasus ini. "Novel sendiri mengatakan kepada saya bahwa siap mengikuti proses hukum yang sedang terjadi. Sehinhga perkaranya segera diselesaikan," katanya.

 

Polri Harus Pastikan Penyidikan Kasus Novel Transparan

 

Anggota Komisi III DPR RI Aboebakar Alhabsyi meminta agar penyidikan yang menjerat penyidik KPK, Novel Baswedan, berlangsung transparan. Polri harus memberikan penjelasan secara rinci kepada publik atas setiap tindakan yang dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan. “Jangan sampai publik mendapatkan informasi yang tidak benar dari pihak lain,” kata politisi PKS itu dalam keterangan yang diterima wartawan, Minggu (3/5/2015).

 

Selain itu, ia meminta Polri dapat membuktikan secara terang setiap tudingan yang ditujukan kepada Novel. Hal itu untuk menghindari adanya dugaan kriminalisasi dalam penanganan kasus ini. “Bila memang benar itu ada tindak pidana, berarti hal tersebut bukan kriminalisasi. Sebaliknya, bila tak ada korban atau tindak pidana yang terjadi, dapat dikatakan penyidik telah melakukan kriminalisasi terhadap Novel Baswedan,” ujarnya.

 

Aboebakar pun mengingatkan, agar semua pihak menghormati proses hukum yang berlaku. Menurut dia, apa yang kini tengah dilaksanakan Polri merupakan bagian dari proses penegakkan hukum. Untuk itu, ia meminta, agar tidak ada pihak-pihak yang memberikan intervensi dalam penyelesaian kasus ini.

 

“Sejarah mencatat, proses hukum terhadap ketua MK, anggota DPR, calon Kapolri, maupun para Jendral selama ini selalu dilakukan tanpa ada intervensi. Biarkanlah para penegak hukum menjalankan tugasnya dengan merdeka,” katanya.

 

Pesan Istri Novel, Penegak Hukum Harus Punya Integritas, Jangan Khawatir

 

Permohonan penangguhan penahanan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, dikabulkan oleh Polri, Sabtu (2/5/2015). Novel lalu kembali ke kediamannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara pada minggu sore, 3 Mei 2015. Istri Novel, Rina Emilda, menuturkan bahwa suaminya tiba di rumah sekitar pukul 19.49. Emilda dan keluarga mengaku sangat bahagia ketika suaminya akhirnya pulang ke rumah dan sempat berbincang bersama keluarga dan sejumlah sahabat.

 

"Mama bilang 'waktu Novel ditangkap, mama tuh deg-degan. Mama gak makan. Mama berpesan, jangan sampai Novel minum di sana. Takut dikasih obat'. Namun, Novel menanggapinya rileks. Ia menegaskan siap menghadapi proses hukum. Jika pun ada risiko, itu konsekuensi perjuangan," ungkap Emilda dalam pesan yang dikirimkannya kepada Usman Hamid, pendiri change.org, yang melakukan advokasi publik secara intensif terhadap Novel, seperti yang diinformasikan kepada Kompas.com, Minggu (3/5/2015).

 

Emilda lalu menuturkan bahwa dia dan keluarga mengaku senang dengan sikap Novel yang tegar dan riang, meski sedang menghadapi cobaan yang tak ringan. Jelang akhir percakapan pada Sabtu malam, lanjut Emilda, suaminya mengucapkan pesan khusus kepada tiga sahabatnya yang juga sedang berada di rumahnya. "Ia berpesan, para penegak hukum harus memiliki integritas. Upaya-upaya menyerang kita, untuk menghinakan, tidak akan menghinakan kita. Yang ada adalah kita yang dimuliakan oleh-Nya. Gak usah khawatir," lanjut Emilda.

 

Kepada Rekannya di KPK, Novel Pesan Jangan Takut Lawan Mafia Hukum

 

Penyidik KPK Novel Baswedan menyiratkan adanya upaya kriminalisasi dalam kasusnya. Meski demikian, ia berpesan kepada sesama rekannya di KPK agar tak perlu khawatir dalam upaya penegakan hukum.

 

Terlebih, apabila yang mereka lawan adalah para mafia hukum. "Jangan takut untuk menegakkan kebenaran, jangan takut berjuang untuk menegakkan hukum dengan cara-cara yang baik," kata Novel saat dijumpai di kediamannya di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (3/5/2015). Ia meyakini bahwa penanganan kasusnya saat ini tidak terlepas dari sejumlah kasus besar yang pernah ia tangani sebelumnya. Meski demikian, ia merasa tak perlu khawatir atau ragu dengan segala bentuk ancaman yang ia terima.

 

Bagi dia, ancaman tersebut merupakan risiko sebuah pekerjaan. "Tidak peduli dengan mafia hukum, dengan kekuatan apapun kalaupun seumpamanya kita sudah berbuat baik tetapi dihinakan oleh orang lain tidak usah khawatir bukan kehinaan yang akan kita peroleh, Allah SWT akan memberikan kita kemuliaan, dan jangan takut tetap semangat," ujarnya.

 

Novel yang sebelumnya sempat ditangkap penyidik Ditreskrimum Bareskrim Polri ini menuturkan, banyak aparat penegak hukum yang berintegritas tinggi, baik itu di Polri, kejaksaan maupun KPK. Karena itu, ia mengajak agar seluruh aparat dapat menegakkan hukum dengan baik.

 

 

Novel Adukan Dugaan Maladministrasi Penangkapannya ke Ombudsman

 

 

 

Tepat tanggal 6 Mei 2015, tiga hari setelah ia dikembalikan ke kediamannya, Novel Baswedan melaporkan dugaan maladministrasi yang terjadi dalam penangkapannya pada Jumat (1/5/2015), ke Ombudsman RI. Ia mendatangi kantor Ombudsman didampingi kuasa hukumnya antara lain Muji Kartika Rahayu dan Asfinawati.

 

"Novel Baswedan bersama tim penasihat hukum melaporkan maladministrasi yang dilakukan oleh Bareskrim ketika melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan rumah, dan rekonstruksi di Bengkulu," ujar Muji di kantor Ombudsman, Jakarta, Rabu (6/5/2015).

 

Muji menduga ada unsur kriminalisasi oleh penyidik Polri dalam penangkapan dan pemeriksaan Novel. Untuk itu, mereka meminta Ombudsman untuk mengkaji dugaan pelanggaran tersebut karena penyidik Polri termasuk sebagai penyelenggara negara.

 

Kedatangan Novel dan tim kuasa hukum diterima oleh Komisioner Ombudsman Budi Santoso. Budi mengatakan, telah disepakati bersama bahwa pertemuan tersebut akan dilangsungkan secara tertutup

 

"Mohon dimaklumi jadi kami sepakat untuk forum penyampaian laporan itu dilakukan secara internal, tertutup dulu," kata Budi.

 

 

Tindak Lanjuti Laporan Novel Baswedan, Ombudsman Akan Bentuk Tim Khusus

 

 

 

Komisioner Ombudsman RI Budi Santoso mengatakan, pihaknya akan membentuk tim khusus untuk menindaklanjuti laporan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan.

 

"Kami akan membentuk tim khusus untuk ini. Kebetulan timnya sama dengan yang dibentuk untuk BW (Wakil Ketua nonaktif KPK Bambang Widjojanto)," ujar Budi di kantor Ombudsman, Jakarta, Rabu (6/5/2015).

 

Bambang Widjojanto sebelumnya juga melaporkan sejumlah dugaan mala-administrasi dalam penangkapannya oleh penyidik Bareskrim Polri pada 23 Januari 2015 silam. Ombudsman pun telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi terhadap temuan mala-administrasi tersebut.

 

Dari laporan Novel, kata Budi, Ombudsman akan melakukan verifikasi dan meminta keterangan sejumlah pihak. Setelah itu, penjelasan tersebut akan dikonfirmasi kepada Novel sebagai pihak pelapor.

 

"Penjelasan informasi dan keterangan baik lisan maupun kronologi verified. Kita perlu verifikasi ke terlapor. Sesegera mungkin dilakukan," kata Budi.

 

Dalam laporannya, pihak Novel merasa ada kejanggalan dalam penangkapan, pemeriksaan, hingga penangkapan. Begitu pula akses untuk bertemu dengan kuasa hukum yang terkesan dihalang-halangi. Bahkan, Novel dibawa ke Bengkulu untuk menjalani rekonstruksi kasus, tetapi Novel menolak mengikutinya.

 

Budi mengatakan, dalam menindaklanjuti laporan Novel, Ombudsman nantinya akan meminta keterangan pihak Polda Bengkulu dan sejumlah anggota Polri yang disebutkan pihak Novel dalam laporannya. Salah satu yang dilaporkan melakukan mala-administrasi ialah Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi Waseso.

 

 

Wapres Tegaskan Kasus Novel Harus Jalan Terus

 

 

 

Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa kasus hukum yang menjerat penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan masalah personal dan bukan permasalahan institusi. Oleh karena itu, menurut Kalla, proses hukum Novel di kepolisian harus jalan terus.

 

"Sekali lagi saya katakan, masalah Novel bukan masalah Polri dan KPK. Jadi bahwa hukum harus jalan, (ya) jalan. Nanti kalau enggak jalan, Anda bilang dihentikan, salah (kalau) dihentikan, hukum tetap jalan," kata Kalla di Jakarta, Kamis (7/5/2015).

 

Sebelumnya, Kalla mengkritik sikap pimpinan KPK yang mengancam mundur jika kepolisian menahan Novel. Menurut Kalla, sikap yang seperti itu seolah menganggap bahwa Novel kebal hukum. Padahal, lanjut dia, Pelaksana Tugas Ketua KPK Taufiequrrachman Ruki mengatakan bahwa tidak ada satu pun warga negara yang kebal hukum.

 

Ini Sejumlah Kejanggalan dalam Kasus Novel

 

Di tengah pengusutan kasus dugaan korupsi proyek pengadaan simulator ujian surat izin mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas Polri, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mendapatkan ujian. Salah satu penyidiknya yang memimpin penanganan kasus tersebut, yakni Komisaris Novel Baswedan, ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penganiayaan berat oleh Kepolisian Daerah Bengkulu.

 

Kasus penganiayaan berat yang dikaitkan Polda Bengkulu dengan Novel ini terbilang kasus lama. Pada 2004, menurut kepolisian, Novel diduga melakukan penganiayaan dengan menembak tersangka kasus pencurian sarang burung walet. Saat itu, Novel menjabat Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bengkulu. Lamanya selang waktu antara peristiwa dan penyidikan kepolisian yang baru dilakukan saat ini menimbulkan kecurigaan.

 

Pada Jumat (5/10/2012) malam, anggota Polda Bengkulu dengan dibantu pasukan Polda Metro Jaya menggeruduk Gedung KPK, di Kuningan, Jakarta Selatan. Tujuannya untuk menangkap Novel. Mereka mengaku membawa surat penangkapan dan surat penggeledahan. Namun, menurut Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, surat penggeledahan yang dibawa pasukan Polda Bengkulu itu belum disertai izin pengadilan, bahkan belum ada nomor suratnya.

 

 

Janggal

Juru Bicara KPK Johan Budi, Minggu (7/10/2012) malam, mengungkap kejanggalan lain terkait penetapan Novel sebagai tersangka oleh Polda Bengkulu. Menurut Johan, tim investigasi KPK menemukan bahwa laporan masyarakat terhadap Novel baru dibuat Polda pada 1 Oktober 2012 atau empat hari sebelum Polda Bengkulu berupaya menangkap Novel. Surat laporan tersebut bernomor 1285/11/2012/SPKT.

Seperti diketahui, laporan inilah yang menjadi dasar kepolisian menyidik kasus dugaan penganiayaan yang dituduhkan ke Novel tersebut. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Bengkulu Komisaris Besar Dedy Irianto sebelumnya mengatakan bahwa kasus delapan tahun yang menimpa Novel itu diusut karena ada laporan dari tersangka pencurian sarang burung walet yang menjadi korban.

 

"Ada laporan keberatan dari masyarakat. Kapan saja bisa kami proses sepanjang belum kedaluwarsa," katanya, beberapa waktu lalu.

 

Berbeda dengan hasil investigasi KPK, menurut Dedy, laporan masyarakat tersebut baru masuk pada Agustus lalu. Johan juga mengungkapkan kejanggalan lain yang ditemukan tim investigasi KPK. Menurutnya, hingga kini belum ada uji balistik terhadap peluru yang dikaitkan dengan kasus dugaan penganiayaan oleh Novel tersebut. Selain itu, menurutnya, belum ada pemeriksaan menyeluruh terhadap saksi-saksi.

 

 

"Perlu juga disampaikan bahwa sebelum hari Jumat itu, belum satu pun surat panggilan yang dialamatkan kepada yang bersangkutan (Novel) untuk diperiksa," katanya.

Korban bantah melapor

Secara terpisah, pihak Iwan Siregar yang diduga menjadi korban penembakan itu membantah jika dirinya disebut membuat laporan polisi atas perbuatan Novel delapan tahun lalu. Pengacara korban, Yuliswan, mengatakan kalau yang dibuat pengacara atas nama korban ialah surat permohonan keadilan.

 

"Saya hanya membuat surat permohonan keadilan kepada Kapolri terkait aparat yang sudah menembak klien saya delapan tahun lalu," kata Yuliswan.

 

Surat yang dimaksud Yuliswan dibuat tanggal 21 September 2012. Surat bernomor 079/SP/A-YDR/09/2012 tersebut ditujukan kepada Kapolri. Surat sengaja ditujukan kepada Kapolri karena berdasarkan pengalaman selama ini, surat pengaduan kepada polisi, baik di tingkat polda maupun polres, jarang ditanggapi.

 

Yuliswan juga menyampaikan, surat permohonan keadilan dibuat saat ini, setelah delapan tahun peristiwa itu berlalu, karena salah seorang korban, Iwan Siregar, masih merasakan sakit di kakinya akibat ditembak polisi.

 

"Kami ingin ada keadilan dan perhatian dari polisi. Kaki klien kami yang masih sakit tolong diobati. Terima kasih karena sekarang kaki Iwan sudah dioperasi. Sekarang ia masih dalam proses penyembuhan," katanya.

 

Yuliswan menambahkan, seandainya ada pelanggaran hukum yang dilakukan polisi ketika menangkap kliennya, ia menyerahkan sepenuhnya kepada polisi.

 

"Sudah dioperasi pun klien saya sudah berterima kasih. Semoga kakinya tidak sakit lagi. Kalau mau diusut siapa yang menembak klien saya, kami senang saja karena klien saya tidak tahu persis siapa yang menembaknya," katanya.

 

Novel didatangi utusan Kapolri

 

Beberapa hari lalu, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengungkapkan, Novel pernah ditemui utusan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo. Tepatnya, sehari sebelum insiden penggerudukan Gedung KPK oleh Polda Bengkulu pada 5 Oktober 2012.

 

Utusan Kapolri berinisial AA dan AD itu, menurutnya, meminta Novel menemui Kepala Satuan Reserse Kriminal Polri Yasin Fanani.

 

"Tujuan pertemuan adalah untuk membantu Novel melakukan konfirmasi atas teror dan kriminalisasi yang didapat Novel kepada Kapolri sebagai orang tua sekaligus pembahasan alih status 28 penyidik di KPK," kata Bambang.

 

Saat itu, Novel menjawab bersedia menghadap sepanjang mendapatkan izin dari pimpinan KPK. Namun, pimpinan KPK yang ada hari itu, yakni Busyro Muqoddas, tidak mengizinkan Novel menemui Yasin.

 

Kapolri tidak tahu?

 

Terkait kasus Novel ini, Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo mengaku tidak tahu adanya upaya penangkapan terhadap Novel oleh anggota Polda Bengkulu yang menggeruduk Gedung KPK pada Jumat malam itu. Atas instruksi Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Kapolri pun memerintahkan anggota Polda Bengkulu yang dibantu Polda Metro Jaya itu meninggalkan Gedung KPK.

 

Informasi yang diterima Kompas.com menyebutkan, sehari sebelum pengepungan di kantor KPK itu, Kapolri melakukan pertemuan dengan Kepala Badan Reserse Kriminal Komjen Sutarman dan Kadiv Propam Polri Irjen Budi Gunawan. Pertemuan tersebut diduga membahas rencana penangkapan Novel. Penangkapan sengaja dilakukan di Gedung KPK untuk memberikan pukulan kepada lembaga antikorupsi itu.

 

Secara terpisah, Guru Besar FH UI Hikmahanto Juwana juga menilai, Polri harus menjawab sejumlah pertanyaan atas kasus Novel. Menurutnya, jika dirunut, muncul sejumlah kecurigaan. Menurut Hikmahanto, Polda Bengkulu telah menyampaikan kepada publik foto peluru yang mengenai korban. Akan tetapi, tidak ada foto yang memperlihatkan Komisaris Novel Baswedan melakukan penembakan.

 

 

"Foto atas korban yang terkena peluru yang disampaikan oleh Polda tidak menjawab dan menjadi bukti bahwa Kompol Novel yang melakukan penembakan," ujarnya.
"Saat ini Polri belum menjawab secara tuntas sejumlah pertanyaan masyarakat. Semisal, mengapa waktu proses hukum atas Kompol Novel baru dilakukan sekarang, delapan tahun setelah kejadian, dan bertepatan dengan proses hukum Jenderal DS (Djoko Susilo)," kata Hikmahanto.

Selain itu, menurutnya, Polri juga harus menjawab mengapa merekomendasikan Novel sebagai penyidik KPK jika mengetahui yang bersangkutan terlibat tindak kriminal. Bahkan, Novel telah beberapa kali mengalami kenaikan pangkat. "Semua pertanyaan ini belum terjawab dengan baik oleh pihak-pihak yang berwenang di Polri. Bahkan, sejumlah jawaban justru menimbulkan pertanyaan baru dengan sejumlah kecurigaan," ujarnya. Benarkah ada skenario tertentu di balik penetapan Novel sebagai tersangka dan upaya penangkapannya?

 

 

Panglima: KPK Minta Prajurit TNI Pegang Jabatan di KPK

 

 

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengaku diminta secara langsung oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengisi jabatan sekretaris jenderal (sekjen) di KPK.

"Belum ada permintaan untuk menjadi penyidik KPK. Yang ada hanya permintaan kepada TNI, untuk mengisi jabatan sekjen di KPK, dan itu sudah disampaikan langsung kepada saya. Namun, begitu anggota TNI itu masuk ke KPK, statusnya pun pensiun," kata Moeldoko di Lanud Eltari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (7/5/2015) siang.

Menurut Moeldoko, jabatan penyidik di KPK tidak tertutup bagi anggota TNI sepanjang prajurit itu memenuhi segala persyaratan, termasuk sebagai penyidik. "Tentunya itu akan menjadi pertimbangan untuk menjadi penyidik KPK," kata Panglima.

"Namun yang paling penting adalah, jika untuk kepentingan negara, maka boleh-boleh saja anggota TNI menjadi penyidik KPK," kata Moeldoko.

Lebih jauh, Moeldoko membantah jika dikatakan bahwa prajurit TNI diminta menjadi penyidik KPK guna menyaingi anggota kepolisian di KPK. Menurut Panglima, semua lembaga mempunyai tugas masing-masing.

 

 

"Tidak ada persaingan-lah, semuanya akan disesuaikan dengan kapasitas lembaga, apakah orang (anggota TNI) pas atau tidak ditugaskan di sana (KPK)," kata Moeldoko.

Wacana agar TNI masuk sebagai penyidik KPK ini mengemuka setelah hubungan KPK dan Polri kembali bergesekan. Hal itu terjadi seusai penyidik Bareskrim Polri menangkap salah satu penyidik KPK, Novel Baswedan.

Tujuh Kejanggalan Penangkapan Novel Baswedan Versi Kuasa Hukum

 

 

Kuasa hukum penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, menilai ada kejanggalan dalam proses penangkapan Novel oleh penyidik Badan Reserse Kriminal Polri, Jumat (1/5/2015). Penindakan itu memicu kembali aroma kriminalisasi oleh Polri terhadap KPK.

 

Salah seorang kuasa hukum Novel, Muhamad Isnur, mengatakan, ada tujuh kejanggalan dalam tindakan polisi terhadap Novel tersebut. Yang pertama soal alasan penangkapan dan penahanan Novel. Isnur mengutip Pasal 21 KUHAP bahwa perintah penahanan bisa dilakukan jika yang bersangkutan dikhawatirkan akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan mengulangi tindak pidana. Ia memastikan bahwa Novel sama sekali tidak memenuhi unsur-unsur tersebut.

 

"Melarikan diri gimana? Novel kan masih jadi pegawai KPK, keberadaan dia jelas. Merusak barang bukti gimana pula? Kasus ini kan dari 2004, barang bukti apa lagi yang tersisa?" ujar Isnur.

 

Kejanggalan kedua, menurut Isnur, soal waktu penangkapan. Novel ditangkap sekitar pukul 00.30 ketika ia tengah tertidur di kediaman pribadinya, Jalan Deposito Nomor T8, RT 003 RW 010, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Polisi beralasan bahwa penangkapan itu untuk pemeriksaan.

 

 

"Kalau ditangkap tengah malam, bahkan dini hari, lalu dia mau diperiksa kapan? Sepanjang malam? Itu kan tidak sesuai dengan hak yang dimiliki oleh tersangka. Lagi pula kenapa harus ditangkap malam-malam? Memangnya Novel itu pelaku kriminal berat apa?" ujar Isnur.

Perkara Novel terjadi di Bengkulu, tetapi yang menangkapnya adalah penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, bukan oleh penyidik Polda Bengkulu. Bareskrim Polri disebut-sebut hanya membantu penanganan kasus Novel. Namun, Isnur mempertanyakan tak ada satu pun penyidik Polda Bengkulu yang hadir dalam proses penangkapan hingga penahanan itu.

Dalam surat penangkapan Novel bernomor SP.Han/10/V/2015/Ditipidum, dicantumkan lima penyidik yang diperintahkan membawa Novel. Tidak ada satu pun penyidik dari Polda Bengkulu yang diperintahkan menangkap Novel. Lima orang itu adalah Kasubdit II Ditipidum Bareskrim Polri Kombes Prio Soekotjo, Kanit II Subdit II Tipidum AKBP Agus Prasetyono, Kasubditum Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan, Kanit V Subdit II Tipidum AKBP Purwantoro dan Kanit II Subditum Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKP Teuku Arsya Khadafi.

 

Isnur juga mempertanyakan salah satu dasar penangkapan kliennya, yakni Surat Perintah Kabareskrim Polri Nomor Sprin/4132/Um/IV/2015/Bareskrim tanggal 20 April 2015. "Masa dasar penangkapan Novel Baswedan atas perintah Kabareskrim sih, mana ada itu? Ini menyiratkan bahwa peran subyektif pimpinan mengintervensi jalannya penyidikan di Polri," ujar Isnur.

 

Isnur memprotes sikap Polri yang mempersulit pertemuan kuasa hukum dan Novel. Kuasa hukum baru diperbolehkan bertemu Novel pukul 08.30 WIB hingga 09.30 WIB atau beberapa jam setelah Novel ditangkap sebelum dibawa ke rumah tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

 

"Di rutan (rumah tahanan) pun kita sempat tidak boleh masuk bertemu, harus gontok-gontokan dulu sama provost dan harus menelepon Kapolri dulu. Ini ada apa sebenarnya? Sekarang kalau klien saya di dalam dipukuli? Siapa yang bisa jamin," ujar Isnur.

 

Penasihat hukum Novel, Muji Kartika Rahayu, mempertanyakan sikap penyidik yang tidak segera memeriksa Novel setelah ia ditangkap. Kuasa hukum juga mengklaim tidak ada berita acara pemeriksaan (BAP) sama sekali atas Novel.

 

 

"Sebagai tersangka, kok klien kami belum juga di-BAP? Maka dari itu, kami menolak klien kami melakukan rekonstruksi. Apa yang mau direkonstruksi jika BAP tidak ada?" ujar Muji.

Keanehan jug dirasakan pada saat rekonstruksi tanpa melibatkan Novel. Muji menilai polisi cenderung memaksakan diri hanya untuk memenuhi formal rekonstruksi. Ia menganggapnya sebagai rekonstruksi imajiner dan ini dinilai melanggar ketentuan hukum acara yang berlaku karena tanpa kehadiran tersangka.

"Rekonstruksi ini tak lebih dari cara polisi untuk membentuk persepsi publik yang merugikan Novel dengan mempertontonkan ke publik Novel dengan seragam tahanan dan diborgol," ujar Muji.

 

Atas seluruh kejanggalan itu, kuasa hukum membuat surat penangguhan penahanan atas Novel. Penangguhan penahanan itu berlaku sejak hari Minggu (3/4/2015) kemarin. Sehari sebelumnya atau Sabtu, Novel sudah diperbolehkan kembali ke rumahnya. Penasihat hukum Novel juga mengajukan permohonan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada siang ini.

 

INTERPRETASI

 

MENGAPA PENANGKAPAN PENYIDIK KPK NOVEL BASWEDAN DIPANDANG SEBAGAI MAFIA HUKUM???

 

Kasus ini adalah kasus yang melibatkan dua lembaga penegak hukum yaitu KPK dan Polri. Disebut demikian karena orang-orang yang terlibat didalamnya adalah orang-orang yang bekerja dari masing-masing kedua lembaga tersebut. Kasus KPK VS Polri bukanlah suatu kasus yang terjadi sekarang. Kasus ini terjadi didasari adanya pergesekan antara kedua lembaga ini dalam hal menegakan hukum khususnya kasus pidana korupsi. Sejak KPK dibentuk pada masa pemerintahan SBY, KPK sudah menunjukan hasil kerjanya dan dipandang baik oleh public. Hal ini mendorong pihak kapolri untuk mengintrofeksi kinerjanya sehingga memicu pergesekan yang terus berkelanjutan.

 

Sebelum Novel Baswedan diduga sebagai tersangka menembak pencuri sarang burung wallet oleh polri, pihak KPK pernah melakukan pengusutan kasus dugaan korupsi proyek pengadaan simulator ujian surat izin mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas Polri. Hal ini menunjukan bahwa adanya aksi balas membalas antara kedua lembaga tersebut. Hal ini tidak hanya terjadi pada Novel Baswedan, tetapi juga terjadi pada Bambang Wijayanto dan Budi Gunawan serta Abraham Shamat.

 

Pada kasus yang dialami oleh Novel Baswedan, ada banyak kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan. Kejanggalan tersebut seperti tidak adanya surat izin penggeledahan atas penyidikan Novel Baswedan, sebenarnya surat tuntutan kuasa hukum keluarga korban pencuri sarang burung wallet adalah upaya untuk meminta keadilan dan masih beberapa lagi lainnya. Atas dasar ini Opini Publik mendeskripsikan bahwa penangkapan Novel Baswedan dipandang sebagai mafia hukum.

 

Kasus seperti ini memicu kontrapersial di kalangan public. Tidaklah heran jika hal ini terjadi di antara kedua lembaga tersebut. Namun yang diharapkan adalah suatu penyidikan kasus yang transparan. Upaya seperti ini juga merupakan bagian dari pengawasan kinerja aparat penegak hukum sendiri, artinya dengan adanya kasus-kasus seperti ini para aparat penegak hukum akan lebih berhati-hati lagi untuk bertugas menjalankan amanahnya kedepan.

 

Jika kasus ini bukan sebagai pemicu untuk aparat penegak hukum berselisih tentu masyarakat senang. Namun sangat disayangkan jika kedua lembaga ini saling bergesekan dan tidak saling sinergis dalam upaya menegakkan keadilan social dan perdamaian. Sebagai agent of change, mari kita belajar melalui kasus ini secara bersama-sama untuk ikut serta dalam mengusahakan keadilan dan perdamaian dimulai dari lingkungan sekitar kita.

 

DESKRIBSI KASUS NOVEL BASWEDAN KEDEPAN

 

Permohonan penangguhan penahanan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, dikabulkan oleh Polri, Sabtu (2/5/2015). Novel lalu kembali ke kediamannya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dengan demikian, Novel baswedan kembali bekerja sebagai Penyidik KPK seperti biasanya. Berkaitan dengan kasus ini saya mendeskribsikan hal-hal yang berkaitan dengan kasus ini dan hal-hal yang mungkin terjadi kedepannya pasca penangguhan penahanan Novel Baswedan seperti berikut:

 

1.Kasus ini adalah penghening berita KAA beberapa hari yang lalu.Dipandang demikian karena usai KAA ada beberapa sorotan yang kurang baik terhadap pemerintahan kita seperti perbedaan paham Presiden Jokowi dan SBY terkait hutang Indonesia di IMF, Kenaikan BBM, dll.

 

2.Kasus ini tidak akan menemukan penyelesaian semestinya seperti kasus-kasus lain karena kasus ini melibatkan kedua lembaga yang memiliki kekuatan hukum yang sama.

 

3. Kasus ini adalah sebuah phenomena KPK VS POLRI

 

4.Adapun upaya KPK meminta Prajurit TNI pegang jabatan di KPK adalah sebagai self defense (sebuah strategi bela diri yang dilakukan oleh KPK terhadap kasus Novel Baswedan dan juga kasus-kasus lainnya yang melibatkan instansi tersebut)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun