* Kepemimpinan Pater Jules Chevalier sejalan dengan apa yang diterapkan oleh  Vroon dan Yetron bahwa kepemimpinan partisipatif haruslah luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai dengan situasi.
Dalam mengembangkan modelnya mereka membuat sejumlah asumsi:
* Tidak ada gaya kepemimpinan tunggal dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
* Perhatian utama terletak pada masalah yang harus dipecahkan dalam situasi di mana terjadi permasalahan.
* Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam suatu situasi tidak boleh bertentangan dengan gaya yang digunakan dalam situasi lain.
* Terdapat sejumlah proses sosial yang mempengaruhi kadar keikutsertaan bawahan dalam pemecahan masalah.
      Hanya saja ada sedikit penekanan dalam fungsi-fungsi kepemimpinan Pater Jules Chevalier. Fungsi kepemimpinan Pater Jules Chevalier lebih menekankan pada dimensi bimbingan dan mengarahkan anggota-anggotanya kepada suatu iklim rohani yang dibangun berdasarkan nilai-nilai Injili sehingga mampu menopang dan merangsang kehidupan anggotanya berdasarkan Injil. Sedangkan kepemimpinan secara umum lebih bersifat hubungan horisontal dan kurang menyentuh dimensi ilahi. Kepemimpinan umum hanya mengatur tatanan kehidupan yang berlandaskan pada nilai humaniora saja. Artinya hanya menekankan pada aspek hubungan antara manusia dengan manusia.
c. Kepemimpinan Pater Jules Chevalier Dilihat Dari Kepemimpinan Kristiani
James D. White Head & Evelyn Eaton White Head (1991: 3) mengatakan bahwa "Kepemimpinan kristiani berarti hidup dalam Yesus". Hal ini mengandung arti bahwa ketika orang hidup dalam Yesus maka imannya semakin dewasa. Dengan menjadi murid/pengikut  Yesus kita disatukan dalam perasaan dan cita-cita yang sama dan pelan-pelan kita belajar untuk memimpin. Belajar memimpin berarti kita hidup dengan orang lain dalam satu komunitas yang memiliki beraneka ragam latar belakang dari masing-masing pribadi. Dengan adanya perbedaan itu kita harus siap menerima risiko untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Kita tidak bisa menghindari rasa sakit/konflik dalam perbedaan itu di dalam membangun hidup bersama. Dalam perbedaan itu diharapkan kedua belah pihak harus bekerja sama dan saling menguntungkan.
Seorang pemimpin yang dewasa akan mempengaruhi model pelayanan kristiani (Pemimpin Kristiani) yang dahulu kepemimpinan dari atas (top down / from parents) sekarang berubah menjadi kerja sama dalam persaudaraan (partners). Kenyataan ini dapat kita pelajari dari (Gal. 2:9) yang menyatakan:
...maka Yakobus, Kefas dan Yohanes, yang dipandang sebagai soko guru jemaat, berjabat tangan dengan Aku dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang....