"Apanya yang keparat kang?" Pardun bertanya.
"Lihat saja sendiri."
"Bajingan tengik! Dia telah mengkhianati kami." giliran Pardun mengumpat.
"Kita harus bagaimana kang?" tanya Rasman.
"Aku akan menghajarnya!" kang Tinus hendak beranjak, namun Rawis menahan tangannya.
"Nanti dulu, kang!"
"Kenapa? Kamu takut abangmu mati?" tanya kang Tinus menoleh ke arah Rawis, wajahnya berbinar.
"Walau bagaimana, Mahmudin anak Ki Darsi, dan saya adiknya." Jawab Rawis, melepaskan tangan kang Tinus.
Kang Tinus berbalik, "maksudmu..." belum selesai bicara, Rawis langsung nyamber.
"Iya, biar saya yang urus Mahmudin." Setetes air mata keluar dari mata Rawis.
"Kamu hendak membunuhnya?"