Mohon tunggu...
Marselinus Lilo
Marselinus Lilo Mohon Tunggu... Jurnalis - Misionaris

MSC

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggali Kepemimpinan Pater Jules Chevalier Pendiri Tarekat MSC

4 Desember 2019   12:24 Diperbarui: 4 Desember 2019   12:50 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pater Jules Chevalier mengatakan "hendaklah para pemimpin menaruh perhatian kepada anggota yang lemah baik jasmani maupun rohani, namun tidak mengabaikan yang kuat" (Kons, art: 134 dan Statuta: 128)

  • Penuh cinta kasih

Para pemimpin hendaknya memiliki semangat cinta kasih dalam menghadapi para anggota yang berdosa-bersalah. Ia harus menegur orang yang bersalah dengan ramah dan sopan.

  • Bersedia menerima kritikan

Pemimpin bukanlah orang yang sempurna. Ia memiliki kelemahan dan kekurangan, karena itu seorang pemimpin harus bersedia dikritik dan dinasihati orang lain (Kons. art. 103).

  • Perwujudan Kepemimpinan Kongregasi MSC dalam Tugas Perutusan Tarekat

            Pemimpin biara diangkat oleh pemimpin provinsi dengan persetujuan dewannya untuk masa bakti tiga tahun setelah mendengar pendapat komunitas yang bersangkutan (Kons, art. 132). Tugas kepemimpinan adalah tugas pengabdian, dia dipanggil demi penyelesaian masalah, demi tujuan, dan cita-cita bersama. 

Pertama-tama dimaksud dengan pemimpin komunitas adalah mereka yang secara formal, resmi, sesuai jalur organisasi tarekat, ditunjuk untuk memimpin suatu komunitas (Reksosusilo, 1983:252). Dari pengertian ini, pemimpin mendapat dasar dan hak kepemimpinan yang jelas dari kongregasi atau ordo yang bersangkutan. Dalam tugasnya pemimpin komunitas pada hakikatnya ingin membuat komunitas ideal sesuai dengan cita-cita kongregasi, komunitas yang tenteram sesuai dengan semangat dan karisma kongregasi atau ordo seperti dalam konstitusi.

            Pemimpin biara yaitu pemimpin komunitas adalah pengabdi dalam kesatuan yang memungkinkan lahirnya komunitas yang hidup atas dasar iman dan kasih. Kesatuan komunitas biara hanya bisa hidup dan berlangsung kalau didasarkan pada penghayatan karisma pendiri secara bersama, lewat pengalaman iman. Tanpa kesatuan iman, kesatuan karisma, tanpa pengalaman bersama yang diarahkan, komunitas tidak bisa lahir, berdiri, atau berlangsung hidup.

            Dari pernyataan tersebut di atas menjadi jelas bahwa pemimpin komunitas adalah pengabdi yang melangsungkan dan membina persatuan komunitas dalam karisma tarekat. Untuk bisa membantu komunitas menghayati hidup bersama dalam komunitas perlu untuk mengetahui karisma awal salah satunya adalah semangat kepemimpinan pendiri. Pemimpin komunitas menjadi salah satu penentu bagi kelangsungan tarekat lewat tugas kepemimpinannya.

            Adapun tugas-tugas kepemimpinan biara berdasarkan Konstitusi MSC. Diuraikan sebagai berikut:

  • Membangun komunitas membutuhkan suatu usaha dan waktu, guna membentuk dan memperbaiki para anggota.

Setiap anggota wajib membangun diri dari dalam, saling membangun dalam kerja sama, pembicaraan, dan pergaulan; dan atas dasar itu semua anggota bersama membentuk kesatuan di bawah pembinaan seorang pemimpin. Kalau banyak waktu diberikan untuk bekerja, maka demi kebahagiaan komunitas dan para anggotanya, demi suksesnya kerasulan atas dasar karisma religius, diperlukan waktu dan usaha juga untuk pembinaan bersama. Setiap komunitas dipimpin oleh seorang pemimpin sesuai dengan tujuan kongregasi yaitu menempati Injil dalam komunitas (Kons, art. 21).

Pemimpin komunitas sebagai penjiwa, inspirator yang mengarahkan gerak maju bersama dengan doa, pembicaraan dan bimbingan rohani, yang dipersiapkan dan dilakukan sepenuh hati sebagai tugas utama seorang pemimpin, melebihi pekerjaan dan pengajaran lain-lainnya. Dengan teladan dalam perhatian, cinta kasih, kerendahan hati, dan pelayanan serta kesabaran, ia mengangkat yang lemah, menahan yang terlalu kuat untuk bersama-sama maju sebagai kesatuan: satu jiwa, satu perjuangan dengan satu tujuan, kemuliaan Allah, kesempurnaan lewat pengabdian demi keselamatan sesama atas dasar triprasetia dan karisma (Soenarja, 1984: 56).

2)   Melayani kebutuhan jasmani dan rohani para anggota

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun